MAKALAH
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA
“MODEL PENGAWASAN LAKU”
“MODEL PENGAWASAN LAKU”
DOSEN PENGAMPU :
DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd.,M.Pd
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8:
1. DANI TRI KRISMAWANTI (A1C317001)
2. KRISTINA MARGARETA. S (A1C317041)
3. PUSPA CANTIKA RIANA
(A1C317069)
4. DIAN YULIANTI
(A1C317061)
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Strategi Belajar
Mengajar Fisika ini.
Pada kesempatan
ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Dwi Agus
Kurniawan S.Pd., M.Pd. atas segala bimbingan dan arahan selama penyusunan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritikan yang
membangun demi memperbaiki maklah ini.
Harapan penulis
semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi mahasiswa yang membutuhkan.
Aamiin.
Jambi,
29 Oktober 2018
Penulis
2.1.4.
Prinsip-prinsip model pengawasan laku...................................................15
2.1.5.
Langkah-langkah .....................................................................................17
2.1.6. Tips-tips
untuk mengajar..........................................................................17
2.1.7. Sistem pada
model pembelajaran pengawasan laku................................18
2.1.8. kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
pengawasan laku...........................................................................................................19
2.2.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)..................................................20
Pengawasan diciptakan karena terlalu banyak kasus di
suatu organisasi yang tidak dapat terselesaikan seluruhnya karena tidak
ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), anggaran yang berlebihan, dan
kegiatan lain yang menyimpang dari rencana semula. Pengawasan merupakan suatu
usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan. Langkah awal suatu pengawasan sebenarnya adalah
perencanaan dan penetapan tujuan berdasarkan pada standar atau sasaran.
Pengawasan
bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk
membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut
dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan dan melihat bahwa
sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin di dalam
mencapai tujuan.
Pendidikan
karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari
proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan
mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di
lingkungan Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di
seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya (Yoggi Herdani, 2010). Tidak kecuali
di pendidikan tinggi, pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup
besar. Saat ini permasalahan karakter menjadi masalah yang urgen untuk
diselesaikan. Permasalahan ini juga merupakan tanggung jawab pendidik
(guru/dosen).
Pembelajaran
di dalam kelas diharapkan dapat menjadi wadah bagi penanaman nilainilai
karakter secara tepat. Ekonomi kerakyatan merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa pendidikan
ekonomi dan akuntansi yang membahas
tentang konsep-konsep dasar kebijakan ekonomi Indonesia dengan menyumbangkan
Ekonomi Kerakyatan dan strategi penerapannya. Dengan demikian ekonomi
kerakyatan merupakan ilmu yang sangat penting dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun saat ini yang terjadi di kelas, ekonomi kerakyatan
masih dipelajari secara abstrak. Pembelajaran ekonomi kerakyatan masih dominan
menggunakan metode ceramah. Hal ini menimbulkan kejenuhan mahasiswa karena
materi yang abstrak itu sehingga hasil pembelajaran menjadi tidak optimal.
Sebagian mahasiswa masih menganggap konsep pembelajaran ekonomi kerakyatan
sebagai konsep yang sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal
dalam kenyataan, konsep dalam ekonomi kerakyatan sangat dekat dengan kehidupan
sehari-hari di masyarakat.
1.2.
Tujuan
1.
Dapat
mengetahui pengertian model pembelajaran pengawasan laku
2.
Dapat
mengetahui karakteristik model
pembelajaran pengawasan laku
3.
Dapat
mengetahui model-model pembelajaran pengawasan laku
4.
Dapat
mengetahui prinsip-prinsip model pembelajaran pengawasan laku
5.
Dapat
mengetahui langkah-langkah model pembelajaran pengawasan laku
6.
Dapat
mengetahui tips-tips mengajar model pembelajaran pengawasan laku
7.
Dapat
mengetahui karakteristik model
pembelajaran pengawasan laku
8.
Dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran pengawasan laku
BAB II
2.1 Kajian Teori
2.1.1.Pengertian Pengawasan Laku
Menurut
Mutakallim (2016: 351), pegawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen
suatu organisasi.Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi
suatu kegiatan.Suatu pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya
pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan,
baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerja.
Menurut
Hilmawan. P,dkk(2017: 3),model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan kegiatan pembelajaran dikelas. Model tersebut merupakan pola umum
perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi peserta didik dengan guru
didalam kelas yang menyangkut pendekatan,strategi,metode,teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dalam suatu model
pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan oleh guru, tetapi
menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan peserta didik,
serta sistem penunjang yang diperlukan.
Menurut
Ashar (2011:155) Model mengajar merupakan suatu pola atau rencana yang dipakai
guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran, maupun kegiatan parasiswa dan
dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar didepan kelas (seperti alur
yang diikutinya). Pendapat ini menujukkan bahw amodel mengajar lebih
operasional kepada proses pembelajaran dibandingkan strategi pembelajaran.
Sebab dinyatakan juga bahwa strategi mengajar mempunyai pengertian yang lebih
luas daripada model (bentuk mengajar).
Menurut Wahyudi (2016:214-215)
Behavior merupakan salah satu teknik guna merubah tingkah
laku yang lebih adaptif. Pendekatan ini dirasa lebih efektif untuk menangani
kasus-kasus dalam dunia pendidikan, khususnya yang notabene mal-adaptive. Penting untuk diketahui
bahwa behavior ini merupakan
aspek gerakan memodifikasi tingkah laku pada taraf yang masih bisa
didefinisikan secara operasionanl, diamati dan diukur. Manusia mempunyai
potensi positif dan negatif yang bisa jadi terbentuk karena faktor lingkungan
sosial budaya.
Arah
dari behavior pada dasarnya
tertuju kepada perolehan tingkah laku baru yang lebih adaptif, sehingga dapat
menghapus tingkah laku yang mal-adaptif. Serta tingkah laku dapat diasosiasikan
dengan tingkah aku yang nampak, dan berpusat pada here and now. Semua tingkah laku dapat dipelajari baik yang
adaptif maupun yang ma-ladaptif. Belajar merupakan cara efektif mengubah
tingkah laku tersebut.
Menurut
Hudha,dkk (2016:114-115) Model Pembelajaran sistem-sistem perilaku (behavior system models) adalah model
pembelajaran yang menekankan pada perubahan perilaku melalui pembentukan sikap
optimis dan perilaku positif dalam belajar. Model pembelajaran ini lebih
didasarkan hasil experimen classical
conditioning (kondisi klasik) yang dilakukan Pavlov maupun Thorndike
1911 dan, 1913 mengenai reward dalam pembelajaran serta penelitian Watson &
Rayner (1920) yang menerapkan prinsip Pavlovnian mengenai kekacauan psikologi
yang dialami manusia.
Menurut (Rusman, 2014: 143-144) dalam Sundari,Hanna
(2015:112) Model pembelajaran modifikasi tingkah laku telah mengembangkan
sistem yang efisien dalam upaya penyusunan aktivitas-aktivitas belajar dan
membentuk perilaku melalui manipulasi penguatan. Model pembelajaran ini
bertitik tolak pada teori belajar behaviorisme yang berfokus pada perubahan
perilaku psikologis dan perilaku yang tak teramati. Penerapan model modifikasi
tingkah laku dalam pembelajaran, diantaranya: guru selalu perhatian terhadap
tingkah laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku yang berkemampuan rendah
melalui pemberian penghargaan, dan penerapan prinsip pembelajaran individual.
Menurut Sarwo (2017:38-39), Clark Leonard Hull menjelaskan
perilaku adaptif dan untuk memahami variabel-variabel yang memengaruhinya.
Dapat dikatakan bahwa Hull tertarik untuk menyusun sebuah teori yang
menjelaskan bagaimana kebutuhan tubuh, lingkungan dan prilaku saling
berinteraksi untuk meningkatkan probabilitas survival organisme.
2.1.2.Karakteristik Pengawasan Laku
Menurut
Mahmud (2008:24-26),pada dasarnya, semua jenis penelitian adalah upaya
memecahkan persoalan (problem solving). Begitu pula dengan model pengawsan laku
yang berupaya memecahkan permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran.
Walaupun begitu, pengawsan laku memiliki karakteristik tersendiri, yaitu bahwa
problem yang menjadi objek penelitian berangkat dari problem pembelajaran
sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Problem tersebut dinilai oleh sang guru
sebagai penghalang terhadap kelancaran dan keefektifan belajar mengajar. Dengan
demikian, pengawasan laku dapat dilaksanakan bila guru merasakan dan menyadari
terdapat persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia
laksanakan. contohnya, seorang guru menyaksikan siswa-siswa yang diajarnya
lambat berkemampuan membaca. Guru merasa dan menyadari bahwa persoalan tersebut
sangat penting dan memerlukan pemecahan secara sistematis.
According to Keplic(1965:14), The
term model is an abstraction of a physical system with a specific purpose (see,
e.g., [16,36]). In this work, a model is a set of interacting objects. The term
behavioral system model denotes a set of interacting objects with observable
effects of a sequence of events. The term interaction is a specification of how
stimuli (e. g., patterns) are sent between objects designed to performa
specific task (e. g., pattern recognition [10,50]). Interaction is best
understood in the context of a collaboration between objects, which a
realization of a specification for a communicating system behavior. The term
behavior donates the observable effects of sequence of events in the form of
observed stimulation of an objects (e. g., arrival of a message) and observed
response.
Menurut
Keplic (1965:14), Model istilah adalah abstraksi sistem fisik dengan tujuan
tertentu (lihat, misalnya, [16,36]). Dalam karya ini, model adalah sekumpulan
objek yang berinteraksi. Istilah model sistem perilaku menunjukkan serangkaian
objek yang berinteraksi dengan efek yang dapat diamati dari serangkaian
kejadian. Spesifikasi bagaimana rangsangan (e. G. Pola) dirancang untuk
melakukan tugas-tugas tertentu (e. G., pengenalan pola [10,50]). Interaksi
paling baik dipahami dalam konteks kolaborasi antara objek, yang merupakan
spesifikasi untuk perilaku sistem komunikasi. Perilaku istilah menyumbangkan
efek yang dapat diamati dari peristiwa dalam bentuk stimulasi objek yang
diamati (e. Kedatangan, pesan) dan respons yang diamati.
Pengawasan
tidak selamanya harus dilakukan oleh seorang guru, apabila dirinya merasa bahwa
apa yang dia praktikkan di dalam kelas tidak bermasalah. Namun, seberapa besar
kemampuan dia dalam melihat masalah yang ada pada proses pembelajaran, adalah
merupakan persoalan. Faktanya, tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang
dilaksanakannya selama mengajar. Bisa saja seorang guru, ketika dirinya selalu
merasa bahwa proses pembelajarannya sudah benar, padahal justru itu keliru.
Karakteristik pengawsan laku yang paling jelas dan khas— membedakan dari
yang lainnya—adalah adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki
proses belajar mengajar di kelas. Jadi, pengawasan
laku bukan sekedar ingin tahu. Contohnya adalah ketika seorang guru meneliti
tentang kebiasaan beberapa muridnya yang sering bolos. Ketika seorang guru
mengetahui bahwa penyebab membolosnya murid adalah karena murid tersebut pada
jam tertentu harus ikut berjualan di pasar membantu orangtuanya, maka guru
harus melakukan tindakan tertentu, seperti berbicara dengan orangtuanya. Jadi,
karakteristik pengawsan laku yang paling jelas adalah bahwa pengawasan ini bukan sekadar ingin tahu persoalan, tapi
ingin mencari solusi persoalan dalam rangka memperbaiki keadaan pembelajaran.
Menurut
Richart Winter, ada enam karekteristik pengawasan laku, yaitu
(1)
kritik reflektif,
(2)
kritik dialektis,
(3)
kolaboratif,
(4)
resiko,
(5)
susunan jamak, dan
(6)
internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996).
Untuk
lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK
tersebut.
1.Kritik
Refleksi
Salah satu langkah di dalam
penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya pengawasan laku ialah adanya
upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi.
Hanya saja, di dalam pengawasan laku yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu
upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik
sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis
Dengan adanya kritik dialektif diharapkan
penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya.
Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap:
(a) konteks hubungan secara menyeluruh
yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas.
(b)Struktur kontradiksi internal, maksudnya di
balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami
perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3.Kolaboratif
Di dalam pengawsan laku diperlukan
hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau
kolega, mahasiswa, peserta didik dan sebagainya. Oleh karena pada hakikatnya kedudukan
peneliti dalam pengawasan merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu
latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga
terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama
atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang
menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.
4. Resiko
Dengan adanya ciri resiko diharapkan dan
dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses
penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya
(a) melesetnya hipotesis dan
(b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi.
Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses
penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena
ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator
dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
5.
Susunan Jamak
Pada umumnya penelitian kuantitatif atau
tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal,
penelitinya. Akan tetapi, pengawsan laku memiliki struktur jamak karena jelas
penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif.
Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus
mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh,
seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar,
situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan
pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan
sebagainya.
6.Internalisasi
Teori dan Praktik
Menurut pandangan para ahli bahwa antara teori
dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya
merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya
berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan
para ahli penelitian konvensional yang beranggapan bahwa teori dan praktik
merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu
pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan
bersama.
2.1.3.Model-Model Pembelajaran
Pengawasan Laku
Menurut
Hudah (2016:115), Model pembelajaran sistem perilaku menurut Joyce, at al
(2009) terdiri dari tiga macam model pembelajaran, yaitu:
1)
Model Belajar Menguasai (Mastery Learning Model);
2)Model
Instruksi Langsung (Direct Instruction Model);
Pada
tahap pelaksanaan, ada beberapa langkah pembelajaran yang dilakukan,
disesuaikan dengan langkahlangkah atau tahap-tahap model pembelajaran langsung
(direct instruction) yang dikemukakan oleh Joyce, Weil dan Neal Shambaugh ,
Susan G.M. yaitu:
a.
Tahap I: Orientasi
Menurut Danumihardja (2016:626-628),Pada
tahap ini ada 3 langkah yang dilakukan yaitu:
(1) Mengkaji
ulang materi pelajaran yang telah dipelajari
Pada
langkah ini guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya dan mengulasnya sepintas. Sekaligus mengaitkan materi
yang lalu dengan materi baru yang akan dibahas sebagai apersepsi. Siswa
memperhatikan dan merespon pertanyaan guru, karena materi yang ditanyakan
adalah materi yang telah diajarkan.
(2) Menyampaikan
tujuan pembelajaran (State objectives for lesson)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa
memperhatikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai .
Setelah itu, guru menyampaikan beberapa informasi dan keutamaan materi yang akan
dibahas dengan harapan agar siswa mengetahui pentingnya menguasai materi
tersebut dan memotivasi agar siswa tertarik sehingga merasa perlu mengikuti
proses pembelajaran ini dengan benar dan serius. Pada akhirnya siswa dapat
menguasai informasi dan keterampilan yang disampaikan. Pada langkah ini, siswa
mulai mengenal masalah berdasarkan tujuan yang ingin dicapai itu.
(3)
Menentukan prosedur-prosedur
pembelajaran
Penentuan
prosedur pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses
pembelajaran tidak langsung disampaikan oleh guru melainkan melalui tanya jawab
dengan siswa. Hal ini dilakukan untuk mendidik siswa berpikir kritis dalam
menentukan cara-cara atau langkah – langkah yang dapa ditempuh untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok
berangota 4 siswa. Selanjutnya, penentuan tugas dan tanggung jawab siswa selama
aktivitas berlangsung.
b.Tahap
II: Presentasi
(1)
Menyampaikan materi pembelajaran baru ( Present new material)
Pada langkah ini, guru menyampaikan atau
mempresentasikan pengetahuan, misalnya apa yang dimaksud argumentasi, apa saja
yang termasuk unsur-unsur argumrntasi, langkah-langkah menyusun argumentasi,
jenis-jenis argumentasi berdasarkan isi, seperti apa contohnya. Pada langkah
ini informasi disampaikan tidak dari satu arah, namun harus mengikutsertakan
siswa secara aktif melalui tanya jawab. Siswa mencatat , mengumpulkan dan
menyusun informasi yang disampaikan oleh guru untuk bahan menyelesaikan tugas
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
(2) Menyajikan representasi visual atau tugas yang
diberikan
Guru menayangkan rekaman satu peristiwa
bencana alam. Siswa ditugasi untuk mengamati rekaman peristiwa bencana alam
tersebut secara cermat. Selanjutnya, guru memberi contoh tema atau topik
berdasarkan peristiwa itu. Topik itu dijadikan bahan untuk karangan
argumentasi. Dari topik tersebut dibuat menjadi kerangka karangan, kemudian
kerangka itu dikembangkan menjadi karangan argumentasi. Pada saat guru
melakukan kegiatan itu, siswa meperhatikannya dan mencatat hal-hal penting yang
dilakukan guru.
(3) Memastikan pemahaman
Guru menguji apakah siswa telah memahami
cara menulis karangan argumentasi berdasarkan tayangan peristiwa bencana alam,
sebelum mengaplikasikannya dalam tahap praktik dengan cara bertanya kepada
siswa.
C. Tahap
III: Praktik yang terstruktur
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
(1) Guru menampilkan beberapa rekaman
peristiwa bencana alam .
(2) Guru menugaskan siswa memilih salah
satu rekaman untuk dijadikan topik karangan argumentasi.
(3) Siswa dalam kelompok berdiskusi
mengembangkan topik berdasarkan rekaman menjadi sebuah karangan argumentasi
sesuai teori yang sudah dijelasskan guru.
(4) Perwakilan setiap kelompok
mempresentasikan karangan hasil kerja kelompok masing-masing, kelompok lain
meberikan penilaian dan tanggapan.
(5) Guru memberikan koreksi terhadap
karangan yang masih salah dan memberikan penguatan pada hasil diskusi yang
sudah baik sekaligus memberikan penjelasan ulang bagaimana cara membuat
karangan argumentasi berdasarkan rekaman peristiwa.
d.Tahap IV: Praktik di bawah bimbingan
guru
Pada tahap ini, langkah-langkah yang dilakukan
yaitu:
(1) Siswa
berpraktik secara semiindependen
Siswa berlatih membuat karangan
argumentasi berdasarkan gambar rekaman peristiwa yang ditayangkan. Guru
memonitor aktiivitas siswa dan jika ada yang terlihat bingung, guru memberikan
bimbingan
(2) Guru menugaskan siswa untuk
melakukan presentasi hasil kerjanya dan siswa yang lain mengamati
(3) Guru memberikan tanggapan balik
berupa pujian bisikan maupun petunjuk.
e.Tahap
V: Praktik Mandiri
(1) Memberikan
Pelatihan bebas/mandiri: penilaian kinerja, memberikan koreksi sebagai masukan
(Provide independent praticce: assess performance, provide corrective
feedback).
(2) Mengulas latihan dan memberikan
koreksi sebagai umpan balik (Review practice and provide corrective feedback).
3).
Model Belajar Simulasi (Simulation Model).
Menurut Rahayu (2015:120) ,Simulasi
adalah latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan
baik.simulasi harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang
berurutan yang diperkiran terjadi dalam situasi yang sesungguhnya dan hendaknya
dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu , terjadinya proses sebab
akibat, pemecahan masalah dan sebagainya . Selain itu pembelajaran dengan model
simulasi dapat melatih mahasiswa memahami perasaan orang lain, menghargai
pendapat orang lain, memecahkan masalah bersama dan mengambil keputusan dan
menganalisa masalah secara kelompok. Prinsip simulasi ini dapat diterapkan
untuk semua mata pelajaran maupun semua mata kuliah. Model simulasi memiliki 4
tahapan ataupun sintaks menggambarkan
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a.Tahap
I: Orientasi
- Menyajikan topik luas mengenai
simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi
- Menjelaskan simulasi dan permainan
- Menyajikan ikhtisar simulasi
b.Tahap
II: Latihan partisipasi
- Membuat skenario (aturan, peran,prosedur,skor,
tipe keputusan yang akan dipilih, dan tujuan)
- Menugaskan peran
- Melaksanakan praktik dalam jangka
c.Tahap
III: Pelaksanaan simulasi
-Memimpin
aktivitas permainan dan administrasi permainan
-Mendapatkan umpan balik dan evaluasi
(mengenai penampilan danpengaruh keputusan)
-
Menjelaskan kesalahan konsepsi
- Melanjutkan simulasi
d.Tahap
IV: Wawancara partisipan
-
Menyimpulkan kejadian dan persepsi
-
Menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangan
-
Menganalisis proses
- Membandingkan aktivitas simulasi dengan
materi pembelajaran
- Menilai dan kembali merancang simulasi
According
to Silhavy (2014:103), The behavioral modeling is a description how the
proposed system will interact with the actors and with entitles which is out of
boundary of the system. The first step in the creation of the system behavioral
model is the requirements gathering. In the figure can be seen model of the
requirements. The diagram illustrates hierarchical structure of the
requirements. On the top of the tree the Specification package can be seen.
Other parts are interconnected by containment association. The specification is
clustered into sever groups. Groups are User Friendliness, Durability,
Performance and Media Capacity.
Menurut Silhavy (2014:103), Pemodelan perilaku
adalah deskripsi tentang bagaimana sistem yang diusulkan akan berinteraksi
dengan orang-orang yang berada di luar batas sistem. Model perilaku pertama
adalah pengumpulan persyaratan. Angka tersebut dapat dilihat sebagai model
persyaratan. Diagram menggambarkan struktur hirarki persyaratan. Bagian atas
pohon paket Spesifikasi dapat dilihat. Bagian lain saling berhubungan dengan
asosiasi penahanan. Spesifikasi dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Grup
adalah Kepuasan Pengguna, Daya Tahan, Kinerja, dan Kapasitas Media.
2.1.4.Prinsip-Prinsip
Aksi – Reaksi Model Pengawasan Laku
Prinsip-prinsip dari Model Pengawasan Laku Menurut
Joyce,Bruce,dkk (2016:503-506) adalah
sebagai berikut :
1. Perilaku
sebagai fenomena yang dapat diamati dan diidentifikasi.
Teori perilaku
fokus pada perilaku yang bisa diamati dan menggunakan pandangan yang optimis.
2. Perilaku
maladaptif didapatkan, bukan di program
Dalam masyarakat
kita, kebanyakan orang berasumsi bahwa anak-anak mengalami “hambatan untuk
mempelajari” jenis-jenis hal tertentu (seperti matematika) dalam bentuk tahapan
internal yang tidak dapat diubah. Ternyata kebanyakan hambatan ini hanya berupa
aversi yang dipelajari yang dapat di pelajari anak-anak untuk dikendalikan.
Jika pola-pola menghindari materi pelajaran yang di takuti tersebut di biarkan
tidak tersentuk, maka keengganan akan semakin tampak jelas dan berkembang.
Siswa akan semakin memperoleh kesulitan saat matematika yang ia pelajari
semakin rumit. Terjadilah penurunan besar-besaran dalam prestasi akdemik bidang
matematika ini. Kunci penyelesaian masalah ini adalah belajar menangani
pengaruh dalam mendekati materi pelajaran tersebut. Beberapa teknik yang
sederhana dapat berhasil pada kasus-kasus yang ringan.
3. Tujuan
perilaku sebagai spesifik dan individual
Walaupun
teori-teori dari para ahli dari psikologi perilaku telah lama digunakan untuk
merancang materi instruksional, semisal simulasi, yang juga digunakan oleh
sejumlah siswa, kerangka ahli psikologi perilaku cenderung khusus, terpisah dan
bergantung pada individu. Respons yang persis sama tidak berarti diproses dari
stimulus asli yang juga serupa (seorang sisa mungkin akan bersikap ramah sebab
keramahan dapat menarik hati orang lain, sedangkan siswa yang lain mungkin akan
bersikap demikian namun dengan tujuan lain; yakni untuk tidak diacuhkan atau di
jauhi orang lain). Sebaliknya, tidak ada dua orang yang akan memberikanrespons
pada stimulus yang sama dengan cara yang juga persis sama. Akibatnya, prosedur
untuk mendorong perilaku baru akan melibatkan setting khusus, yakni tujuan
perilaku individu. Namun hal ini tidak berarti latihan kelompok adalah hal yang
tidak mungkin dilakukan. Hal ini lebih berarti bahwa tujuan masing-masing siswa
mungkin akan berbeda dan bahwa proses latihan harus dilakukan secara
perorangan, baik dalam hal materi ataupun proseslatihan itu sendiri.
4. Teori
perilaku fokus pada hal-hal yang ada di sini dan saat ini
Dalam teori
perilaku, peran proses membentukan perilaku seseorang yang sudah terjadi
(lampau) tidaklah terlalu ditekankan dalam hal ini. Pengajaran yang kurang baik
bisa saja mengakibatkan kegagalan dalam belajar membaca, namun hal yang akan di
fokuskan di sini adalah belajar membaca saat ini. Ahli psikologi perilaku
berkonsentrasi dalam pembentukan kondisi atau membantu siswa menciptakan
keadaan yang akan memudahkan untuk maju dan memperoleh hasil yang memuaskan
dalam waktu singkat. Pandangan ini berkaitan dengan perilaku manusia yang
cenderung bersifat optimis dan tidak berdiam dan terlarus dalam masa lalu.
Asumsinya adalah bahwa kegagalan yang pernah terjadi tidaklah disebabkan
keadaan yang tidak bisa diubah. Masalah yang terasa semakin sulit sebenarnya
hanya membbutuhkan upaya-upaya kecil untuk mengatasinya.
5. Prinsip-prinsip
reaksi dipandu oleh kebutuhan untuk memberikan pengetahuan hasil, membantu siswa mengandalkan diri
mereka sendiri, dan melakukan penguatan.
2.1.5.Langkah-langkah
Menurut
Mahmud dan Pranata (2008:62), langkah-langkah penelitian tindakan kelas yaitu:
a. Melatih
guru untuk melakukan atau memberikan informasi cara melalukan sesuai dengan
rancangan.Hal ini sangat perlu,jika apa yang akan dilakukan merupakan hal baru
bagi guru
b. Mempersiapkan
fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas, yaitu dikelas perlu ada
papan atau tempat menempel, perlu kertas stiker, atau kertas kecil-kecil dan
lem.
c. Mempersiapkan
contoh-contoh perintah suruhan melakukan secara jelas.
d. Mempersiapkan
cara mengobservasi hasil beserta alatnya.
2.1.6.Tips-Tips
untuk Mengajar
Tips-tips
untuk Mengajar dari Sudut Pandang Perilaku Menurut Joyce,Bruce, dkk (2016:511-513
) optimisme dan positivitas perilaku mungkin dapat dirangkum dalam tips-tips
berikut bagi pengajaran yang mengajak pembaca untuk mengeksplorasinya.
1. Aturan
Kelas
Aturan terbaik
adalah aturan (rule) dan penguat (reinforce) atau pengasuh (nurturer) yang
positif.
2. Perilaku
Di Luar Tugas
Memuji siswa
yang mengerjakan tugas (penguatan hal-hal positif lebih baik dibandingkan
penguatan hal-hal negatif). Namun, tidak direkomendasikan untuk menenteramkan
siswa yang tidak mengerjakan tugas. Orang dewasa adalah orang deasa, sesuatu
yang tidak dilupkan atau digunakan sebagai sebuah perkumpulan. Sebagian siswa
bersikeras untuk menantang tugas dan perlu belajar untuk mengambil alih
pembelajaran pada kecenderungan yang meningkat.
3. Pengajaran
atau Pengajaran Diri Sendiri
Ketika
memperkenalkan program pemrosesan kata yang baru kepada siswa-siswa yang sudah
dapat menggunakan program lain, seorang guru mengajak siswa untuk mengikuti
petunjuk manual lagkah demi langkah. Guru yang lain memberikan kepada siswa
program-program dan setelah orientasi singkat, guru meminta siswa untuk
menggunakannya.
4. Siswa-siswa
yang Gelisah
Siswa-siswa
tertentu tidak terlihat sedang duduk dengan tenang solusi yang dapat di berikan
adalah memberikan kontrol yang efektif, menjadi mitra siswa dalam mengatur
perilaku mereka, serta memberikan kesempatan penguatan nilai-nilai positif
diri, sebagai penguatan eksternal lain.
5. Motivasi
Setelah
melakukan ujian pada bidang studi matematika,guru menyuruh siswanya untuk
mengoreksi pekerjaan mereka sendiri dan mencar tau alas an skor yang mereka
peroleh.Guru yang lain memberi nilai pada ujian yang sudah dikerjakan siswa dan
memberikan analisis terhadap item-item soal yang disalahkan.
2.1.7.Sistem Pada Model
Pembelajaran Pengawsan Laku
a. Sistem
Pendukung
Sistem
dukungan mencakup rangkaian tugas pembelajaran, yang terkadang sama rumitnya
dengan seperangkat materi yang
dikembangkan oleh tim intruksi yang diberikan secara individual.
b. Sistem
Sosial
Sistem
sosial dalam model intruksi langsung ini benar-benar terstruktur. Namun
demikian, terdapat kesulitan-kesulitan untuk memastikan bahwa siswa mengetahui
bahwa apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Upaya
terkonsentrasi siswa mendorong pembelajaran (Joyce,dkk. 2016 : 562).
2.1.8.Kelebihan dan Kelemahan dari Model Pembelajaran
Pengawasan Laku
A. Kelebihan
Menurut lefudin
(2014:79) kelebihan teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
linear, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju
atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak
bebas berkreasi dan beimajinasi.
Accrording to Murry (2015:180) Beneficial outcomes
demonstrate the importance of implementing this principle for both the teacher
and the student. Initially, the student is taught a new behavior and when using
the new behavior that is desired by the teacher is reinforced by the teacher
for that use. The student’s use of this new behavior should also earn
reinforcement from other individuals, such as peers or personnel in the
educational environment. Thus, as the student acquires this new behavior as a
skill, uses it in a variety of environments while receiving reinforcement, the
use becomes part of the student’s regular repertoire of behavior. As the behavior
becomes a consistent pattern of use, which is referred to as automaticity by
Csikszentmihalyi (2008), the teacher gains benefit by recognizing that positive
reinforcement of the desired behavior is effective in getting the student to
show the behavior he/she wanted to see. There is less stress felt by the
teacher.
Menurut
Murry (2015:180) Hasil yang
bermanfaat menunjukkan pentingnya menerapkan prinsip ini baik untuk guru
maupunmahasiswa. Awalnya, siswa diajarkan perilaku baru dan ketika menggunakan
perilaku baru yang diinginkan oleh guru diperkuat oleh guru untuk penggunaan
itu. Penggunaan perilaku baru oleh siswa ini juga harus mendapatkan penguatan
dariindividu lain, seperti rekan atau personel dalam lingkungan
pendidikan.Dengan demikian, karena siswa memperoleh ini baruperilaku sebagai
keterampilan, menggunakannya dalam berbagai lingkungan saat menerima penguatan,
penggunaan menjadi bagian darirepertoar rutin siswa. Karena perilaku tersebut
menjadi pola penggunaan yang konsisten, yang disebut sebagaiotomatisitas oleh
Csikszentmihalyi (2008), guru mendapatkan manfaat dengan mengakui bahwa
penguatan positif dariperilaku yang diinginkan efektif dalam membuat siswa
menunjukkan perilaku yang ingin dilihatnya. Ada sedikit rasa stresoleh guru,
dan pada gilirannya, oleh semua siswa dengan siapa guru memiliki kontak.
Seperti yang berulang kali diberikan oleh gurupenguatan positif dan melihat
peningkatan perilaku yang diinginkan oleh siswa, penggunaan teknik positifnya .
B. Kelemahan
Menurut Lefudin (2014:79) teori behavioristik
sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak
variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang
tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan antara stimulus dan respon. Teori
ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara
stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan antar stimulus yang diberikan dengan responnya.
2.2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Program : XI Reguler
Semester
: I (Ganjil)
Pertemuan ke : 1
Materi Pokok
: Termodinamika
Sub Pokok Bahasan :
Pengertian,Prinsip,Sistem dan Hukum
Alokasi waktu : 2X45 menit
a.
Standar Kompetensi
Menerapkan konsep Termodinamika.
b.
Kompetensi Dasar
Menganalisis penerapan hukum Termodinamika.
c.
Indikator
1.
Mengidentifikasi
pengertian Termodinamika dan Hukum Termodinamika.
2.
Mendeskripsikan
berbagai sistem dalam Termodinamika.
3.
Memformulasikan
Hukum Termodinamika.
d.
Tujuan Pembelajaran
1.
Siswa dapat
mendeskripsikan pengertian Termodinamika,prinsip,sistem dan hokum untuk
menganalisis konsep Termodinamika.
2.
Siswa dapat
mendeskripsikan dan memformulasikan sistem Termodinamika dalam berbagai proses.
3.
Siswa dapat
mendeskripsikan dan memformulasikan Hukum Termodinamika.
e.
Materi
1.
Pengertian
Termodinamika
Termodinamika adalah suatu ilmu yang menggambarkan usaha
untuk mengubah kalor (perpindahan energi yang disebabkan perbedaan suhu)
menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya. Termodinamika berhubungan erat
dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.
Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik. Cabang ilmu fisika ini
mempelajari suatu pertukaran energi dalam bentuk kalor dan kerja, sistem
pembatas dan lingkungan. Aplikasi dan penerapan termodinamika bisa terjadi pada
tubuh manusia, peristiwa meniup kopi panas, perkakas elektronik, Refrigerator,
mobil, pembangkit listrik dan industri.
2.
Prinsip
Termodinamika
Prinsip
termodinamika sebenarnya yaitu hal alami yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termodinamika
direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk mekanisme yang bisa
membantu manusia dalam kegiatannya. Aplikasi termodinamika yang begitu luas
dimungkinkan karena adanya perkembangan ilmu termodinamika sejak abad 17.
Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik
yakni perilaku umum partikel zat yang menjadi media pembawa energi.
3.
Sistem Termodinamika
Klasifikasi
sistem termodinamika berdasarkan sifat dari batasan dan arus benda, energi dan
materi yang melaluinya. Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang
terjadi antara sistem dan lingkungannya, yakni sebagai berikut :
a) Sistem terbuka
Sistem
yang menyebabkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda
(materi) dengan lingkungannya. Sistem terbuka ini meliputi peralatan yang
melibatkan adanya suatu aliran massa kedalam atau keluar sistem seperti pada
kompresor, turbin, nozel dan motor bakar. Sistem mesin motor bakar yaitu ruang
didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk
kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem. Pada sistem terbuka ini, baik
massa maupun energi bisa melintasi batas sistem yang sifatnya permeabel.
Dengan demikian, pada sistem ini volume dari sistem tidak berubah sehingga
disebut juga dengan control volume.
Perjanjian
yang kita gunakan untuk menganalisis sistem yaitu :
·
Untuk panas (Q) bernilai positif jika diberikan kepada sistem
dan bernilai negatif bila keluar dari sistem
·
Untuk usaha (W) bernilai positif jika keluar dari sistem dan
bernilai negatif jika diberikan (masuk) kedalam sistem.
b) Sistem tertutup
Sistem
yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak
terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas suatu
jumlah massa yang tertentu dimana massa ini tidak bisa melintasi lapis batas
sistem. Tetapi, energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun usaha (work) bisa melintasi
lapis batas sistem tersebut. Dalam sistem tertutup, walaupun massa tidak
bisa berubah selama proses berlangsung, tapi volume bisa saja berubah
disebabkan adanya lapis batas yang bisa bergerak (moving boundary) pada
salah satu bagian dari lapis batas sistem tersebut. Contoh sistem tertutup
yaitu suatu balon udara yang dipanaskan, dimana massa udara didalam balon
tetap, tetapi volumenya berubah dan energi panas masuk kedalam masa udara
didalam balon.
Sebagaimana
gambar sistem tertutup dibawah ini, jika panas diberikan kepada sistem
(Qin), maka akan terjadi pengembangan pada zat yang berada didalam sistem.
Pengembangan ini akan mengakibatkan piston akan terdorong ke atas (terjadi
Wout). Karena sistem ini tidak mengizinkan adanya keluar masuk massa kedalam
sistem (massa selalu konstan) maka sistem ini disebut dengan control mass.
Suatu
sistem bisa mengalami pertukaran panas atau kerja atau keduanya, biasanya
dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
·
Pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
·
Pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
Dikenal
juga istilah dinding, ada dua jenis dinding yaitu dinding adiabatik dan dinding
diatermik. Dinding adiabatik yaitu dinding yang menyababkan kedua zat
mencapai suhu yang sama dalam waktu yang lama (lambat). Untuk dinding adiabatik
sempurna tidak memungkinkan terjadinya suatu pertukaran kalor antara dua zat.
Sedangkan dinding diatermik yaitu dinding yang memungkinkan kedua zat
mencapai suhu yang sama dalam waktu yang singkat (cepat).
c) Sistem terisolasi
Sistem
terisolasi ialah sistem yang menyebabkan tidak terjadinya pertukaran
panas, zat atau kerja dengan lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam
termos dan tabung gas yang terisolasi. Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak
bisa terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit
pencampuran, walaupun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam
analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang
keluar dari sistem.
Karakteristik
yang menentukan sifat dari sistem disebut dengan property (koordinat
sistem/variabel keadaan sistem), seperti tekanan (p), temperatur (T), volume
(v), masa (m), viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada juga
koordinat sistem yang didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya seperti,
berat jenis, volume spesifik, panas jenis dan lain-lain. Suatu sistem bisa
berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, jika masing-masing jenis
koordinat sistem tersebut bisa diukur pada semua bagiannya dan tidak berbeda
nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari
sistem, dimana sistem memiliki nilai koordinat yang tetap. Jika
koordinatnya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan
keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut sistem
dalam keadaan seimbang (equilibrium).
4.
Hukum Termodinamika
Hukum I termodinamika (Kekekalan Energi dalam
Sistem)
Energi tidak bisa diciptakan maupun
dimusnahkan. Manusia hanya bisa mengubah bentuk energi dari bentuk energi
satu ke energi lainnya. Dalam termodinamika, jika sesuatu diberikan kalor, maka
kalor tersebut akan berguna untuk usaha luar dan mengubah energi dalam.
Bunyi Hukum I Termodinamika
Bunyi Hukum I Termodinamika
“untuk setiap proses apabila kalor Q diberikan
kepada sistem dan sistem melakukan usaha W, maka akan terjadi perubahan energi
dalam ΔU = Q – W”.
Dimana U menunjukkan sifat dari sebuah sistem,
sedangkan W dan Q tidak. W dan Q bukan fungsi Variabel keadaan, tetapi termasuk
dalam proses termodinamika yang bisa merubah keadaan. U merupakan fungsi variabel
keadaan (P,V,T,n).
W bertanda positif bila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan dan negatif jika menerima usaha lingkungan.
W bertanda positif bila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan dan negatif jika menerima usaha lingkungan.
Q bertanda positif jika sistem menerima kalor
dari lingkungan dan negatif jika melepas kalor pada lingkungan.
Perubahan energi dari sebuah sistem hanya tergantung pada transfer panas ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan oleh sistem dan tidak bergantung pada proses yang terjadi. Pada hukum ini tidak ada petunjuk adanya arah perubahan dan batasan-batasan lain.
Perubahan energi dari sebuah sistem hanya tergantung pada transfer panas ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan oleh sistem dan tidak bergantung pada proses yang terjadi. Pada hukum ini tidak ada petunjuk adanya arah perubahan dan batasan-batasan lain.
Secara matematis hukum I termodinamika dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Q = ∆U+W
f. Langkah-Langkah
Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Guru
membuka pelajaran dengan mengucap salam.
· Guru
memberika apersepsi pada siswa dengan bertanya:
1) Apa
itu Termodinamika?
2) Apa
saja sistem pada Termodinamika?
3) Apa
yang kalian ketahui mengenai Termodinamika?
·
Guru menginformasikan materi yanga kan
diajarkan tentang Termodinamika.
·
Guru menyajikan uraia singkat tentang
konsep Termodinamika.
·
Guru membagia peserta didik dalam
berbagai kelompok.
2.
Kegiatan Inti
· Guru
mulai mengajarkan bagaimana praktik konsep Termodinamika.
· Guru
mulai menjelaskan apa konsep dari praktikum itu.
· Guru
mengawasi peserta didik dalam memperhatikan praktikum yang dilaksanakan.
· Guru
memberi tugas kepada peserta didik untuk mampu melakukan proses praktikan
dengan baik serta konsep yang ada didalamnaya.
3.
Penutup
·
Guru membimbing peserta didik dalam
membuat kesimpulan.
·
Guru menunjuk pada salah satu siswa yang
mampu membuat kesimpulan dengan konsep Termodinamika.
·
Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
g. Penilaian
1) Penilaian
kognitif diperoleh dari nilai post-test dan ulangan harian.
2) Penilaian
afektif siswa berdasarkan daftar kehadiran siswa ,keaktifan peserta didik dalam
menjawab pertanyaan dan keaktifan peserta didiik dalam bertanya.
Nilai afektif
peserta didik =
Menurut kelompok kami model Pembelajaran system
pengawasan laku adalah model pembelajaran yang menekankan pada
perubahan perilaku melalui pembentukan sikap optimis dan perilaku positif dalam
belajar.Model pembelajaran ini bertitik tolak pada teori belajar behaviorisme
yang berfokus pada perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tak
teramati. Penerapan model modifikasi tingkah laku dalam pembelajaran,
diantaranya: guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa,
modifikasi tingkah laku yang berkemampuan rendah melalui pemberian penghargaan,
dan penerapan prinsip pembelajaran individual.
Pengawsan laku memiliki
karakteristik tersendiri, yaitu bahwa problem yang menjadi objek penelitian
berangkat dari problem pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
Problem tersebut dinilai oleh sang guru sebagai penghalang terhadap kelancaran
dan keefektifan belajar mengajar. Dengan demikian, pengawasan laku dapat
dilaksanakan bila guru merasakan dan menyadari terdapat persoalan yang terkait
dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia laksanakan. Ada enam karekteristik pengawasan
laku, yaitu kritik reflektif,kritik dialektis,kolaboratif,resiko,susunan jamak,
dan internalisasi teori dan praktek. Model pembelajaran sistem perilaku
terdiri dari Model Belajar Menguasai (Mastery Learning Model)
dan Model
Instruksi Langsung (Direct Instruction Model).
Prinsip-prinsip dari Model
Pengawasan Laku adalah sebagai berikut :
1. Perilku
sebagai fenomena yang dapat diamati dan diidentifikasi.
Teori
perilaku fokus pada perilaku yang bisa diamati dan menggunakan pandangan yang
optimis.
2. Perilaku
maladaptif didapatkan, bukan di program
Belajar
menangani pengaruh dalam mendekati materi pelajaran tersebut. Beberapa teknik
yang sederhana dapat berhasil pada kasus-kasus yang ringan.
3. Tujuan
perilaku sebagai spesifik dan individual
Tujuan
masing-masing siswa mungkin akan berbeda-beda dan bahwa proses latihan harus
dilakukan secara perorangan, baik dalam hal materi ataupun proseslatihan itu
sendiri.
4. Teori
perilaku fokus pada hal-hal yang ada di sini dan saat ini
Peran
proses membentukan perilaku seseorang yang sudah terjadi (lampau) tidaklah
terlalu ditekankan dalam hal ini.
Kelebihan
teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linear, konvergen, tidak
kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses
pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target
tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan
beimajinasi. Sedangkan kelemahan dari teori behavioristik ini sering kali tidak
mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat
diubah menjadi sekedar hubungan antara stimulus dan respon.
3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran perilaku bertitik tolak dari teori belajar
behavioristik, yang memandang belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan
tingkah lakunya.
1. Ciri-ciri
model pembelajaran perilaku.
2. Prinsip model
pembelajaran perilaku.
3. Kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran perilaku.
4. Implementasi
model pembelajaran perilaku dalam pembelajaran.
Kita sebagai calon guru
harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan baik, dengan metode
serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan
kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Ashar, Hasbullahair. Aplikasi Model Pembelajaran untuk Mendukung Kegiatan Belajar Mengajar.
Lentera Pendidikan, Vol. 14 No. 2.
Baroroh, Kiromim.2011.Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Melalui
Penerimaan Metode Role Playing.Vol .8.No.2.
Danumihardja, dkk. 2016.
IX SMP.Penerapan Model Pembelajaran
Langsung BerbasisBerpikir Kristis dalam Pembelajaran Menulis Karanagan
Argumentasi Siswa Kelas .ISSN:2089-2616. Vol.3. No.2.
Dougherty,
A. Michael. 2009. Psychological
Consultation and Collaboration in School
and Community Settings. A merica. Brooks/Cole, Cengage Learning.
Hilmawan P, dkk. 2017. Model Pembelajaran Sistem Perilaku. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Hudha, dkk. 2016. Telaah Model-model pembelajaran dan sintaksnya sebagai upaya
pengembangan model pembelajaran ‘Oidde’ study of instructional models and
syntax as an effort for developing ‘oidde’ instructional model. Vol. 2. No.
2. P-ISSN:2442-3750. E-ISSN:2527-6204.
Indabawa, salisu. 2014. Human Relations and Behavioral Science
Organizations in Kano Metropolis
Nigeria. Vol 6. No. 25. P-ISSN : 2222-1905. E-ISSN : 2222-2839.
Indriwati. 2011. Perenacanaan
Pembelajaran Fisika:Model-Model Pembelajaran Implementasinya dalam Pembelajaran
Fisika. Jember: Universitas
Jember.
Joyce, dkk. 2016. Model-Model
Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Keplicz,
Barbara Dunin, dkk. 2005. Monitoring,
Security, and Rescue Techniques in Multiagent Systems. Poland : Springer.
Lefudin. 2014. Belajar
dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish (CV Budi Utama).
Mahmud,Tedi.2008.Penelitian
Tindakan Kelas Teori dan Praktek. Bandung: Tsabita.
Murry, Francie. 2015. Teaching Teachers the Five
Principles of Behavior Reinforcement:Changing Challenging Behaviors in the
Classrooms. Vol.4.No.4.
Mutakllim. 2016. Pengawasan ,Evaluasi dan Umpan
Balik Stratejik. Vol.V.No.2.
Rahayu,Satukik. 2015. Model
Simulasi Dalam Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Fisika. ISSN:2407-6942.Vol.1.No.2.
Sarwo,
Edy dan Sri Uchtiawati. 2017. Teori
Belajar. Gresik :UMG Press.
Silhavy, Radek, dkk. 2014.
Behavioral Modeling in System
Engineering. Recent Researches in Automatic Control . ISBN: 978-1-61804-004-6.
Sundari,hanna. 2015. Model-model Pembelajaran dan pemefolehan bahasa kedua/asing. Vol.1.
No. 2.
Wahyudi, muchamad. 2016. Pendekatan behavior dalam menangani perilaku indisipliner siswa
korban perceraian di SMP Diponegoro. Yogyakarta. Vol XVI. No. 2
Zerz,
eva. 2008. Behavioral system theory:
A survey. Vol. 18. No. 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar