MAKALAH STRATEGI
BELAJAR MENGAJAR FISIKA
“MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER”
DISUSUN OLEH
1. AYUDIAH A
SIAHAAN (A1C317046)
2. DINDA AURA NATASYA (A1C317077)
3 .IRENE FANNYSAH
NAIBAHO (A1C317065)
DOSEN PENGAMPU : DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd, M.Pd.
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Srategi
Belajar Mengajar Fisika ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Pengampu Bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Pd.,M.Pd atas
segala bimbingan dan arahan selama penyusunan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis menerima saran dan kritikan yang membangun demi memperbaiki makalah
ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi mahasiswa yang membutuhkan. Amin
Jambi, Oktober 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………i
Daftar
Isi…………………………………………………………………………….ii
BAB I
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………….1
1.2 Rumusan
Masalah……………………………………………………………4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..4
BAB II
2.1 Pengertian Model Pembelajaran
NHT………………………………………5
2.2
Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran NHT……………………………..12
2.3
Langkah – Langkah Model Pembelajaran NHT……………………………..15
2.4
Prinsip-Prinsip Pengelolaan/Reaksi…………………..……...………............20
2.6
Sistem Sosial…………………………………...…………………………….21
2.7 Sistem
Pendukung……………………………………………………………21
2.8 Kelebihan dan
Kelemahan Model NHT……………………………………...22
BAB III
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………...............34
3.2 Saran………………………………………………………………………….35
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………….36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan di Indonesia
menuntut agar peserta didik mampu menguasai materi yang di disampaikan
oleh pendidik.
Pendidikan juga meliputi mata pelajaran yang telah
disusun baik dalam tingkat SD, SMP dan SMA
bahkan perguruan tinggi salah satu mata pelajaran tersebut adalah fisika
yang sudah diajarkan pada jenjang pendidikan SMP. Menurut Haniyah (2014: 3-4) mengatakan bahwa,
fisika merupakan salah satu cabang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang mendasari perkembangan
teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pembelajaran fisika pada
umumnya disekolah memiliki kendala, seperti hasil belajar siswa yang rendah.
Salah satu penyebabnya yaitu penggunaan model pembelajaran yang kurang cocok
dengan pembelajaran, penggunaan media yang tidak sesuai dengan materi yang
diajarkan, sehingga siswa menjadi tidak tertarik untk belajar fisika.
Supaya bangsa Indonesia saat ini memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan suatu usaha
untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Salah satu caranya melakukan evaluasi perbaikan sistem
pendidikan secara menyeluruh yang ditempuh melalui perbaikan model pembelajaran
yang digunakan oleh pendidik. Suatu model pembelajaran tertentu
mungkin efektif jika digunakan untuk mengajarkan topik tertentu, bukan berarti
model itu efektif juga digunakan untuk menyampaikan topik lain.
Menurut Khosim (2017: 5), bahwa metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat bebrapa metode
pembelajaran yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode
atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus
yang tidak dipunyai strategi atau prosedur pembelajaran:
1. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3. Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan
secara optimal
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Salah satu
model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembelajran adalah model pembelajaran koopertaif tipe Number Heads Together
(NHT). Model pembelajaran kooperratif NHT
adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan yang di
rancang agar seluruh peserta didik lebih mampu menguasai materi yang di
sampaikan dan meningkatnya tujuan akademik peserta didik. Peserta didik di ajak
untuk menelaah dan mengukur pemahaman terhadap materi yang di sampaikan.
A
cooperative structure of intermediate complexity is Numbered Heads Together.
When a learning task and objective are presented, each team is responsible for
all member’s mastering the content or skill. The teacher calls on team members
by number. If a team member answers a question or demonstrates a skill, the
team earns point. In Jigsaw, students leave their home team to become an
“expert” on one aspect of the content or skill and teaches the home team. If
the topic is angles, student become experts on acute angles, right angles,
obtuse angles, and measuring angles. When all parts of the content come
together, students gain a complete understanding
of
angles. Jigsaw places responsibility on each team member to contribute to the
overall completion of the devided task, story, or chapter (Kennedy, 2011 : 84).
Struktur
kooperatif kompleksitas menengah adalah Numbered Heads Together. Ketika tugas
dan tujuan pembelajaran disajikan, setiap tim bertanggung jawab atas semua
anggota yang menguasai konten atau keterampilan. Guru memanggil anggota tim
dengan nomor. Jika anggota tim menjawab pertanyaan atau menunjukkan
keterampilan, tim mendapat poin. Di Jigsaw, siswa meninggalkan tim asal mereka
untuk menjadi "ahli" pada satu aspek konten atau keterampilan dan
mengajari tim tuan rumah. Jika topiknya adalah sudut, siswa menjadi ahli dalam
sudut pandang akut, sudut kanan, sudut tumpul, dan sudut pengukur. Ketika semua
bagian konten bersatu, siswa mendapatkan pemahaman sudut yang lengkap. Jigsaw
menempatkan tanggung jawab pada setiap anggota tim untuk berkontribusi pada
penyelesaian keseluruhan tugas, cerita, atau bab yang dibagi (Kennedy, 2011 : 84).
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apakah pengertian model pembelajaran
Numbered Heads Together?
b. Apakah tujuan model pembelajaran Numbered Heads Together?
c. Bagaimana langkah-langkah model
pembelajaran Numbered
Heads Together?
d. Apakah kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran Numbered
Heads Together?
e. Apakah salah satu contoh materi konsep
Fisika dalam penggunaan metode pembelajaran Numbered Heads Together ?
1.3. Tujuan
a.
Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
b.
Untuk
mengetahui tujuan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
c.
Untuk
mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
d.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT)
e.
Untuk
mengetahui salah satu contoh materi penggunaan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT)
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
2.1.1
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Laefuddin (2012: 172-174) mengatakan bahwa, istilah model pembelajaran
dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip
pembelajaran. Istilah model pembelajraran mempunyai empat ciri khusus yang
tidak dimiliki oleh srategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang
logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
secara berhasil dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
itu dapat dicapai.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan
berdasarkan tujuan pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan
belajarnya. Model pembelajaran memiliki sintaks (pola urutan tertentu) daari
suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran. Sintaks dari suatau model pembelajaran tertentu menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan guru atau peserta
didik.
Model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajaraktivitas belajar mengajar. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk
didalamnya tujuan-tujuan pengajaran
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengetahuan kelas.
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan
model pembelajaran dipengaruhi oleh sifat materi yang akan diajarkan (materi
bersifat faktual, konseptual, prosedural atau metakognitif), tujuan yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik
(Fatmawati, 2015:19-20).
According
Agustin (2013:203) that, cooperative learning is an approach to teaching that
makes maximum use cooperative activities involving pairs and small group of
learners in the classroom. It means that this approach emphasizes on
cooperation rather that competition within the member of group. Good
cooperative learning strategies engage students in sharing how they think,
examiniting in themselves, gaining insight from the critiques of their peers
and enlarging their conceptual understanding b hearing how others understand
the same content. The are many kinds of technique in cooperative learning. The
researcher chose Numbered Head Together technique to conduct this research.
Menurut Agustin (2013: 203)
bahwa, pembelajaran kooperatif adalah pendekatan untuk mengajar yang membuat
kegiatan kooperatif menggunakan maksimum yang melibatkan pasangan dan kelompok
kecil pembelajar di kelas. Ini berarti bahwa pendekatan ini lebih menekankan
pada kerja sama daripada kompetisi dalam anggota kelompok. Strategi
pembelajaran kooperatif yang baik melibatkan siswa dalam berbagi bagaimana
mereka berpikir, memeriksa dalam diri mereka sendiri, mendapatkan wawasan dari
kritik rekan-rekan mereka dan memperluas pemahaman konseptual mereka b
mendengar bagaimana orang lain memahami konten yang sama. Ada banyak jenis
teknik dalam pembelajaran kooperatif. Peneliti memilih teknik Numbered Head
Together untuk melakukan penelitian.
According Agarwall (2011:26) that, Johnson and Holubec have identified
three types of cooperative learning groups-formal, informal and base groups.
1. Formal cooperative learning
groups, the teacher can structure any
academic assigment or course requirement for formal cooperative learning.
Formal cooperative learning groups ensure that students are actively involved
in the
2.
intelectual
work of organizing material, explaining it, summarizing it, and integrating it,
into existing conceptual structures.
3.
Informal
cooperative learning groups, the teacher uses them during direct teaching
(lecture demonstration) to focus student attention on the material to be
learned, set a mood conducive learning, help set expectations about materal,
what the lessons will cover, ensure that students are cognitively processing
the material being taught provide closure to an instructional session.
4.
Cooperative base
groups are long term (lasting for at least a year), heterogeneous groups with
stable membership whose primary purpose is for members to give each other the
support, help, encouragement, and assistance each needs to progress
academically. Base groups provide students withlong term, commited
relationships.
Menurut Agarwall (2011: 26) itu,
Johnson dan Holubec telah mengidentifikasi tiga jenis kelompok pembelajaran kooperatif-formal, informal dan kelompok
basis.
1.
Kelompok pembelajaran kooperatif
formal, guru dapat menyusun asas akademis atau persyaratan perkuliahan untuk
pembelajaran kooperatif formal. Kelompok pembelajaran kooperatif formal
memastikan bahwa siswa terlibat aktif dalam pekerjaan intelektual mengatur
materi, menjelaskannya, meringkasnya, dan mengintegrasikannya, ke dalam
struktur konseptual yang ada.
2.
Kelompok pembelajaran kooperatif
informal, guru menggunakannya selama pengajaran langsung (demonstrasi kuliah)
untuk memfokuskan perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari, mengatur
suasana belajar yang kondusif, membantu menetapkan harapan tentang materal, apa
pelajaran yang akan dibahas, memastikan bahwa siswa secara kognitif memproses
materi yang diajarkan memberikan penutupan ke sesi instruksional.
3.
Kelompok basis koperasi adalah jangka
panjang (yang berlangsung paling tidak satu tahun), kelompok heterogen dengan
keanggotaan yang stabil yang
4. tujuan utamanya
adalah agar anggota saling memberikan dukungan, bantuan, dorongan, dan bantuan
masing-masing kebutuhan untuk maju secara akademis. Kelompok dasar menyediakan
siswa dengan jangka panjang, hubungan berkomitmen.
2.1.2
Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together
According to Nuruddin (2013:4) that,
numbered heads together is an approach developed by Spencer Kagan (1993) to
involve more students in the review of materials covered in a lesson and to
check their understanding of lesson’s content. Numbered Head Together is one of
the techniques of structures that was originally derived from Russ Frank. The
structure was then refined and name by Kagan back 2002. As a cooperative
learning technique, Numbered Head Together is designed to involve more students
in reviewing materials covered in lesson and in checking their understanding of
a lesson’s content. Numbered Heads Together requires students to interacr among
the groups members to get the answer. In addition, it also requires students in
each group to be engaged in positive interdependence, individual and group
accountability, which motivates them to enhance one another’s learning.
Menurut Nuruddin (2013: 4) bahwa, Numbered Head Together adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam peninjauan materi yang tercakup dalam pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang konten pelajaran. Numbered Head Together adalah salah satu teknik struktur yang aslinya berasal dari Russ Frank. Struktur itu kemudian disempurnakan dan diberi nama oleh Kagan pada tahun 2002. Sebagai teknik pembelajaran kooperatif, Numbered Head Together dirancang untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam meninjau materi yang dibahas dalam pelajaran dan dalam memeriksa pemahaman mereka tentang konten pelajaran. Numbered Heads Together mengharuskan siswa untuk interaksi di antara anggota kelompok
untuk mendapatkan jawabannya. Selain itu, juga mengharuskan siswa di setiap grup untuk terlibat dalam interdependensi positif, akuntabilitas individu dan grup, yang memotivasi mereka untuk meningkatkan pembelajaran satu sama lain.
Menurut Trianto (2009 : 82-83), Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Numbered Heads Together merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa sebagai alernatif terhadap struktur kelas tradisional. Model pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih pandai dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, maka dapat diketahui antara lain:
1. Aktivitas guru dalam pembelajaran koopertif tipe Numbered Heads Together
Adapun aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat diketahui aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan di setiap siklus. Hal ini dikarenakan guru mengelola pembelajaran kooperatif tipe NHT sesuai dengan sintaks pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Ibrahim yang menyatakan bahwa tahap pertama dalam pembelajaran kooperatif guru menyampaikan tujuan dan motivasi kepada siswa, tahap kedua menyajikan informasi, tahap ketiga mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, tahap keempat membimbing kelompok bekerja dan belajar, tahap kelima evaluasi dan tahap keenam memberikan penghargaan.
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Adapun aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat diketahui aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Dalam penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together ini siswa dituntut ikut berperan aktif dalam diskus. Hal ini dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab masing-masing dalam memahami materi yang disampaikan, mereka tidak dapat bergantung pada siswa lain. Sehingga hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas siswa.
Hasil siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, dari tes rata-ratapada setiap siklus terdapat peningkatan hasil belajar dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (Yulhendri, 2016: 53-55).
Model pembelajaran Number Head Together (NHT) merupakan sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok di mana siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di kelas dengan bekerjasama antara 4-5 orang dalam satu kelompok, serta menerima pengakuan reward berdasarkan kinerja akademis kelompoknya . Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) disertai metode eksperimen diharapkan dapat dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan (Dewi, 2016: 48).
The
beneficial effects of cooperative learning in general and NHT specifically have
been explained from varied theoretical perspectives (e.g., classic learning
theory, social learning, brain-based learning, expectancy, and individual
difference).
Structural model is based on four
basic principles :
a.
Positive interdependence;
b.
Individual accountability;
c.
Equal participation; and
d.
Simultaneous interaction.
These principles are made
operational through the use of small heterogeneous groups, structured
roles and responsibilities within teams, and common goal and reward structures.
NHT also incorporates
interdependent and independent group contingencies which have a long history of
ampirical support and contingent reward in NHT + iterations. Answering question
is not optional or voluntary in NHT. All students are expected to verbalized
and/or write responses to each teacher question, share those responses, and reach
consensus on the best answer. Since groups cannot predict who will be selected
to respond they are also more likely to ensure that all team members know
respective answers. As students work collaboratively, there is increased
likelihood that their interpersonal relationship will improve as well
(Mcmillen, 2010 : 71-71).
Efek menguntungkan dari pembelajaran kooperatif secara umum dan NHT secara khusus telah dijelaskan dari berbagai perspektif teoritis (misalnya, teori pembelajaran klasik, pembelajaran sosial, pembelajaran berbasis otak, harapan, dan perbedaan individu).
Model struktural didasarkan pada empat prinsip dasar:
a. Interdependensi positif;
b. Akuntabilitas individu;
c. Partisipasi yang setara; dan
d. Interaksi simultan.
Prinsip-prinsip ini dibuat operasional melalui penggunaan kelompok-kelompok heterogen kecil, peran dan tanggung jawab terstruktur dalam tim, serta struktur tujuan dan penghargaan bersama.
NHT juga menggabungkan kontinjensi kelompok independen dan independen yang memiliki sejarah panjang dukungan ampiris dan hadiah kontingen dalam NHT + literasi. Menjawab pertanyaan bukan pilihan atau sukarela di NHT. Semua siswa
diharapkan untuk secara lisan dan / atau menulis tanggapan untuk setiap pertanyaan guru, membagikan tanggapan tersebut, dan mencapai konsensus tentang jawaban terbaik. Karena kelompok tidak dapat memprediksi siapa yang akan dipilih untuk menanggapi, mereka juga lebih mungkin untuk memastikan bahwa semua anggota tim mengetahui jawaban masing-masing. Ketika siswa bekerja secara kolaboratif, ada peningkatan kemungkinan bahwa hubungan interpersonal mereka akan meningkat juga (Mcmillen, 2010: 71-71).
2.2 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together
Menurut Slavin (1994 :
50) dalam (Harmianto, 2015 : 60)
bahwa, pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif,
yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama
dengan kerja kelompok. “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta didik,
sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik i itu sendiri”.
Pembelajaran
kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :
1. Meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki
keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Agar
siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar
belakang.
3. Mengembangan keterampilan sosial siswa, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya , mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Menurut
Linda Lungren (1994 : 120 ) dalam ( Ibrahim, dkk., 2000 : 18), ada beberapa
manfaat pembelajaran kooperatif bagi
siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu :
1)
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas;
2)
rasa harga diri menjadi lebih tinggi;
3)
memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah;
4)
memperbaiki kehadiran;
5)
angka putus sekolah menjadi rendah;
6)
penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar;
7)
perilaku mengganggu menjadi lebih kecil;
8)
konflik antar pribadi berkurang;
9)
sikap apatis berkurang;
10)
pemahaman yang lebih mendalam;
11)
meningkatkan motivasi lebih besar;
12)
hasil belajar lebih tinggi;
13)
retensi lebih lama; dan
14)
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi
Cooperative learning model has been developed and confirmed as one learning model that can improve students’ performance. Cooperative learning is designed to facilitate students’ cooperation and dependence on each other in completing a task or purpose. Cooperative learning is aimed to provide students with knowledge, concepts, skills, and understanding Sadker (2005) add that cooperative learning is very helpful in developing students’ attitude and cognitive skills. Numbered Heads Together (NHT) cooperative learning model can be applied to boost learning activity. NHT covers four simple stages which can be repeated with various materials in different subjects (Yeh, 2004). NHT helps create a conducive and lively student-centered learning. Students are more encouraged to understand the materials because all the group members are responsible for the task. Slow students
will be more enthusiastic to ask others who are better at comprehending the materials so that their potentials can be maximally developed and their achievement can be improved as a result (Mustami, 2018: 124).
Model pembelajaran kooperatif
telah dikembangkan dan dikonfirmasi sebagai satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kinerja siswa. Pembelajaran kooperatif dirancang untuk memfasilitasi
kerjasama dan ketergantungan siswa satu sama lain dalam menyelesaikan tugas
atau tujuan. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk memberikan siswa dengan
pengetahuan, konsep, keterampilan, dan pemahaman Sadker (2005) menambahkan
bahwa pembelajaran kooperatif sangat membantu dalam mengembangkan sikap siswa
dan keterampilan kognitif. Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together (NHT) dapat diterapkan untuk meningkatkan aktivitas belajar. NHT
mencakup empat tahap sederhana yang dapat diulang dengan berbagai bahan dalam
subyek yang berbeda (Yeh, 2004). NHT membantu menciptakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa yang kondusif dan hidup. Siswa lebih terdorong untuk
memahami materi karena semua anggota kelompok bertanggung jawab atas tugas
tersebut. Siswa yang lamban akan lebih antusias untuk bertanya kepada orang
lain yang lebih baik dalam memahami materi sehingga potensi mereka dapat
dikembangkan secara maksimal dan prestasi mereka dapat ditingkatkan sebagai
hasilnya (Mustami, 2018: 124).
Numbered Heads Together (NHT), which
considered relevant for elementary school students. NHT emphasizes members’
responsibility to do their tasks based on their number. Students are to show
their capability and use any strategies to reveal their responsibility. Students
are also trained to understand every task comprehensively. Hence, the students’
responsibility is not merely on the individual project, but also as a member of
a particular group. This process encourages students’ ability to solve problems
and students comprehensiveness. Thus, NHT can improve students’ cognitive
achievement. Besides, as a part of cooperative learning models, NHT contributes
students’ social skill improvement, when they interact with teachers and peers
during the learning (Leasa, 2017:
2).
Numbered Heads Together (NHT),
yang dianggap relevan untuk siswa sekolah dasar. NHT menekankan tanggung jawab
anggota untuk melakukan tugas mereka berdasarkan jumlah mereka. Siswa
menunjukkan kemampuan mereka dan menggunakan strategi apa pun untuk
mengungkapkan tanggung jawab mereka. Siswa juga dilatih untuk memahami setiap
tugas secara komprehensif. Oleh karena itu, tanggung jawab siswa tidak hanya
pada proyek individu, tetapi juga sebagai anggota kelompok tertentu. Proses ini
mendorong kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dan kelengkapan siswa.
Dengan demikian, NHT dapat meningkatkan pencapaian kognitif siswa. Selain itu,
sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif, NHT memberikan kontribusi
peningkatan keterampilan sosial siswa, ketika mereka berinteraksi dengan guru
dan teman sebaya selama pembelajaran (Leasa, 2017: 2).
Numbered Heads Together encourages successful group functioning because
all numbers need to know and be ready to explain their group’s answer and because,
when students help their groupmatters, they help themselves and their whole
group, because the response given belongs to the whole group, not just to the
group member giving it (Richards, 2002:52-53).
Numbered Heads Together mendorong
fungsi kelompok yang sukses karena semua nomor perlu tahudan siap untuk
menjelaskan jawaban kelompok mereka dan karena ketika siswa membantu groupmater
mereka, mereka membantu diri mereka sendiri dan seluruh kelompok mereka, karena
respon yang diberikan adalah milik kelompoknya tidak hanya pemberin nmor
anggota itu (Richards, 2002:52-53).
2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Numbered Head Together
Menurut
Trianto (2009 : 66-67), Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam
pembelajaran yang menggunakan didalam pelajaran yang
menggunakan
pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel.
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase
1
Menyampaikan
tujuan dan motivasi siswa
|
Guru menyampaikan
semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
|
Fase
2
Menyampaikan
informasi
|
Guru menyajikan
informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
|
Fase
3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok kooperatif
|
Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
|
Fase
4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase
5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari arau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase
6
Memberikan
penghargaan dan kesimpulan
|
Guru mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
|
According Richardson (2009: 201-202) that,
Numbered Head Together is most often use for prior knowledge knowledge
assessment or review before an exam.
Students
in teams of four count off so that each has different number. The teacher gives
a question or problem and a time limit for reaching a solution. All four
students work together to determine an answer and make sure that everyone on
their team knows the answers or the series if the question has several parts.
The teacher then randomly cals a number from 1 to 4. All students with that
number raise their hands and the taecher calls
one of them. Two variation on yhis strategy can increase participation.
First, allowing think time before working together gives struggling students a
better chance to arrive at an answer. Another variation is to provide white
boards or slates for teams to record answer that can be held up simultaneously
by the team members from each team when their numbers are called.
Menurut Richardson (2009:
201-202) itu, Numbered Head Together paling sering digunakan untuk penilaian
pengetahuan atau pengkajian pengetahuan sebelumnya sebelum ujian. Siswa dalam
tim empat hitungan mundur sehingga masing-masing memiliki nomor yang berbeda.
Guru memberikan pertanyaan atau masalah dan batas waktu untuk mencapai solusi.
Keempat siswa bekerja sama untuk menentukan jawaban dan memastikan bahwa semua
orang di tim mereka tahu jawaban atau seri jika pertanyaan memiliki beberapa
bagian. Guru kemudian secara acak mengambil angka dari 1 hingga 4. Semua siswa
dengan nomor itu mengangkat tangan mereka dan taecher memanggil salah satunya.
Dua variasi pada strategi ini dapat meningkatkan partisipasi. Pertama,
membiarkan waktu berpikir sebelum bekerja bersama memberi siswa yang kesulitan
kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan jawaban. Variasi lainnya adalah
menyediakan papan putih atau papan tulis bagi tim untuk mencatat jawaban yang
dapat diadakan secara bersamaan oleh anggota tim dari setiap tim ketika nomor
mereka dipanggil.
Menurut
Siregar (2012: 35-36) mengatakan bahwa, pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan
oleh Kagen dalam Ibrahim (2000) dengan melibatkan para
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Untuk mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut:
1. Langkah 1: Penomoran (Numbering). Guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang
dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda.
2. Langkah 2: Pengajuan Pertanyaan (Questioning). Guru
mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang
bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
3. Langkah 3: Berpikir Bersama (Head Together). Para siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban tersebut.
4. Langkah 4: Pemberian Jawaban (Answering). Guru
menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Menurut
Susanto (2014:232-233) bahwa, pelaksanaan model-model pembelajaran kooperatif
tipe NHT adalah sebagai berikut:
Langkah 1: Penomoran (Numbering):
1.
Guru
membagi para siswa menjadi bebrapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5
orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki
nomor yang berbeda
2.
Menginformasikan
materi yang akan dibahas atau mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi
yang lalu.
3.
Mengomunikasikan
tujuan pembelajaran dan menjelaskan apa yang akan dilaksanakan.
4.
Memotivasi
siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep yang akan dipelajari.
Langkah 2: Pengajuan Pertanyaan
1.
Menjelaskan
materi secara sederhana
2.
Mengajukan
suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat
spesifik hingga yang bersifat umum.
Langkah 3: Berpikir Bersama (Head Together)
1.
Siswa
memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
2.
Para
siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban tersebut.
Langkah 4: Pemberian jawaban
1.
Guru
menyebutjan (memanggil) suatu nomor dari salah satu kelompok secara acak.
2.
Siswa
dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan
3.
Siswa
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, ditanggapi oleh kelompok lain.
4.
Jika
jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul siswa diberi kesempatan
untuk mencatat dan apabila jawaban masih salah, guru akan mengarahkan.
5.
Guru
memberikan pujian kepada siswa atau kelompok
yang menjawab betul.
Langkah 5: Penutup
1.
Melakukan
refleksi.
2.
Guru
membimbing siswa menyimpulkan materi.
3.
Siswa
diberikan tugas untuk diselesaikan dirumah dan mengerjakan kuis.
2.4 Prinsip-Prinsip Pengelolaan/Reaksi
Reaksi
siswa Menurut Kagan dalam Erwin Putera Permana (2016:51-52) NHT merupakan
teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Berdasarkan
teori tersebut NHT merupakan salah satu teknik pembelajaran yang mengkondisikan
siswa untuk mampu memadukan, menarik kesimpulan beragam pikiran dari hasil
bertukar gagasan atau pendapat sesama teman dalam kelompoknya, siswa diharapkan
untuk bisa menjawab pertanyaan ketika nomornya dipanggil
Menurut
Mursito dalam Muchrozin (2011:35) aksi
Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya .
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dan mengerjakannya , Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka dan aksi yang dilakukan siswa
ialah Kelompok mendiskusikan jawaban
yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dan mengerjakannya , aksi siswa
dari klompok lain memberi tnggapan terhadap jawaban klompok yg sedang melakukan
presentasi
Aksi
reaksi guru dan siswa menurut Ibrahim dalam Susanto (2014 : 232) Memberi
kesimpulan disini Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
2.5 Sistem Sosial
Sistem
sosial Menurut Rusman (2014 : 202-203) Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Sistem
sosial Menurut Kagan,S dalam Untari (2017:59-61) dilakukan dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok
heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi
bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai
dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
kemudian bekerja kelompok .
2.6 Sistem Pendukung
Sistem
pendukung menurut Ibrahim dalam Susanto (2014 : 232) terdiri dari Guru
mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP),
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
Menurut
Utomo (2011:149-150) Dalam Sistem Sosial Guru berperan sebagai fasilitator,
konduktor, dan moderator. Sebagai fasilitator, guru berperan menyediakan dan
mempersiapkan sumber belajarbagi siswa, memotivasi siswa untuk belajar, dan
memberikan bimbingan kepada siswanya dapat belajar dan mengkonstruksi
pengetahuannya secara optimal. Sebagai konduktor, guru berperan untuk mengatur
dan mendorong setiap siswa sehingga mereka tetap dalam aktivitas belajar
(on-task). Sebagai moderator, guru memimpin jalannya diskusi kelas, mengatur
mekanisme sehingga diskusi kelompok berjalan dengan baik, dan mencapai hasil
optimal.
2.7
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together
2.7.1
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together
Model pembelajaran
kooperatif Tipe NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat:
·
Memupuk
hasil belajar siswa
·
Mampu memperdalam pamahaman siswa
·
Menyenangkan
siswa dalam belajar
·
Mengembangkan
sikap positif siswa dan sikap kepemimpinan siswa
·
Serta mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
·
Meningkatkan
rasa percaya diri siswa dan mengembangkan rasa saling memiliki.
·
Terjadinya
interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
·
Siswa
pandai maupun siswa lemah samasama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar
kooperatif .
·
Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya,
berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinannya.
·
Dalam
pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa dalam kelompok diberi
nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid yang dipanggil
untuk mempresentasikan jawaban.
·
Setiap kelompok melakukan diskusi untuk
berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui jawabannya
(Yudiastuti, 2014: 4).
Menurut Sumarmin (2017:13) bahwa, faktor peningkatan kompetensi belajar siswa
dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT, disebabkan oleh
kelebihan model NHT itu sendiri, yang dapat mempengaruhi pola interaksi siswa dalam
pembelajaran seperti :
·
Meningkatkan
motivasi siswa
·
Memberi
pemahaman lebih mendalam kepada siswa tentang materi pelajaran
·
Membuat
siswa mempersiapkan diri dalam belajar
·
Melatih
kemampuan dalam memperoleh informasi yang didapat
·
Menimbulkan
rasa kebersamaan pada diri siswa dalam belajar
·
Menumbuhkan kesadaran rasa kerjasama
·
Melatih
siswa untuk dapat menerima terhadap perbedaan individu
·
Melatih
siswa untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompok
·
Belajar
menghargai pendapat orang lain
·
Melatih
siswa mengurangi perselisihan antar pribadi
·
Menghilangkan
sikap apatis (tidak acuh/peduli) dalam kelompok
·
Menngkatkan
budi pekerti, kepekaan dan toleransi kepada teman.
Menurut
Alie (2013: 585) mengatakan bahwa, kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
a. Setiap siswa menjadi siap semua
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c. Siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2.7.2
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together
According
to Agustin (2013:203-204) that, beside the strengths above, there are some
weaknesses of using NHT Technique in teaching reading:
1. In
NHT Technique, the division of groups should be equal, meaning that each group
consists of higher achiever, average and lower achiever. Therefore the group’s
division should be done by the teacher. There is a
possibility that the students reject the group that is
divided by the teacher. To overcome this problem the teacher (researcher) needs
the English teacher’s help to ask the students to make group as the teacher
wants.
2. There is a possibility that the students
over hear or cheat from another group. To solve the problem of overhearing the
teacher will arrange the distance between groups. If the students cheat from
another group, the teacher will punish for the group by not giving point for
the group although the group’s answer is correct.
Many
researchers had done a research by using Numbered Head Together technique. The
previous research findings were needed to provide relevant references for this
research.
Menurut Agustin (2013: 203-204)
bahwa, selain kekuatan di atas, ada beberapa kelemahan menggunakan Teknik NHT
dalam mengajar membaca:
1.
Dalam Teknik NHT, pembagian kelompok
harus sama, yang berarti bahwa setiap kelompok terdiri dari berprestasi lebih
tinggi, rata-rata dan berprestasi lebih rendah. Oleh karena itu pembagian
kelompok harus dilakukan oleh guru. Ada kemungkinan bahwa siswa menolak
kelompok yang dibagi oleh guru. Untuk mengatasi masalah ini, guru (peneliti)
membutuhkan bantuan guru bahasa Inggris untuk meminta siswa untuk membuat
kelompok sebagai guru yang diinginkan.
2.
Ada kemungkinan bahwa siswa mendengar
atau menyontek dari kelompok lain. Untuk mengatasi masalah mendengar guru akan
mengatur jarak antar kelompok. Jika siswa menyontek dari grup lain, guru akan
menghukum untuk grup dengan tidak memberikan poin untuk grup meskipun jawaban
grup sudah benar.
Banyak peneliti telah melakukan
penelitian dengan menggunakan teknik Numbered Head Together. Temuan penelitian
sebelumnya diperlukan untuk menyediakan referensi yang relevan untuk penelitian
ini.
Menurut
Susanto (2014: 233) bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dalam
pelaksanaan pembelajaran juga memiliki kelemahan, antara lain:
1.
Kemungkinan
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
2.
Tidak
semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3.
Kelas
cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan baik,
keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali.
Menurut Alie(2013: 585) bahwa, kelemahan
dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil
lagi oleh guru
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh
guru
Salah
satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Tipe NHT guna menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat
2.8
Rencana
Pelaksanan Pembelajaran (RPP)
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata
Pelajaran Fisika
A. Satuan
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
B. Mata
Pelajaran : Fisika
C. Kelas/
Semester : X/ Ganjil
D. Materi
Pokok : Gerak Lurus
E. Sub.
Materi Pokok : Gerak Lurus Beraturan dan Berubah Berturan
F. Alokasi
Waktu : 10 `menit
G. Kompetensi
Inti :
KI
I : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI
II : Menunujukkan perilaku jujur, displin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, respontif dan
pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI
III : Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya dan humanora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI
IV : Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
H. Kompetensi
Dasar :
1. Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan
keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap Tuhan yang
menciptkannya
2. Menunjukkan perilaku ilmiah ( memiliki rasa ingin tahu,
objektif, jujur, teliti, cemat, tekun,
hati-hati, bertanggungjawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud dalam melakukan percobaan
dan berdiskusi.
3. Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus
dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak lurus dengan percepatan konstan
(tetap) berikut penerapannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya keselamatan
lalu lintas.
4. Menyajikan data dan grafik hasil percobaan gerak benda
untuk menyelidiki karakteristik gerak lurus dengan kecepatan konstan (tetap)
dan gerak lurus dengan percepatan konstan (tetap) berikut makna fisisnya.
I. Indikator
:
1. Kognitif
Ø
Produk
Ø
Menjelaskan
defenisi GLB dan GLBB
Ø
Membedakan
ciri-ciri GLB dan GLBB
Ø
Memahami
persamaan yang dipakai dalam GLB dan GLBB
Ø
Menggambarkan
grafik jarak terhadap waktu dan kecepatan terhadap waktu dalam konsep GLB dan
GLBB
Ø
Proses
Ø
Mendeskripsikan konsep dari GLB dan GLBB
Ø
Mempresentasikan
hasil dari diskusi kelompok tentang materi GLB dan GLBB
2. Psikomotor
Ø
Menggambar
grafik yang ada dalam GLB dan GLBB
3. Afektif
Ø
Memiliki
rasa ingintahu tentang konsep yang dipelajari
Ø
Menciptakan
kerjasama antar kelompok
Ø
Memiliki
tanggungjawab dengan tugas yang diberikan baik individu dan kelompok
J. Tujuan
Pembelajaran
1.
Siswa
dapat memahami konsep yang diberikan melalui penayangan video tentang GLB dan
GLBB
2.
Siswa
dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan tepat waktu
3.
Siswa
dapat melakukan diskusi dengan baik dan dapat berkomunikasi antar teman satu
kelompok ataipun dengan kelompok lain
4.
Siswa
dapat membuat suatu kesimpulan tentang materi pelajaran yang sudah dibahas
dalam kelas
K. Materi
Ajar
Menurut Kamajaya (2007: 76-77) mengatakan bahwa, sebuah
benda dikatakan bergerak lurus beraturan, jika lintasan gerak benda merupakan
garis lurus dan lajunya tetap setiap saat atau secara singkat dapat dikatakan
bahwa kecepatan benda selalu tetap. Misalnya pada rel yang lurus sebuah kereta
api melakukan gerak lurus. Jka kereta api menempuh jarak yang sama dalam selang
waktu yang sama, gerak kereta api ini disebut gerak lurus beraturan,
Hubungan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh
(t) dari sebuah benda melakukan gerak lurus beraturan, akan memberikan grafik
berebntuk linear seperti garis lurs dengan tangen sudut kemiringan grafik
kelajuan atau nilai kecepatan benda. Secara umum hubungan anatar jarak tempuh
(s) dan kelajuan (v) dituliskan sebagai berikut:
Menurut
Abdulah (2004: 151) mengtakan bahwa, gerak lurus berubah beraturan adalah gerak
benda pada lintasan yang lurus dan kelajuanya mengalami perubahan yang sama
setiap satu sekon. Ada dua macam gerak lurus berubah beraturan, yaitu
·
Bila
kelajuan benda di tamabah dengan nilai yang sama setiap sekonnya, maka disebut
gerak lurus dipercepat beraturan.
·
Bila
keajuan benda dikurang dengn nilai yang sam setiap sekonnya, maka disebut gerak
lurus diperlambat beraturan.
Untuk membedakan perubahan kecepatan suatu benda dengan
benda lain, kita perlu mendefenisikan besaran lain. Besaran ini disebut
percepatan. Jadi, percepatan didefenisikan sebagai perbandingan antara
perubahan kecepatan dengan selang waktu terjadinya perubahan itu. Percepatan
dirumuskan sebagai:
Dengan : a= percepatan,
perubahan kecepatan dan t= waktu yang
dibutuhkan. Kecepatan sebuah benda yang melakukan GLBB bertamabah atau
berkurang secara tetap. Oleh karena itu, kepatan rat-ratana sama dengan
setengah dari penjumlahan kecepatan awal dengan kecepatan akhirnya.
L. Strategi
Pembelajaran
·
Model Pembelajaran
: NHT (Numbered Heads
Together)
·
Metode Pembelajaran :
1.
Ceramah
2.
Diskusi
kelompok
3.
Pemberian
tugas
M. Karakteristik
Siswa Yang Diharapkan
1.
Memiliki
rasa ingintahu
2.
Memiliki
rasa sosial yang baik
3.
Memiliki
keaktifan dan tanggungjawab
4.
Memiliki
kedisplinan
5.
Memiliki
rasa kepemimpinan
N. Langkah-langkah
Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran
|
Kegiatan guru
|
Kegiatan siswa
|
Alokasi waktu
|
|
Pendahuluan
|
1.
Mengucapkan salam
2.
Menanyakan kabar siswa
3.
Memimpin doa
4.
Presensi
|
1.
Menjawab salam
2.
Menjawab pertanyaan guru tentang kabar mereka
3.
Berdoa sesuai agama masing-masing
4.
Menjawab panggilan guru dalam presensi
|
|
|
Penomoran
|
1.
Membagi siswa beberapa kelompok
2.
Menginformasikan materi yang akan dibahas dan mengaitkan materi
sebelumnya
3.
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
4.
Memotivasi siswa
|
1.
Mengikuti instruksi dari guru
2.
Memperhatikan penjelasan guru akan materi yang akan dibahas
3.
Mendengarkan motivasi yang diberikan
|
|
|
Pengajuan pertanyaan
|
1.
Menjelaskan materi secara sederhana
2.
Mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan materi yang akan dibahas
|
1.
Memperhatikan penejelasan tentang materi
2.
Menerima/ menulis pertanyaan yang diberikan
|
|
|
Berpikir bersama (Heads Together)
|
1.
Mengarahkan cara menjawab pertanyaan
2.
Memberikan waktu untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan
|
1.
Mendengarkan penjelasan
2.
Memikirkan bersama jawaban dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan
|
|
|
Pemberian jawaban
|
1.
Memanggil salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil jawaban
kelompoknya
2.
Memberikan pujian kepada kelompok yang telah menjawab dengan benar dan
baik
|
1.
Mengangkat tangan dan memeberikan jawaban yang telah didiskusikan bersama
kelompok
2.
Memberikan tepuk tangan terhadap kelompok yang pling baik atas penilaian
yang diberikan
|
|
|
Penutup
|
1.
Menyimpulkan pelajaran yang sudah dibahas
2.
Memberikan tugas
3.
Menutup kelas dengan salam
|
1.
Mendengarkan dan menulis
kesimpulan yang diberikan serta tugas
2.
Menjawab salam
|
|
|
O. Media,
Alat dan Sumber pembelajaran
1.
Media
: video animasi dan slide presentation
2.
Alat : -
3.
Sumber
pembelajaran : buku siswa
2.9 Kajian Teoritis
Menurut kelompok kami model pembelajaran itu terdapat
salah satu jenis model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT (Numbered Heads
Together). Dalam modelpembelajaran tipe NHT ini kelompok kami membahas tentang
pengertian model pembelajaran, model pembelajaran koopertaif, model pembelajran
kooperatif tipe NHT, manfaat dan tujuan, langkah-langkah model pembelajaran
tersebut serta kekurangan dan kelebihan. Model dapat juga dikatakan gaya yang
memiliki patokan dalam pelaksanaannya. Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar aktivitas belajar
mengajar yang mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan.
Model
pembelajaran koopertif tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa
sebagai alernatif terhadap struktur kelas tradisional. Model pembelajaran ini
diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih pandai dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Dalam melakukan model pembelajaran tipe ini siswa lebih
ditunut untuk berpikir bersama menemukan jawaban yang disampaiakan oleh guru
terhadap materi yang diajarkan pada saat itu. Manfaat digunakannya model
pembelajaran tipe NHT ini yaitu dapat meningkatkan kinerja siswa,
membantu menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang kondusif dan
hidup dan siswa lebih terdorong untuk memahami materi. Agar mencapai manfaat
serta tujuan dari model pembelajaran ini ada beberapa langkah-langkah ang harus
dilakukan oleh guru yaitu: 1).
Penomoran, 2). Pengajuan
Pertanyaan, 3). Berpikir Bersama, 4). Pemberian jawaban dan 5). Penutup. Semua
model atau strategi pembeljaran ataupun sesuatu hal pasti memliki kelemahan dan
kelebihan , sama halnya dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini juga
memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya adalah Setiap siswa menjadi siap semua dan
dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, serta siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahan nya adalah kemungkinan
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran
kooperatif adalah pendekatan untuk mengajar yang membuat kegiatan kooperatif
menggunakan maksimum yang melibatkan pasangan dan kelompok kecil pembelajar di
kelas. Ini berarti bahwa pendekatan ini lebih menekankan pada kerja sama daripada
kompetisi dalam anggota kelompok.
Cooperative learning tipe
Numbered Heat Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagen pada tahun
1993. Penerapan tipe NHT ini pada umumnya digunakan umtuk melibatkan siswa
dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tipe NHT
dilakukan dengan empat tahapan dalam NHT tersebut yaitu:
a. Penomoran
b. Pengajukan
pertanyaan
c. Berfikir
bersama
d. Pemberian Jawaban
Tujuan dari NHT
adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Ciri-ciri dari NHT adalah siswa
berkelompok dan berfikir bersama menemukan jawaban atas pertanyaan yang diberikan
guru. Manfaat yang didapat yaitu pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi
dan meningkatnya hasil belajar siswa. Kelebihannya yaitu semua siswa
menjadi lebih siap semua dan mengajari siswa yang kurang pintar, sedangkan kekeurangannya yaitu tidak semua siswa dapat
dipanggil oleh guru karena keterbatasan waktu.
3.2
Saran
Dalam pembelajaran di
Indonesia dibutuhkan guru yang kreatif dan dapat mengatur siswanya serta dapat
mengenal siswanya sehingga menerapkan sistem pembelajaran yang sesuai. Serta dalam penyusunan
makalah ini,penyusun sudah berusaha memaparkan dan
menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan
adanya kekeliruan dalam penyusunannya, juga dari segi materi. Oleh karena itu,penyusun mengharapkan
pembaca untuk ikut dalam penyempurnaan,makalah selanjutnya, dan harapan bagi
penyusun semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses pembelajaran
terutama dalam penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Mikrajuddin. 2004. IPA Fisika SMP dan MTs
Jilid 1 untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Alie, Nurhayati
Husain. 2013. Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMA Neg. 3 Gorontalo Pada Materi
Jarak Pada Bangun Ruang.Gorontalo: SMA Negeri 3 Gorontalo. JURNAL ENTROPI. Vol 3.
Agarwal, Reena
dan Nandita Nagar. 2011. Cooperative
Learning. India: Kalpaz Publications.
Agustin,
Setya, dkk. 2013. The Effect Of Using Numbered Head Together Technique On The
Eight Grade Students Reading Comprehension Achievment at SMPN 2 Tanggul Jember.
Jember: Universitas Jember. Vol. 2
Fatmawati,dkk.
2015. Desain Laboratorium Skala Mini
untuk Pembelajaran Sains Terpadu. Yogyakarta: Depublish.
Haniyah,
Lailatul. 2014. Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Disertai Metode Eksperimen.
Jember: Universitas Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika. ISSSN: 2301-9794.
Harmianto, Sri .,dkk. 2015. Model-Model Pembelajaran inovatif dan
efektif. Bandung : Alfabeta.
Laefuddin.
2017. Belajar dan Pembelajaran Dilengkapi
dengan Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Pendekatan dan Metode
Pembelajaran. Yogyakarta: Depublish.
Leasa. Marleny
dan Aloysius Duran Corebima. 2017. The
effect of numbered heads together (NHT) cooperative learning model on the
cognitive achievement of students with different academic ability.
Indonesia.
Kamajaya.
2007. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X
Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Kennedy,dkk.
2016. Guilding Children’s Learning of
Mathematics Twelfth Edition. Australia: Wadsworth Cengange Learning.
Khosim, Noer. 2017.
Model-model Pembelajaran. Suryamedia Publishing.
Majid,
Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mcmillen,
Cindy. 2010. Effects Of Numbered Head
Together on the Science Quiz Performance of 9th Grade Stydents.
Journal of Evidence-Based Practice for Schools. Vol 15.
Muchrozin,Gus,dkk.2011. Pengaruh Penggunaan Metode Numbered Head
Together (NHT) Berbatu Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Ips Terpadu Siswa
Kelas VIII Semester Genap Mts Negeri 1 Lampung Timur. Jurnal Pendidikan
Ekonomi UM Metro. Vol.5. No.2.p-ISSN 2337-4721
Mustami dan
Safitri.2018. The Effects of Numbered
Heads Together-Assurance Relevance Interest Assessment Satisfaction on
Students’ Motivation. Makassar: Universitas Muhamaddiyah Makassar. International
Journal of Instruction. ISSN: 1694-609X.
Nuruddin,
dkk.2013. The Effect of Numbered Head Together
and Questin Answer Relationship Techniques on Student’s Reading Comperhension:
A Comperative Study. Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha. Jurnal
Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 1.
Permana,E,P.2016. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran
Ips Sd. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara. Vol.1. No. 2.ISSN : 2460-6324
Trianto.
2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta : Kencana
Richards dan
Renandya. 2002. Methodology in Language
Teaching an Anthology of Current Practice. USA:Cambridge University Press.
Richardson,
dkk. 2009. Reading to Learn in the
Content Areas. Canada : Nelson Education.
Rusman.2014. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Siregar, Faridah Anum. 2012. Pengaruh
Model Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Medan. Medan: Universitas Negeri Medan. Jurnal Pendidikan
Fisika. ISSN: 2301-7651.V ol.1.
Untari, Erny.2017. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) dan Jigsaw Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Sikap Percaya
Diri. Vol. 17. No .2P-ISSN 1979-9225
Utomo,D,P.2011.Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Matematika yang Berorientasi
pada Kepribadian Siswa (Model PKBK) Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah
Malang. Vol.18. No.2
Susanto,
Ahmad. 2014. Pengembangan Belajar IPS di
Sekolah Dasar Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
Sumarmi,
Ramadhan dkk. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together untuk Meningkatkan
Kompetensi Belajar Biologi Siswa Kelas X MIA2 SMA Negeri 2 Solok Selatan.
Padang: Universitas Padang. Bioeducation Journal. Vol.1
Trianto.
2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana
Yudiastuti,
dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Tipe Numbered Heads Together (NHT) Berbantuan Benda Konkret Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas V Gugus 1
Dalung Kecamatan Kuta Utar. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol: 2.
Yulhendri dan
Sofyan. 2016. Pendidikan Ekonomi untuk
Sekolah Menengah Pertama Perencanaan, Strategi dan Materi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar