BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembelajaran adalah dua sisi proses yang muncul secara
signifikan. Proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar jika guru dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa-siswa mereka berdasarkan level kompetensi
mereka. Pada umumnya, pengaruh meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif, pengajar harus memiliki
keterampilan dalam menggunakan cara yang sesuai, media, dan juga evaluasi dan
juga seluruh unsur yang mendukung untuk menjadikan proses pembelajaran yang
interaktif di dalam kelas.
Dalam pembelajaran, pendidik harus berperan aktif, karena masih ada
pelajar yang belum memahami materi ajar. Terkait dengan hal itu, pendidik harus
melakukan remedial pada siswa yang bertujuan untuk mendiagnosis permasalah
pelajar dalam memahami konsep. Dengan hal itu, mereka akan mengetahui tentang
materi ajar, metode, media, dan tehnik evaluasi yang tidak sesuai dengan
mereka. Dari beberapa kajian teori yang dilakukan, ditemukan bahwa pendidik
harus melakukan remedial untuk menentukan keadaan yang aktif, kreatif, inovatif
dan menyenangkan, pendidik harus memiliki beberapa kompetensi.
Menurut
Purnama (2010:34) remedial adalah ujian pengulangan materi yang dilakuakn jika
hasil ujian tidak memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Tiap sekolah tentu
saja memiliki standar yang berbeda. Misalnya di sekolah atau kelas unggulan
tentu saja yang berbeda. Misalnya di sekolah atau kelas unggulan, tentu saja
standar nilai yang ditetapkan biasanya lebih tinggi. Remedial biasanya
dilakukan setelah ujian tengah dan akhir semester.
Agar
pembelajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka pelaksanaannya
perlu melalui prosedur atau langkah-langkah yang memadai serta menggunakan
metode yang tepat. Dalam usaha memberikan bantuan pembelajaran remedial kepada
anak yang menghadapi kesulitan belajar, dapat ditempuh langkah-langkah yaitu
manandai atau mengenali murid yang mengalami kesulitan belajar, mengetahui
sifat dan jenis kesulitan belajar, mengetahui latar belakang kesulitan belajar,
menetapkan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan serta evaluasi dan tindak
lanjut.
1.2 Rumusan Makalah
1. Apakah
Pengertian dari Remedial?
2. Apa
saja Tujuan dan Fungsi dari Remedial?
3. Apa
saja Bentuk dan Prinsip Dasar Remedial?
4. Apa
saja Pendekatan dalam Pelaksanaan Remedial?
5. Bagaimana
Langkah-langkah Pembelajaran Remedial?
6. Apa
saja Kelebihan dan Kekurangan Pengajaran Remedial?
1.3
Tujuan
1. Dapat
mengetahui Pengertian Remedial.
2. Dapat
mengetahui Tujuan dan Fungsi dari Remedial.
3. Dapat
mengetahui Bentuk Dan Prinsip Dasar Remedial.
4. Dapat
memahami Pendekatan dalam Pelaksanaan Remedial.
5. Dapat
memahami Langkah-langkah Pembelajaran Remedial.
6. Dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan pengajaran Remedial.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1Pengertian
Remedial
Menurut
Joyce,dkk (…..:531-532) Ketuntasan pembelajaran
(mastery learning) adalah kerangka
kerja untuk merencanakan urutan mata pelajaran yang dirumuskan oleh John B.
Carril (1963,1977)dan Benjamin Bloom (1971). Ketuntasan pembelajaran memberikan
cara yang lengkao dan menarik untuk meningkatkan kemungkinan bahwa lebih banyak
siswa akan memperoleh level kinerja yang memuaskan pada pelajaran sekolah
Dari gagasan teoritis dalam
ketuntasan pembelajaran didasarkan pada perspektif menarik dari John Carroll
tentang makna baka/kecerdasan (aptitude). Secara tradisional, aplitude dianggap
sebagai karakteristik yang berhubungan dengan prestasin siswa – semakin tinggi
karakteristik yang berhubungan dengan prestasi siswa – semakin tinggi aptitude
yang dimiliki siwa, semakin banyak kemungkinan siswa tersebut untuk belajar.
Namun Carroll memandang aptitude sebagai sejumlah waktu yang yang diperlukan
siswa untuk lebih mempelajari medan khusu untuk apa pun daripada kemampuannya
untuk menguasainya. Dalam pandangan Carroll, siswa deengan aptitude yang sangat rendah dalam hal jenis pembelajaran
tertentu hanya memerlukan waktu yang sedikit lama untuk mencapai ketuntasan daripada
siswa dengan aptitude yang lebih tinggi.
Menurut
Purnama (2010:34) remedial adalah ujian pengulangan materi yang dilakuakn jika
hasil ujian tidak memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Tiap sekolah tentu
saja memiliki standar yang berbeda. Misalnya di sekolah atau kelas unggulan
tentu saja yang berbeda. Misalnya di sekolah atau kelas unggulan, tentu saja
standar nilai yang ditetapkan biasanya lebih tinggi. Remedial biasanya
dilakukan setelah ujian tengah dan akhir semester.
Menurut
Badar dan Suseno (2017:363) mengacu pada Permedikbud Nomor 65 dan Nomor 66
Tahun 2013: “Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh guru untuk
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichement) atau
pelayananan konseling.
Penilaian yang dimaksud adalah tidak
terpaku pada hasil tes (ulangan harian) pada KD tertentu. Penilaian juga bisa
dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung (dari aspek pengetahuan,
sikap, ataupun keterampilan).
According Sembiyan (2015:125)
remedial teaching as the name suggests, is the teaching that is undertaken for
providing remedial education to those who are in need of such eduation to those
who are in need of such education for overcoming their deficiencies, weaknesses
and difficulties related with the learning activities pertaining to some area
of a science subject.
Terjemahan
Menurut Sembiyan (2015: 125) pengajaran remedial seperti namanya, adalah pengajaran yang dilakukan untuk memberikan pendidikan remedial kepada mereka yang membutuhkan pendidikan tersebut bagi mereka yang membutuhkan pendidikan semacam itu untuk mengatasi kekurangan, kelemahan dan kesulitan mereka. terkait dengan kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan beberapa bidang subjek sains.
Menurut Masbur (2012:350-351) Pengajaran
remedial (remedial teaching) secara etimologis berasal dari kata remedy (Inggris) yang artinya menyembuhkan,
membetulkan, perbaikan, pengulangan. Sedangkan teaching adalah mengajar, cara mengajar atau
mengajarkan.Pengajaran remedial secara terminologis adalah suatu kegiatan
belajar mengajar yang bersifat menyembuhkan atau perbaikan ke arah pencapaian
hasil yang diharapkan. Pengajaran remedial menurut Abd. Rachmat Abror dalam
jurnal Masbur (2012:350) adalah bentuk pengajaran perbaikan yang diberikan
kepada seseorang siswa untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya.Menurut
Abin Syamsuddin dalam jurnal Masbur (2012:350)
pengajaran remedial adalah sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu
situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan kerakter) tertentu
lebih mampu meningkatkan prestasi seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi
kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono dalam
jurnal Masbur (2012:351), pengajaran remedial adalah suatu bentuk khusus
pengajaran yang bersifat menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi
baik.Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pengajaran
remedial adalah suatu layanan pendidikan atau suatu bentuk program pembelajaran
yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang diberikan guru pada siswa yang
mengalami kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga
siswa tersebut mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Menurut
Permendiknas Nomor 20 (2007) dalam jurnal Prasetyo,dkk (2016:51) KKM adalah
kriteria ketuntasan belajar masing-masing satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan hal-hal tertentu dalam penetapannya. KKM menunjukkan
prosentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka
maksimal 100 (seratus). Siswa dikatakan tuntas apabila persentase penguasaan lebih
dari atau sama (=) dengan KKM yang ditentukan. Sebaliknya, siswa dikatakan
tidak tuntas apabila persentase penguasaan kurang dari (<) KKM.
Menurut
Hartini (2013) dalam jurnal Prasetyo dkk (2016 : 52) Bagi siswa yang pencapaian
kompetensinya belum mencapai KKM, maka ia akan mendapat pelayanan pembelajaran
remedi untuk memperbaiki kemampuannya yang didahului dengan analisis kesulitan
atau kelemahannya dan diakhiri dengan penilaian kemajuan belajarnya.
According
to Jangid and Inda (2016: 98), remedial teaching methods are innovative
teaching strategy designed to improve the storage and retrieval of information
from long-term memory. Remedial education is education which is designed to
bring students who are lagging behind up to the level of achievement realized
by their peers. Remedial Teaching means that help is offered to students who
need pedagogical or didactic assistance. These are often children who function
at a lower than average level because of a certain learning or behavioral
problem/disorder. However, remedial teaching can also be offered to pupils who
accomplish at a higher than average level, they also can do with the extra
attention and care.
Terjemahan
Menurut Jangid dan Inda (2016: 98), metode pengajaran remedial
adalah strategi pengajaran yang inovatif yang dirancang untuk meningkatkan
penyimpanan dan pengambilan informasi dari memori jangka panjang.Pendidikan
remedial adalah pendidikan yang dirancang untuk membawa siswa yang tertinggal
ke tingkat pencapaian yang direalisasikan oleh rekan-rekan mereka.Pengajaran
remedial berarti bahwa bantuan ditawarkan kepada siswa yang membutuhkan bantuan
pedagogis atau didaktik.Ini sering anak-anak yang berfungsi pada tingkat yang
lebih rendah daripada rata-rata karena masalah / gangguan belajar-atau perilaku
tertentu.Namun, pengajaran remedial juga dapat ditawarkan kepada siswa yang
mencapai tingkat di atas rata-rata, mereka juga dapat melakukan dengan
perhatian dan perhatian ekstra.
Menurut Kadarawati dan Malawi (2017:231)
remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik
yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan
segera setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM.
According to Sharma (2009:22)
remedial teaching as the name suggests, is the teaching that is undertaken for
providing remedial edication to those who are in need of such education for
overcoming their deficiencies, weakness and difficulties related with the
learning activities pertaining to some area or aspects of a particular subject.
Terjemahan
Menurut Sharma (2009: 22) pengajaran remedial
sesuai dengan namanya, adalah pengajaran yang dilakukan untuk memberikan
edukasi perbaikan kepada mereka yang membutuhkan pendidikan semacam itu untuk
mengatasi kekurangan mereka, kelemahan dan kesulitan terkait dengan kegiatan
belajar yang berkaitan dengan beberapa area atau aspek dari subjek tertentu.
According to Singh (2004 : 16-17) remedial teaching organized in
various ways has a potentially important role. There has been quite a rapid
expansion of remedial teaching servicesince the late 1940s when public concern
grew about the large number of backward readers in schools. Some remedial
teachers work in schools with groups and individuals who need extra help,
especially early in the junior school. In a few cases they work in centres
which children attend several times a week. More frequently they are
peripatetic teachers visiting a numberof schools to teach groups and in some
well organized services giving advice on materials and methods, undertaking
surveys and other services. Their work should be closely integrated with the
school pshychological services. Sometimes they work in and from child guidance
centres.
Terjemahan
Menurut Singh
(2004 : 16-17) pengajaran remedial yang diselenggarakan dengan berbagai cara
memiliki peran yang berpotensi penting. Sudah ada ekspansi yang cepat dari
layanan pengajaran perbaikan sejak akhir 1940-an ketika perhatian publik tumbuh
tentang banyaknya pembaca terbelakang di sekolah. Beberapa guru remedi bekerja
di sekolah dengan kelompok dan individu yang membutuhkan bantuan tambahan,
terutama di awal sekolah menengah pertama.Dalam beberapa kasus mereka bekerja
di pusat-pusat yang anak-anak menghadiri beberapa kali seminggu.Lebih sering
mereka adalah guru-guru yang bergerak mengunjungi sejumlah sekolah untuk
mengajar kelompok-kelompok dan dalam beberapa layanan yang terorganisasi dengan
baik memberikan nasihat tentang bahan dan metode, melakukan survei dan layanan
lainnya.Pekerjaan mereka harus terintegrasi erat dengan layanan psikologi
sekolah.Terkadang mereka bekerja di dan dari pusat bimbingan anak.
According
to Sahito, and friends (2017:2) Remedial, the word which is the adjective of
the noun Remedy means “providing or intended to provide a remedy or cure”. So,
this intended remedy was planned to provide those who need it at bad time.
Terjemahan
Menurut
Sahito, dkk (2017:2) remedial, kata yang merupakan kata sifat dari kata Remedy
yang berarti “menyediakan atau dimaksudkan untuk memberikan obat atau
menyembuhkan”. Jadi, obat yang dimaksudkan direncanakan unutkn menyediakan
mereka yang membutuhkan pada waktu yang beruk.
2.1.2
Tujuan dan Fungsi Remedial
Menurut
Badar dan Suseno (2017:362) setiap guru berharap peserta didiknya dapat
mencapai penguassaan kompetensi yang telah ditentukan. Berdasarkan Permendikbud
No. 65 tentang Standar Proses, No. 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian,
setiap pendidik hendaknya memperhatiakan prinsip perbedaaan individu (kemampuan
awal, kecerdasan, kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya
belajar), maka program pembelajaran remedial dilakuakan untuk memenuhi
kebutuhan/hak anak. Dalam program pembelajaran remedial guru akan membantu
peserta didik, untuk memenuhi kesulitan belajar yang dihadapninya, mengatasi
kesulitannya tersebut dengan memeperbaiki cara belajar dan sikap belajar yang
dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
Menurut
Ahamdi (2008: 125) dalam Jurnal Bukhari, dkk (2016: 53) “Pengajaran remedial adalah bentuk khusus
pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat menjadi
baik. Seperti yang diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar siswa
diharapkan dapat mencapai hasil sebaik-baiknya sehingga bila ternyata ada siswa
yang belum berhasil sesuai dengan harapan maka diperlukan suatu proses
pengajaran yang Mereka baru dapat menyelesaikan tugas belajar melebihi waktu
belajar yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan pengalaman siswa cepat,
agar mereka tidak berdiam diri setelah menyelesaikan tugas belajarnya di kelas,
diberikan kepadanya tugas tambahan untuk memperkaya pengetahuannnya di bidang
pokok bahasa yang telah dipelajari. Untuk menghadapi anak lamban, guru
menyediakan waktu tambahan agar pelajaran itu dapat dicerna dengan baik. Untuk
mengatasinya kadang- kadang dilakuakan pengajaran remedial.
Menurut
Bukhari, dkk (2016:53) Secara umum tujuan pengajaran remedial tidak berbeda
dengan pengajaran biasa yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar siswa yang
mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan
sekolah melalui proses perbaikan.
Menurut
Ahmadi dan Widodo (2008 : 154 ) secara terperinci tujuan pengajaran remedial.
1) Agar
siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal
kelemahannya dalam mempelajari materi pelajaran dan juga kekuatannya.
2) Agar
siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik.
3) Agar
siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat;
4) Agar
siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya
hasil yang lebih baik;
5) Agar
siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah
ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab kesulitan
belajarnya, dan dapat mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam
belajar.
Menurut
Rahmatiah (2014:225) Pengajaran remedial ditujukan agar siswa memperoleh
tingkat penguasaan penuh terhadap materi yang dipelajari dan siswa dalam proses
belajar tidak mengalami kesulitan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan
hasil belajarnya. Pentingnya pengajaran remedial dalam meningkatkan kemampuan
dan hasil belajar siswa dalam pelajaran, memberi konsekuensi pada perlunya
kemampuan memahami dengan baik pengajaran remedial. Pemahaman terhadap
pengajaran remedial tidak hanya sebatas pada pemahaman konsep, tetapi harus
memahami tujuan dan cara dalam pengajaran remedial.
Menurut
Darmadi (2017:384) dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik
yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini
memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tinglat
penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah melakukan
program pembelajaran remedia.
Tujuan pengajaran remedial menurut Abu Ahmadi
dan Widodo Supriono secara umum dalam jurnal Masbur
(2012: 348-361),tidak berbeda
dengan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Secara khusus pengajaran perbaikan bertujuan agar siswa yang mengalami
kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui
proses perbaikan. Tujuan pembelajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar dengan memperbaiki prestasi belajarnya.
Adapun fungsi pengajaran remedial antara lain:
1. Fungsi korektif
Fungsi korektif adalah dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan
terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam proses
pembelajaran. Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru membuat perencanaan
pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan. Dengan demikian, guru dapat
mengetahui perbedaan individual siswa dan kesulitan belajar siswa tersebut.
2. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu memungkinkan guru, siswa dan pihak lain
dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi siswa. Kepribadian
siswa sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu, guru atau pihak
lain dapat memahami kepribadian pada diri siswa atau perbedaan pada
masing-masing siswa.
3. Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian yaitu pengajaran remedial dapat membentuk siswa
untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Siswa dapat
belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil lebih
baik lebih besar.Tuntutan disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang
kesulitan sehingga termotivasi untuk belajar.
Adapun pelaksanaan program ini dapat dilakukan secara relevan
dengan tingkat yang dimiliki siswa dikarenakan faktor individual siswa dalam
memahami suatu bidang studi.Maka fungsi penyesuaian ini memungkinkan individual
siswa dengan karakter tertentu dapat termotivasi untuk belajar.
4. Fungsi pengayaan
Fungsi pengayaan yaitu dapat memperkaya proses belajar mengajar.
Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam
pengajaran remedial sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam
atau dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya.Adanya daya dukung fasilitas
teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan.Sasaran pokok fungsi ini ialah
agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakannya pengayaan.
Semakin banyak hasil belajar yang diperoleh dan semakin dalam ilmu
yang didapat, maka prestasi belajarnya pun semakin meningkat.
5. Fungsi terapetik
Fungsi terapetik yaitu secara langsung ataupun tidak, pengajaran
perbaikan dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi kepribadian yang
menyimpang.Penyembuhan ini dapat menunjang penyampaian prestasi belajar dan
pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi.
According to Sampson (1968) in book Singh (2004: 16-17), points out in reporting the result of a
survey of remedial teaching, the original aim of remedial teaching was to
remedy education retardation, i.e., children who were failing educationally but
normal in ability. It soon became apparent the remedial teachers could not
concentrate on 'und‘r-functioning’ children and, as Sampson’s survey shows,
remedial teachers have been trying to help schools cope with children who are
backward because of social and cultural limitations, lowish ability and
emotional difficulties. Some of these children need special education rather
than remedial teaching. The remedy for junir high school children who are show
to acquire basic educational skills is not twice-weekly sessions with a
remedial teacher but the provision of good teaching, smaller classes, an active
child-centred approach emphasizing language development an experience. Remedial
teaching has sometimes been used as a palliative, whereas more radical remedies
are needed. This is not to say that remedial teaching, especially when it
includes an advisory element, does not provide a very useful service. But the
training and experience of remedial theachers should perhaps be focused
increasing on the children who have specific and severe learning
disabilities-children for whom something more than good teaching seems to be
needed
Terjemahan
Menurut Sampson (1968) dalam buku Singh (2004:16-17) menunjukkan
dalam melaporkan hasil survei pengajaran remedial, tujuan asli dari pengajaran
remedial adalah untuk memperbaiki retardasi pendidikan, yaitu, anak-anak yang
gagal dalam pendidikan tetapi normal dalam kemampuan. Segera menjadi jelas
bahwa guru-guru perbaikan tidak dapat berkonsentrasi pada anak-anak yang 'tidak
berfungsi' dan, seperti yang ditunjukkan survei Sampson, guru-guru remedial
telah berusaha membantu sekolah mengatasi anak-anak yang terbelakang karena
keterbatasan sosial dan budaya, kemampuan rendah dan kesulitan emosional.
Beberapa dari anak-anak ini membutuhkan pendidikan khusus daripada pengajaran
remedial.Obat untuk anak-anak junir sekolah menengah yang menunjukkan untuk
memperoleh keterampilan pendidikan dasar bukanlah sesi dua kali seminggu dengan
guru remedial tetapi penyediaan pengajaran yang baik, kelas yang lebih kecil,
pendekatan yang berpusat pada anak yang aktif menekankan perkembangan bahasa
sebuah pengalaman.Pengajaran remedial terkadang digunakan sebagai paliatif,
sedangkan pengobatan yang lebih radikal dibutuhkan.Ini bukan untuk mengatakan
bahwa pengajaran remedial, terutama ketika itu termasuk elemen penasehat, tidak
memberikan layanan yang sangat berguna.Tetapi pelatihan dan pengalaman
guru-guru perbaikan mungkin harus difokuskan pada peningkatan anak-anak yang
memiliki ketidakmampuan belajar yang spesifik dan berat - anak-anak yang
membutuhkan sesuatu yang lebih dari pengajaran yang baik.
Menurut Astuti,dkk (200:39) tujuan guru melaksanakan kegiatan
remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi
yang telah ditemukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Kegiatan
remedial itu di samping ada tujuan, juga memiliki fungsi sebagai korektif, pemahaman,
pengayaan, fungsi akselerasi (percepatan belajar) dan berfungsi sebagai
tereputik
Menurut lim (2007:208) remedial akan membawa kita dari satu gunung
keberhasilan ke unung kesuksesan berikutnya. Singkatnya, kemampuan untuk
menerima proses remedial tidak membuat orang merasa puas diri, merasa dirinya
sudah mapan, sejehtera, dan nyaman, sehingga terjebal dalam zona kenyamanan
yang diciptaknnya sendiri dan menolah perubahan. Kemampuan menerima remedial
juga berarti bersedia untuk menerima perbaikan dalaam hidup menuju
kesempurnaan.
According to SelvarajandanVasanthagumar
(2012:57) identified the low achievers as one of its issues and wants to test
the effectiveness of remedial teaching in its context. This study was designed
to identify the reasons for low achievement and the effectiveness of the
remedial teaching program. The findings show that the socio economic condition
of the family and physical and psycho social status of the students cause low
achievement. The implemented remedial program proved to be effective .
Terjemahan
Menurut Selvarajan dan Vasantha gumar
(2012: 57) mengidentifikasi orang yang berprestasi rendah sebagai salah satu masalah
dan ingin menguji efektivitas pengajaran remedial dalam konteksnya. Penelitian ini
dirancang untuk mengidentifikasi alasan untuk prestasi rendah dan efektivitas
program pengajaran remedial. Temuan menunjukkan bahwa kondisi social ekonomi keluarga
dan status social fisik dan psikologis siswa menyebabkan prestasi rendah.
Program remedial yang diimplementasikan terbukti efektif.
According
to Oyekan (2013 : 282) Diagnosis and remediation of students’ weaknesses are
the basic components of diagnostic remedial teaching (DRT). Here in diagnosis
can be regarded as a technique to identify students’ strengths and weaknesses
in a lesson or course of study through tests, observations and projects. Data
collected from diagnosis serve as the basis of an instructional needs analysis,
and subsequently provide vital information which would enable a teacher to
correct his/her methods, contents or presentation. Hence, remediation connotes
an act of rectifying the students’ learning difficulties or weaknesses which
they experience with the school curriculum. This may be realized through
inquiry-discovery and task analysis of learning experiences imbued with
guidance in the planning of instruction.
Terjemahan
Menurut
Oyekan (2013: 282) Diagnosis dan remediasi kelemahan siswa adalah komponen dasar
dari pengajaran remedial diagnostik (DRT). Di sini, diagnosis dapat dianggap sebagai
teknik untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam pelajaran atau
program studi melalui tes, pengamatan, dan proyek. Data yang dikumpulkan dari
diagnosis berfungsi sebagai dasar dari analisis kebutuhan instruksional, dan kemudian
memberikan informasi penting yang akan memungkinkan seorang guru untuk memperbaiki
metode, isi atau presentasinya. Oleh karena itu, remediasi berkonotasi dengan tindakan
memperbaiki kesulitan belajar siswa atau kelemahan yang mereka alami dengan kurikulum
sekolah. Ini dapat diwujudkan melalui penyelidikan penemuan dan analisis tugas dari
pengalaman belajar yang dijiwai dengan bimbingan dalam perencanaan instruksi.
According
to Munene (2017 : 47) Remedial education is given to children who function at a
lower than average level because of certain learning or behavioral problem, but
it can also be offered to pupils who achieve at higher than average level.
Generally, learners who require remedial learning have poor memory, short
attention span and are easily distracted by other things, have relatively poor
comprehensive power, lack learning motivation and self-confidence and exhibit
relatively slow self-expectation. They are also weak in problem solving, fail
to grasp information quickly and mix things up easily.
Terjemahan
Menurut
Munene (2017: 47) Pendidikan remedial diberikan kepada anak-anak yang berfungsi
pada tingkat yang lebih rendah daripada rata-rata karena masalah belajar atau perilaku
tertentu, tetapi itu juga dapat ditawarkan kepada siswa yang mencapai pada tingkat
yang lebih tinggi dari rata-rata. Umumnya, peserta didik yang membutuhkan pembelajaran
remedy memiliki memori yang buruk, rentang perhatian yang pendek dan mudah terganggu
oleh hal-hal lain, memiliki kekuatan komprehensif yang relative miskin,
kurangnya motivasi belajar dan kepercayaan diri dan menunjukkan harapan diri
yang relative lambat. Mereka juga lemah dalam pemecahan masalah, gagal untuk memahami
informasi dengan cepat dan mencampurnya dengan mudah.
2.1.3. Sintaks, Sistem
Sosial, Sistem Aksi-Reaksi (Prinsip-Prinsip Reaksi), dan Sistem Pendukung
Menurut
Joyce 2009 (20 :543-544) system inin
juga mendapatkan guru dalam sebuah peran yang mendorong dan membantu siswa
serta memiliki pengaruh positif terhadap penghargaan diri siswa itu sendiri
Sintaks
Sintaks bersifat lurus
– tujuan-tujuan dinyatakan dengan jelas di awal kemudian urutan tugas diberikan
beserta dengan informasi tentang seberapa sukses tugas diselesaikan. Asemen
rangkuman diberikan di akhir setiap unit pelajaran. Unit-unit ini bias relative
singkat atau cukup panjang. Seringkali unit-unit yang panjang menjadi beberapa
bagian.
Sistem Sosial
Kecenderungannya
adalah siswa bekerja secara individual. Namun, penting agar siswa memahami
bahwa individu memiliki keragaman menyangkut waktu yang diperlukan dan keadaan
yang sebagiknya positif bagi semua.
Prinsip-prinsip reaksi
Instruktur perlu terus
mendampingi kemajuan siswa dan memberikan dorongan ketika siswa bekerja untuk
menyelesaikan tugas atau menemukan keberhasilan agar menjadi rajin. Instruktur
perlu berupaya untuk memastikan bahwa unit-unit dalam system instruksional
berada pada level yang tepat bagi siswa
System pendukung
Banyak faktor pendukung dalam
proses pengajaran remedial salah satu adalah kedetakan guru dengan siswa yang
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa juga berguna untuk memahami
penyebab kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Faktor yg lain
seperti fasilitas, waktu, tempat dan sebagainya juga sangat mendukung
terbentuknya pengajaran remedial yang kita katakan berhasil. Namun pendidik
adalah kunci keberhasilan. Pendidik yang butuhkan adalah pendidik yang inovatif
dan berpengalaman dalam pengajaran remedial.
2.1.4. Bentuk dan Prinsip Dasar Remedial
Menurut Darmadi (2017 : 385-386)
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial, dalam artikel kurikulum dan
pembelajaran, Depdiknas (2008) menyebutkan:
1.
Pemberian
pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
2.
Pembelajaran
ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi.
3.
Pembelajaran
ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai
ketuntasan belajar.
4.
Pemberian secara
khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta
didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternative tindak lanjut berupa
bimbingan secara individual. Hal ini dilaksanakan bilamana terdapat satu atau
beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
5.
Pemberian
tugas-tugas latian secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan,
tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami
kesulitan.
6.
Pemanfaatan
tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang mengalami kecepatan
belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada
rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan
peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar akan lebih terbuka dan akrab.
According to Sharma (2009: 22-25), remedial teaching as the name
suggests, is the teaching that is undertaken for providing remedial education
to those who are in need of such education for overcoming their deficiencies,
weaknesses and difficulties related with the learning activities pertaining to
some area or aspects of a particular subject.
Organisation of
Remedial Teaching. Remedial teaching in the subject physical or life sciences
can take various forms like below
1. Class teaching
2. Group tutorial teaching
3. Individual tutorial teaching
4. Supervised tutorial teaching
5. Auto-instructional teaching
6. Informal teaching
Let us discuss now
all these forms and aspects of remedial teaching.
1. Class Teaching. In this system or schedule of remedial teaching, the usual
composition and structure of the class is not disturbed. The teacher here
teaches a particular lesson/ unit, emphasizes a point again and again, repeats
the experiments or uses some specific teaching aid in order to remove the
difficulties and deficiencies of the learners in terms of the acquisition of
the desired learning experiences. The class as a whole is benefitted through
such type of remedial teaching It proves particularly useful in the removal of
the weaknesses and learning difficulties of the general nature.
2.
Group Tutorial Teaching. Here
the students of the class are divided into some homogeneous groups called
turorial groups on the basis of their common learning difficulties and
identical weakness or deficiencies in the acquisition of the learning
experiences in some or the other areas or aspects of the subject. These groups
are then taught separately by the same teacher or different teachers according
to the nature of the difficulties and deficiencies. The tutor incharge of a
tutorial group then tries to solve the difficulties of the learners, hovewer,
collectively on a group basis. The weak areas or aspects of the curriculum
identified through diagnostic testing are properly attended by the teacher
according to the needs and requirement of the pupils of the group. In case, it
is related to particular work, due care and proper attention is now paid by the
teacher over his own demonstration work as well as on the practical and project
work done by the students in their respective groups.
The group tutorial
teaching proves advantageous over the class teaching in mnay aspects. Here the
students who heve common problems and difficulties in their learning are more
helped in overcoming their difficulties and deficiencis. It makes the task of
teaching-learning quite interested and goal oriented.In class
teaching there remains a lot of chances that the time ang energy of many
of the students who do not suffer with a certain learning deficiency or
difficulty will go in vain by attending to the remedial teaching not at all
needed by them. Moreover,
the number of students in group turorial teaching is comparatively reduced. It
results in making the task of the teaching more convenient, and effective for
providing better coaching and practice in terms of the needed remedial
education.
3.Individual
Tutorial Teaching. In
this schedule every learner, who feels learning difficulty of one or the other
nature, is attended individually for overcoming his deficiencies or weakness.
It is one to one coaching, help and guidance that is rendered by the teacher to
the learner as and when needed by him in oerder to actualize his potentialities
to the maximum. Therefore in this type of remedial teaching, maximum
consideration may be provided to the principle of individual difference in the
direction of the best results in the task of teaching and learning. Here the
students may progress according to their own pace, abilities and capacities and
get adequate help, individual attention and reinforcement for coping up with
their deficiencies and difficulties on the path of learning.
4. Supervised
Tutorial Teaching. In
this schedule of remedial teaching the responsibility of overcoming the
learning difficulties and removing deficiencies in some learning areas is
handed over to the learners themselves.
They have to work at their own for removing their difficulties and
deficiencies. The role of the teacher is confined to observe and supervise the
learning activities and provide as much help as necessary to carry on them on
their path of self learning and self correction. This type of supervision can
be made on the individual as well as tutuorial group levels. The students may
opt to work in the group or individually for solving their difficulties and
overcoming their learning deficiencies.
5.
Auto-Instructional Teaching. This
type of remedial teaching consists of auto-instructional programmes and
activities. Here the learner is provided with basic auto-instructinal and self
learning material and equipments like programmed learning text books and
packages, auto-learning modules, teaching machines and computer assisted
programmed instuctions etc. This material helps the pupil to gain sufficient
practice and drill work in the areas of his weakness and acquire necessary
confidence in overcoming his difficulties and deficiencies through the well programmed
self-instructional material.
6.
Informal Teaching. Informal
science education and teaching suitably planned and assimilated with the formal
science education of the scholl may go in a big way to act as a source and
means of remedial education to the needy students. The activities connected
with such informal education in the form of excurcions or trips, collecting
material for the science museum, improvising science apparatus, working on
useful scientific projects, engaging in the scientific hobbies, establishing acquarium, vivarium,
terrarium, botanical garden, zoo and nature study corner in the school campus
and participating in the science club activities, etc. Make the study of
science a joyful event. These activities suit the diversified interest of the
students and provide unique and special opportunities to learn and practise the
facts and principles of science. The learning difficulties arised out of the
lack of interest, non-availability of direct and first hand learning
experience, deficiencies in the methodology of teaching, psychological needs
and problems of the learners and host of pother reasons may be easily overcome
through the organisation of useful non-formal activities of scientific interest
in the schools.
Menurut Sharma (2009: 22-25), pengajaran remedial seperti namanya,
adalah pengajaran yang dilakukan untuk memberikan pendidikan remedial kepada
mereka yang membutuhkan pendidikan semacam itu untuk mengatasi kekurangan
mereka, kelemahan dan kesulitan terkait dengan kegiatan pembelajaran. berkaitan
dengan beberapa area atau aspek dari subjek tertentu.
Organisasi Pengajaran Remedial. Pembelajaran remedial dalam subjek
ilmu fisik atau kehidupan dapat mengambil berbagai bentuk seperti di bawah ini
1. Pengajaran kelas
2. Mengajar tutorial kelompok
3. Pengajaran tutorial individu
4. Mengawasi pengajaran tutorial
5. Ajaran otomatis instruksional
6. Mengajar informal
Mari kita diskusikan sekarang semua bentuk dan aspek pengajaran
remedial ini.
1.
Pengajaran Kelas.
Dalam sistem atau jadwal pengajaran remedial ini, komposisi dan struktur kelas
yang biasa tidak terganggu. Guru di sini mengajarkan pelajaran / unit tertentu,
menekankan satu titik lagi dan lagi, mengulangi percobaan atau menggunakan
beberapa alat bantu mengajar khusus untuk menghilangkan kesulitan dan
kekurangan peserta didik dalam hal perolehan pengalaman belajar yang
diinginkan. Kelas secara keseluruhan diuntungkan melalui jenis pengajaran
remedial. Hal ini terbukti sangat berguna dalam menghilangkan kelemahan dan
kesulitan belajar secara umum.
2.
Pengajaran Tutorial Kelompok. Di
sini para siswa kelas dibagi menjadi beberapa kelompok homogen yang disebut
kelompok turorial atas dasar kesulitan belajar bersama mereka dan kelemahan
atau kekurangan yang sama dalam perolehan pengalaman belajar di beberapa atau
area lain atau aspek dari subjek. Kelompok-kelompok ini kemudian diajarkan
secara terpisah oleh guru yang sama atau guru yang berbeda sesuai dengan sifat
kesulitan dan kekurangannya. Tutor yang lebih besar dari kelompok tutorial
kemudian mencoba untuk memecahkan kesulitan peserta didik, hovewer, secara
kolektif atas dasar kelompok. Area lemah atau aspek kurikulum yang
diidentifikasi melalui tes diagnostik dihadiri oleh guru sesuai dengan
kebutuhan dan kebutuhan murid kelompok. Dalam hal, itu terkait dengan pekerjaan
tertentu, perhatian dan perhatian yang tepat sekarang dibayar oleh guru atas
pekerjaan demonstrasi sendiri serta pada kerja praktis dan proyek yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok masing-masing.
Pengajaran tutorial kelompok terbukti menguntungkan atas pengajaran
kelas dalam aspek mnay. Di sini para siswa yang memiliki masalah umum dan
kesulitan dalam belajar mereka lebih terbantu dalam mengatasi kesulitan dan
kekurangan mereka. Itu membuat tugas belajar mengajar cukup tertarik dan
berorientasi pada tujuan. Di kelas mengajar tetap ada banyak peluang bahwa
waktu dan energi dari banyak siswa yang tidak menderita dengan kekurangan
belajar tertentu atau kesulitan akan sia-sia dengan menghadiri pengajaran
remedial yang tidak dibutuhkan sama sekali oleh mereka. Selain itu, jumlah
siswa dalam pengajaran turorial kelompok relatif berkurang. Ini menghasilkan
tugas mengajar menjadi lebih nyaman, dan efektif untuk memberikan pelatihan dan
praktik yang lebih baik dalam hal pendidikan remedial yang dibutuhkan.
3.
Pengajaran Tutorial Individu.
Dalam jadwal ini setiap pelajar, yang merasa kesulitan belajar dari satu atau
yang lain, dihadiri secara individu untuk mengatasi kekurangan atau
kelemahannya. Ini adalah 1-1 pelatihan, bantuan dan bimbingan yang diberikan
oleh guru kepada pelajar sebagai dan ketika diperlukan oleh dia di oerder untuk
mengaktualisasikan potensi ke maksimum. Oleh karena itu dalam jenis pengajaran
remedial, pertimbangan maksimum dapat diberikan kepada prinsip perbedaan
individu dalam arah hasil terbaik dalam tugas mengajar dan belajar. Di sini
para siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan, kemampuan, dan kemampuan mereka
sendiri dan mendapatkan bantuan yang memadai, perhatian dan penguatan individu
untuk mengatasi kekurangan dan kesulitan mereka pada jalur pembelajaran.
4.
Pengajaran Tutorial yang diawasi.
Dalam jadwal pengajaran remedial tanggung jawab mengatasi kesulitan belajar dan
menghilangkan kekurangan di beberapa area pembelajaran diserahkan kepada
peserta didik itu sendiri. Mereka harus bekerja sendiri untuk menghilangkan
kesulitan dan kekurangan mereka. Peran guru dibatasi untuk mengamati dan
mengawasi kegiatan pembelajaran dan memberikan bantuan sebanyak yang diperlukan
untuk meneruskannya pada jalur belajar mandiri dan koreksi diri. Jenis
pengawasan ini dapat dilakukan pada individu maupun tingkat kelompok tutuorial.
Para siswa dapat memilih untuk bekerja dalam kelompok atau secara individu
untuk memecahkan kesulitan mereka dan mengatasi kekurangan belajar mereka.
5.
Pengajaran Instruksional Otomatis.
Jenis pengajaran remedial ini terdiri dari program dan aktivitas instruksi
otomatis. Di sini peserta didik diberikan materi dan peralatan pembelajaran
otomatis dasar dan belajar mandiri seperti buku teks dan paket belajar yang
diprogram, modul pembelajaran otomatis, mesin pengajar dan komputer yang
diprogram dengan panduan, dll. Materi ini membantu siswa mendapatkan latihan
yang cukup dan melatih kerja. di area kelemahannya dan mendapatkan kepercayaan
yang diperlukan dalam mengatasi kesulitan dan kekurangannya melalui materi
pembelajaran mandiri yang terprogram dengan baik.
6.
Pengajaran Informal. Pendidikan
sains informal dan pengajaran yang direncanakan sesuai dan diasimilasikan
dengan pendidikan sains formal dari scholl dapat berjalan dengan cara besar
untuk bertindak sebagai sumber dan sarana pendidikan remedial bagi siswa yang
membutuhkan. Kegiatan yang terkait dengan pendidikan nonformal dalam bentuk
excurcions atau perjalanan, mengumpulkan materi untuk museum sains, improvisasi
aparatur sains, bekerja pada proyek ilmiah yang berguna, terlibat dalam hobi
ilmiah, mendirikan acquarium, vivarium, terarium, kebun raya, kebun binatang
dan sudut belajar alam di kampus sekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan klub
sains, dll. Jadikan pelajaran sains sebagai acara yang menyenangkan.
Kegiatan-kegiatan ini sesuai dengan minat yang beragam dari para siswa dan
memberikan kesempatan unik dan khusus untuk belajar dan mempraktekkan
fakta-fakta dan prinsip-prinsip sains. Kesulitan belajar timbul karena
kurangnya minat, tidak tersedianya pengalaman pembelajaran langsung dan
langsung, kekurangan dalam metodologi pengajaran, kebutuhan psikologis dan
masalah peserta didik dan tuan rumah alasan pother dapat dengan mudah diatasi melalui
organisasi yang bermanfaat. kegiatan non-formal dari minat ilmiah di
sekolah-sekolah.
Menurut kadarwati dan malawi (2018:231) Dalam pembelajaran
remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang
dihadapi secara mandiri. Mengatasi kesulitan dengan memperbaiki cara belajar
serta sikap belajarnya yang mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
Dalam hal ini pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan tingkatan kesulitan
peserta didik dapat dilakukan dengan cara :
a)
Pemberian
bimbingan induvidu.
b)
Pemberian
bimbingan kelompok.
c)
Pemberian
pembelajaran ulang dengan media yang berbeda.
According to
Sembiyan (2015: 125-127)Remedial Teaching in science subject can take various
form like below:
1.
Class Teaching:
in this schedule of remedial teaching, the usual composition and
structure of class is not disturbed. The teacher teaches a particular lesson,
emphasizes a point again and again, repeats the experiment or uses some
specific teaching aid in order to remove, the difficulties of learner in terms
of acquisition of the desired learning experiences. The class as a whole is
benefited through such type or remedial teaching. It proves particularly useful
in the removal of these difficulties.
2.
Group Tutorial
Teaching: Here the students of the class are
divided unto some homogeneous group called tutorial groups on the basis of
their common learning difficulties and identical weaknesses. These group are
then taught separately by the same teacher or different teachers according to
nature of difficulties. The tutor uncharged of a tutorial group then tries to
solve the difficulties of the learner, however collectively on a group basis.
The weak areas of curriculum are identified through diagnostic testing are
properly attended by the teacher according to their requirement. In case, it is
relates to particular work, due care and proper attention is now paid by the
teacher over demonstration work, project and practical work done by students.
3.
Individual
Tutorial Teaching: In this
schedule every learner who feels learning difficulty of one or other nature, is
attended individually for overcoming his weakness. It is one to one coaching,
help and guidance that is rendered by the teacher to learner as and when needed
by him in order to actualize his potentialities to the maximum. Therefore in
this type, maximum consideration may be provided to the principle of individual
differences in the direction of the best results in the task of teaching and
learning. Here the students may progress according to their own pace, abilities
and capacities and get adequate help to individual attention and reinforcement
for coping up with their difficulties in the path of learning.
4.
Supervised
Tutorial Teaching: In this
schedule, the responsibility of overcoming the learning difficulties is handed
over to learner themselves. They have to work at their own for removing their
difficulties. The role of teacher is confined to observe and supervise the
learning activities and provide as much help as necessary to carry on them on
their path of self learning and self correction. This type of supervision can
be made on the individual as well as tutorial group levels. The student may opt
to work in the group or individually for overcoming their difficulties.
5.
Auto-Instructional
Teaching: this type consists of auto
instructional program and activities. Here the learner is provided with basic
auto instructional and self learning material and equipment like programmed
learning text books and packaged, auto learning modules, teaching machines, and
computer assisted program. This material helps the pupils to gain sufficient
practice and trill work in the weak areas and acquire necessary confidence in
overcoming his difficulties.
6.
Informal
Teaching: informal science teaching suitable
planned and assimilated with formal science education of the school may go in a
big way to act as a source and means of remedial education to the needy
students.
Terjemahan
Menurut Sembiyan (2015: 125-127)Pengajaran remedial dalam mata
pelajaran sains dapat mengambil berbagai bentuk seperti di bawah ini:
1. Pengajaran Kelas: dalam jadwal pengajaran remedial ini,
komposisi dan struktur kelas yang biasa tidak terganggu. Guru mengajarkan
pelajaran tertentu, menekankan satu titik lagi dan lagi, mengulangi percobaan
atau menggunakan beberapa bantuan pengajaran khusus untuk menghapus, kesulitan
pelajar dalam hal perolehan pengalaman belajar yang diinginkan. Kelas secara
keseluruhan diuntungkan melalui pengajaran tipe atau remedial semacam itu. Ini
terbukti sangat berguna dalam menghilangkan kesulitan-kesulitan ini.
2. Pengajaran Tutorial Kelompok: Di sini para siswa kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok homogen yang disebut kelompok tutorial atas dasar
kesulitan belajar bersama mereka dan kelemahan yang identik. Kelompok ini
kemudian diajarkan secara terpisah oleh guru yang sama atau guru yang berbeda
sesuai dengan sifat kesulitan. Tutor yang tidak dikenakan grup tutorial
kemudian mencoba untuk memecahkan kesulitan peserta didik, namun secara
kolektif berdasarkan kelompok. Area kurikulum yang lemah diidentifikasi melalui
tes diagnostik dihadiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam hal,
ini berkaitan dengan pekerjaan tertentu, perhatian dan perhatian yang tepat
sekarang dibayar oleh guru atas pekerjaan demonstrasi, proyek dan kerja praktek
yang dilakukan oleh siswa.
3. Pengajaran Tutorial Individu: Dalam jadwal ini setiap pelajar
yang merasa kesulitan belajar satu atau lainnya, dihadiri secara individual
untuk mengatasi kelemahannya. Ini adalah pelatihan satu-satu, bantuan dan
bimbingan yang diberikan oleh guru kepada pelajar sebagaimana dan ketika
dibutuhkan olehnya untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya semaksimal
mungkin. Oleh karena itu dalam jenis ini, pertimbangan maksimum dapat diberikan
kepada prinsip perbedaan individu dalam arah hasil terbaik dalam tugas mengajar
dan belajar. Di sini para siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan, kemampuan,
dan kapasitas mereka sendiri dan mendapatkan bantuan yang cukup untuk perhatian
dan penguatan individu untuk mengatasi kesulitan mereka dalam jalan belajar.
4. Pengajaran Tutorial yang diawasi: Dalam jadwal ini, tanggung
jawab untuk mengatasi kesulitan belajar diserahkan kepada pelajar itu sendiri.
Mereka harus bekerja sendiri untuk menghilangkan kesulitan mereka. Peran guru
dibatasi untuk mengamati dan mengawasi kegiatan pembelajaran dan memberikan
bantuan sebanyak yang diperlukan untuk melaksanakannya pada jalur belajar
mandiri dan koreksi diri. Jenis pengawasan ini dapat dilakukan pada individu
maupun tingkat kelompok tutorial. Siswa dapat memilih untuk bekerja dalam
kelompok atau secara individu untuk mengatasi kesulitan mereka.
5. Pengajaran Otomatis-Instruksional: jenis ini terdiri dari
program dan aktivitas instruksional otomatis. Di sini, pelajar diberikan materi
dan perangkat pembelajaran otomatis dasar dan belajar mandiri seperti buku teks
pembelajaran terprogram dan modul pembelajaran otomatis terpaket, mesin
pengajar, dan program bantuan komputer. Materi ini membantu siswa untuk
mendapatkan latihan yang cukup dan kerja getar di daerah yang lemah dan
memperoleh kepercayaan diri yang diperlukan dalam mengatasi kesulitannya.
6. Pengajaran Informal: pengajaran sains informal yang sesuai
direncanakan dan diasimilasikan dengan pendidikan sains formal sekolah dapat
berjalan dengan cara besar untuk bertindak sebagai sumber dan sarana pendidikan
remedial bagi siswa yang membutuhkan.
Menurut
Kadarwati dan Malawi (2017 : 164) pembelajaran remedial dilaksanakan dengan
mengacu pada prinsip-prinsip berikut.
1)
Adaptif
Pembelajaran
remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan daya
tangkap, keempatan dan gaya belajar masing-masing.
2)
Interaktif
Pembelajaran
remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi
dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar
mengetahui kemajuan belajar peserta didik.
3)
Multi metode dan
penilaian
Pembelajaran
remedial perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4)
Pemberian umpan
balik sesegera mungkin
Umpan
balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan
belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan
belajar yang berlarut-larut.
5)
Berkesinambungan
Pembelajaran
remedial dilakukan secara berkesinambungan dan harus selalu tersedia programnya
agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan keperluan
masing-masing.
Menurut al-Taubany dan Suseno (2017: 364), beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai
pelayanan khusus, yaitu:
1)
Adaptif.
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai
denga daya tangkap, kesempatan dan gaya masing-masing.
2)
Interaktif.
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkat keaktifan guru untuk secara intensif
berinteraksi dengan pesrta didk dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan
agar mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
3)
Fleksibilitas
dalam metode pembelajaran dan penilaian. Pembelajaran remedial perlu menggunakan
berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian yang sesuaidengan karakteristik
peserta didik.
4)
Pemberian umpan
balik sesegera mungkin. Umpan balik berupa informasi yang diberikan terhadap
kepada peserta didk mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin
agar dapat menghindari kekeliruan yang berlarut-larut.
5)
Pelayanan
sepanjang waktu. Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya
selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan
kesempatan masing- masing.
Menurut Darmadi (2017: 384-385), berdasarkan pembelajaran dalam
KTSP (Depdiknas 2008). Bahwa sesusai dengan sifatnya sebagai pelayan khusus
pembelajaran remedial memiliki beberapa prinsip sebagai berikut :
1.
Adaptif.
Program pembelajaran remedial hendaknya memungkin peserta di didik untuk
belajar sesuai kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan
kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual
pesrta didik.
2.
Interaktif.
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan pesrta didik untuk secara intensif
berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini
didasarkan kegiatan peserta didik yang
bersifat perbaikan perlu selalu mendapat monitoring dan pengawasan agar
diketahui kemajuan belajarnya.
3.
Flesibelitas
dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian. Bahwa dalam pembelajaran remedial
perlu digunakan sebagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
4.
Pemberian Umpan
Balik Segera Mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif.
Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan
belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5.
Kesinambungan
dan Ketersediaan Pemberian Pelayanan. Program pembelajaran reguler dengan
pembelajaran remedial adalah satu kesatuan, dengan demikian program
pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan.
2.1.5.
Pendekatan Dalam Pelaksanaan Remedial
Menurut Masbur (2012: 357-361), ada beberapa pendekatan belajar
dalam pelaksanaan remedial dengan harapan dapat membantu siswa dalam memecahkan
berbagai masalah. Pendekatan yang bersifat umum maupun pendekatan yang bersifat
keagamaan (khusus). Antara lain yaitu:
1. Pendekatan individual
Pendekatan individual merupakan interaksi antara guru-siswa secara
individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan individual adalah suatu
upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan, kecepatan, dan caranya. Jadi pendekatan individual adalah pendekatan
bersifat perorang, yaitu dikarenakan perbedaan individual siswa atau mempunyai
karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu siswa dengan siswa lain baik
dari cara mengemukakan pendapat, daya serap maupun tingkat kecerdasan dan
sebagainya. Persoalan kesulitan belajar lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok
dibutuhkan.
2. Pendekatan kelompok
Pendekatan kelompok adalah adanya interaksi diantara anggota
kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas adanya guru
membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8 orang
siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau
bimbingan kepada tiap kelompok lebih intensif. Pendekatan kelompok bertujuan
membina dan menumbuhkan sikap sosial anak didik, hal ini disadari bahwa anak
didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang cenderung hidup
bersama.
Siswa dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan
menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan
mau membantu mereka yang mempunyai kekuranga.
3. Pendekatan bervariasi
Pendekatan bervariasi adalah bermacam-macam pendekatan yang
dilakukan dalam kegiatan belajar agar terlaksananya proses belajar mengajar
yang efektif. Pendekatan ini terjadi karena siswa mempunyai tingkat motivasi
yang berbeda, pada satu sisi siswa memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada
sisi yang lain mempunyai motivasi yang tinggi. Maka pendekatan bervariasi ini
sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan edukatif
Edukatif adalah sesuatu yang bersifat mendidik dan segala hal yang
berkenaan dengan pendidikan. Pendekatan edukatif yaitu pendekatan yang
dilakukan oleh guru, baik dari setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru
lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik siswa agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma
agama.
Adapun yang penting untuk diingat adalah bahwa pendekatan
individual, pendekatan kelompok, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan
dengan pendekatan edukatif, dengan tujuan untuk mendidik siswa.
5. Pendekatan pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian atau perbuatan yang pernah
terjadi pada masa dahulu dan mempunyai nilai atau manfaat untuk masa depan.
Pendekatan pengalaman yaitu suatu pendekatan yang pembelajarannya harus
dilandaskan pada pengalaman siswa sebelumnya. Belajar dari pengalaman adalah
lebih baik daripada sekadar bicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali.
6. Pendekatan pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru
atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat
dan relatif menetap. Pendekatan dengan proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat
dan positif.
7. Pendekatan emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang.
Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Emosi atau perasaan adalah sesuatu
yang peka. Emosi seperti halnya juga perasaan merupakan suatu suasana hati yang
membentuk suatu kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang
paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negatif yaitu
sangat tiadak senang. Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada
rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang. Rangsangan itu misalnya
ceramah, sindiran, pujian, ejekan, anjuran, perintah, sikap dan perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Pendekatan emosional dimaksud di sini adalah suatu usaha untuk
menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati
ajaran agamanya. Maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan adalah metode
ceramah, bercerita, sosiodrama.
8. Pendekatan rasional
Pendekatan rasional ialah pembelajaran yang berpotensi untuk
menumbuhkan daya pikir sendiri pada siswa guna memahami, mengamalkan, dan
meyakini konsep-konsep dalam pembelajaran remedial. Pendekatan rasional yaitu
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal
sehat, logis dan sistematis.
Pendekatan dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan
sistematis. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan
yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Untuk mendukung pemakaian pendekatan
ini, maka metode mengajar yang perlu diberikan adalah metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian tugas.
9. Pendekatan fungsional
Pendekatan fungsional adalah suatu pendekatan atau suatu ilmu
pengetahuan yang dipelajari bukan hanya untuk mengisi kekosongan intelektual,
tetapi diharapkan berguna untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan ini bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila
dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direduksi dan dimanfaatkan. Perubahan
fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas, misalnya ketika siswa
menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam mempertahankan kelangsungan
hidup.Dalam hal ini diperlukan penggunaan metode mengajar, antara lain metode
latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.
10. Pendekatan keagamaan
Pendekatan keagamaan adalah suatu pendekatan yang dilakukan dalam
setiap bidang studi atau mata pelajaran umum dapat menyatu dengan nilai-nilai
agama. Hal ini dimaksud agar nilai budaya ilmu tidak sekuler, seperti mata
pelajaran biologi dapat dihubungkan dengan masalah agama dalam surat Yasin ayat
34, bahwa pelajaran biologi tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama.
11. Pendekatan kebermaknaan
Pendekatan kebermaknaan adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang mempunyai arti atau dapat lebih berarti bagi siswa. Bahan pelajaran dan
kegiatan pembelajaran, menjadi lebih bermakna bagi siswa jika berhubungan
dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai dan
masa depan yang harus dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan
pengajaran dan pembelajaran untuk membuat pelajaran lebih bermakna bagi siswa.
2.1.6. Langkah Pembelajaran Remedial
Menurut Badar dan Suseno
(2017:364-367) Langkah-langkah
pembelajaran remedial secara umum akan dipaparkan berikut ini.
a.
Identifikasi
Permasalahan Pembelajaran
Penting untuk
memahami bahwa “tidak ada dua individu yang persis sama di dunia ini,” begitu
juga penting untuk memahami bahwa peserta didik pun memiliki beragam variasi
baik kemampuan, kepribadian, tipe dan gaya belajar maupun latar belakang social
budaya. Oleh karenanya guru perlu melakukan identifikasi terhadap keseluruhan
permasalahan pembelajaran.
Secara umum identifikasi awal bias
dilakukan melalui:
a)
observasi
(selama proses pembelajaran)
b)
penilaian
autentik (bisa melalui tes/ulangan harian atau penilaian proses).
Permasalahan
pembelajaran dapat dikategorikan kedalam tiga focus perhatian sebagai berikut:
1.
Permasalahan pada keunikan peserta didik.
2.
Permasalahan pada materi ajar.
3.
Permaslahan pada strategi belajar.
b.
Perencanaan
Setelah
melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru telah
memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai untuk membuat
perencanaan.
Dengan melihat
bentuk kebutuhan dan tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, guru bias
merencanakan kapan waktu dan cara yang tepat untuk melakukan pembelajaran remedial.
Pada prinsipnya pembelajaran remedial bias dilakukan:
1.
Segera setelah
guru mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2.
Menetapkan
waktu khusus di luar jam belajar efektif.
Dalam
perencanaan guru perlu menyiapkan hal-hal yang mungkin diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran remedial, seperti:
1.
Menyiapkan
media pembelajaran.
2.
Menyiapkan
contoh-contoh dan alternative aktifitas.
3.
Menyiapkan
materi-materi dan alat pendukung.
c.
Pelaksanaan
Setelah
perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan program
pembelajaran remedial. Ada tiga focus penekanan:
1.
Penekanan pada
keunikan peserta didik.
2.
Penekanan pada
alternative contoh dan aktivitas terkait materi ajar.
3.
Penekanan pada
strategi/metode pembelajaran.
d.
Penilaian
Autentik
Penilaian
autentik dilakukan setelah pembelajaran remedial selesai dilakukan. Berdasarkan
hasil penilaian, bila peserta didk belum mencapai kompetensi minimal yang
diterapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali strategi pembelajaran
remedial yang diterapkannya atau melakukan identifikasi terhadap peserta didik
dengan lebih seksama. Apabila peserta didik berhasil mencapai atau melampaui
tujuan yang ditetapkan, guru berhasil memberikan pengajaran remedial yang kaya
dan bermakna bagi peserta didik, hal ini bias diterapkan sebagai rujukan bagi
rekan guru lainnya atau bisa diperkaya lagi. Apabila ditemukan kasus khusus di
luar kompetensi guru, guru dapat mengkonsultasikan dengan orangtua untuk
selanjutnya dilakukan konsultasi dengan ahli.
According
to Ediger (2007:103) thus remedial teaching involves four steps.
First
step
First
step is to indentify poor students in English subject by using achievement
test, school marks, personal observation of teacher and interview technique.
Second
step
At
the second step a diagnostic test in English related to specific area,
pronunciation, spellings, reading, grammar and comprehension, etc, is
administered to locate the learning difficulties and its causes.
Third
step
In
this step remedial instructions are to be prepared for remedial teaching.
Fourth
step
An
appropriate, strategy is used for remedial teaching, after teaching a test is
administered to ascertain, how far learing difficulties could be removed. It
may suggest about reteaching or further remediation.
Terjemahan :
Menurut Ediger (2007: 103) pengajaran remedial melibatkan empat langkah.
Langkah pertama
Langkah pertama adalah mengidentifikasi siswa miskin
dalam mata pelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan tes prestasi, nilai
sekolah, pengamatan pribadi terhadap teknik guru dan wawancara.
Langkah kedua
Pada langkah kedua tes diagnostik dalam bahasa Inggris
yang terkait dengan area tertentu, pengucapan, ejaan, membaca, tata bahasa dan
pemahaman, dll, diberikan untuk menemukan kesulitan belajar dan penyebabnya.
Langkah ketiga
Dalam langkah ini, instruksi perbaikan harus disiapkan
untuk pengajaran remedial.
Langkah keempat
Strategi yang tepat digunakan untuk pengajaran remedial,
setelah mengajarkan tes untuk memastikan, seberapa jauh kesulitan learing dapat
dihilangkan. Mungkin menyarankan tentang reteaching atau remediasi lebih lanjut
Menurut Masbur
(2012: 348-361) Untuk memperlancar pengajaran remedial dengan sempurna sehingga
hasil yang diinginkan tercapai lebih baik, maka pelaksanaan harus melalui
langkah-langkah yang tepat dan sistematis. Adapun prosedur pengajaran remedial
yaitu:
1. Meneliti kembali kasus
Meneliti
kembali kasus adalah mendiagnosis kasus kesulitan belajar dengan kriteria di
bawah minimal yang dicapai dari hasil belajarnya. Meneliti kembali kasus dengan
permasalahannya merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial
karena merupakan landasan titik tolak langkah-langkah berikutnya.
Adapun tujuan
penelitian kembali kasus ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas
mengenai kasus tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan
atas penelitian kasus akan dapat ditentukan siswa-siswa yang perlu mendapatkan
pengajaran remedial. Kemudian ditentukan besarnya kelemahan yang dialami dan
dalam bidang studi apa saja mengalami kelemahan.
2. Menentukan tindakan yang harus dilakukan
Menentukan
tindakan yang harus dilakukan yaitu menentukan alternatif pilihan yang relevan
dengan karakteristik kasus yang ditangani. Langkah ini merupakan lanjutan dari
langkah pertama. Dari hasil penelaah dan penelitian kembali kasus yang
dilakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh karakteristik kasus yang
ditangani tersebut, yaitu dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan yaitu
berat, cukup, dan ringan. Dikatakan kasus berat jika siswa belum memiliki cara
belajar yang baik, juga memiliki hambatan emosional. Kasus yang cukup adalah
jika siswa telah mampu menemukan pola belajar tetapi belum dapat berhasil
karena ada hambatan psikologis. Sedangkan pada kasus ringan jika siswa belum
menemukan cara belajar yang baik.
Setelah
karakteristik harus ditentukan, maka tindakan pemecahan perlu dipikirkan, yaitu
sebagai berikut:
a. Kalau
kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan pengajaran
remedial.
b. Kalau
kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran remedial harus
diberi layanan konseling lebih dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan
emosional yang mempengaruhi cara belajarnya.
3. Pemberian layanan bimbingan dan konseling.
Layanan bimbingan dan konseling adalah proses
bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh guru/ konselor kepada siswa
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar
siswa memiliki kemampuan atau kecakapan dalam melihat dan menemukan masalahnya
serta mampu menyelasaikan masalahnya sendiri. Memberikan arahan atau interaksi
antara guru dan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang menjadi hambatan
mental emosional dalam menghadapi kegiatan belajar.
Pelayanan bimbingan
dan konseling yaitu untuk memberikan jasa, manfaat atau kegunaan, ataupun
keuntungan-keuntungan tertentu kepada individu-individu yang menggunakan
pelayanan tersebut. Tujuan dari layanan ini adalah mengusahakan terciptanya
kesehatan agar siswa yang menjadi kasus itu terbebas dari hambatan mental
emosional dan ketegangan batinnya, kemudian siap sedia kembali menghadapi
kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
4. Pelaksanaan pembelajaran remedial
Pelaksanaan
pembelajaran remedial merupakan suatu program yang diberikan guru untuk
memperbaiki prestasi belajar siswa yang dibawah kriteria ketuntasan minimal.
Program ini sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang
memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan karakter) tertentu lebih mampu
meningkatkan prestasi seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria
keberhasilan minimal yang diharapkan.
Sasaran pokok
pada langkah ini adalah peningkatan prestasi maupun kemampuan menyesuaikan diri
sesuai dengan ketentuan keberhasilan yang telah ditetapkan.
5. Melakukan pengukuran kembali terhadap
prestasi belajar
Melakukan
pengukuran kembali terhadap prestasi adalah dengan mengadakan tes terhadap
perubahan pribadi siswa untuk mengetahui proses pengajaran remedial secara
menyeluruh.
Langkah ini adalah
melakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri siswa yang diberikan
pengajaran remedial. Apakah ia sudah mencapai apa yang direncanakan pada
kegiatan pelaksanaan remedial atau belum. Maka untuk mengetahui hal itu perlu
dilakukan pengukuran terhadap prestasinya kembali dengan alat post-tes atau tes
sumatif yang seperti dipergunakan pada proses belajar mengajar yang
sesungguhnya.
6. Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik
Melakukan
re-evaluasi dan re-diagnostik adalah menafsirkan dengan membandingkan kriteria
seperti pada proses belajar mengajar yang sesungguhnya. Adapun dari hasil
penafsiran itu dapat terjadi 3 kemungkinan dan rekomendasi yang dapat diberikan
yaitu:
a. Kasus
menunjukkan peningkatan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang
diharapkan, maka selanjutnya diteruskan ke program berikutnya.
b. Kasus
menunjukkan peningkatkan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang
diharapkan, maka diserahkan pada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
diharapkan, maka diserahkan pada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
c. Kasus belum
menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi, maka perlu
didiagnosis lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
didiagnosis lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
7. Pengayaan (Tugas Tambahan)
Pengayaan
adalah memperkaya ilmu pengetahuan atau memperluas ilmu pengetahuan siswa
dengan memberi tugas tambahan, baik tugas yang dikerjakan di rumah maupun tugas
yang dikerjakan di kelas. Langkah ini sama dengan langkah ketiga dan bersifat
pilihan (optimal) yang kondisional. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil
remedial itu lebih sempurna dengan tindakan pengayaan. Adapun prosedur
pelaksanaan remedial menurut Muhammad Entang adalah identifikasi kasus dan
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar tidak akan
bermanfaat apabila tidak diikuti dengan tindakan-tindakan yang dapat membantu
para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sebelum mengambil
tindakan-tindakan tersebut seorang guru perlu merencanakan cara yang menurut
pertimbangannya akan dapat membantu siswa. Rencana yang disusun hendaknya
didasarkan pada hasil identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
kesulitan belajar.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa melaksanakan pembelajaran remedial
berdasarkan prosedur-prosedur yang telah ditentukan agar proses pembelajaran
tersebut berjalan dengan lancar sehingga menemukan letak kesulitan belajar pada
diri siswa dan melaksanakan pembelajaran remedial.
2.1.7. Kelebihan dan Kekurangan Pengajaran Remedial
A.
Kelebihan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial adalah suatu layanan
pendidikan atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan
perlakuan khusus yang diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan
hambatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan (Masbur, 2012).
Menurut
Ahmadi dan Widodo dalam Bukhari(2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa:
1.
Dalam pelaksanaan remedial, hasil
penelitian menunjukkan bahwa guru menentukan waktu dan tempat pelaksanaanremedial
susuai dengan kondisi siswa.
2.
Dapat membantu jika adanya nilai siswa yangbelum atau masih
kurang dalam pembelajaran dan belum mencapai nilai KKM.
Menurut Nurmansyah dan Muslimin (2012) salah
satu yang mempengaruhi proses pengajaran remedial adalah pemahaman siswa karena
pemahaman siswa yang bervariasi, maka terdapat beberapa siswa yang mengalami
kesulitan belajar diajar dengan program perbaikan agar meningkatkan hasil
belajarnya. Siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran remedial ini pun lebih
aktif dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Selama proses pengajaran
berlangsung, siswa merasa bahwa mereka betul-betul menerima dan memahami materi
pelajaran yang telah dipelajari.
Menurut Prasetyo (2016) Pengajaran remedial dapat
dilakukan dengan banyak cara salah satunya seperti pengajaran remdial berbasis
web yang memiliki kelebihan yaitu guru
tidakdiharuskan melakukan tatap muka dengan siswa, pembelajaran remedial tidak
membutuhkan banyak waktu tambahan karena pembelajaran dapat dilakukan dimanapun
dan kapanpun selama ada koneksi internet, sehingga pelaksanaan pembelajaran
remedial menjadi lebih efisien. Remedial berbasis web dapat merumuskan
kebutuhan siswa secara individual, sehingga setiap siswa mendapatkan umpan
balik sesuai kemampuan yang siswa miliki. Bagi siswa yang banyak melakukan
kesalahan dalam menjawab soal, maka semakin banyak pula umpan balik yang
diberikan. Selain mendapatkan umpan balik yang diberikan, siwa dapat melihat materi
tentang soal yang salah dalam menjawab yang disertai dengan gambar dan video.
Menurut
Pulungan (2005) dalam Ritaningsih (2017:69) Pembelajaran remedial juga menjadi
salah satu strategi pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran remedial
dengan penugasan memiliki hasil belajar Fisika yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran remedial dengan tutor
sebaya.
B. Kekurangan Pengajaran Remedial
Menurut
Daryanto (2010:41) dalam Sianipar (2013:71) hambatan yang dialami dalam
pelaksanaan program remedial terdapat tiga hal yang menjadi hambatan, yaitu
karakteristik siswa, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Perlu
disadari bahwa pelaksanaan program remedial secara khusus bertujuan untuk memberi
bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada pada siswa yang lamban,
mengalami kesulitan, ataupun gagal dalam belajar, sehingga mereka dapat secara
tuntas dalam menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan, dan dapat
mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses remedial. Dalam proses
tersebut baik pihak sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat
haruslah saling mendukung keterlaksanaannya sehingga hambatan yang ditemukan
dapat diperkecil dan akhirnya dapat bermanfaat bagi siswa sebagai perbaikan
nilai dan sikap. Siswa belajar akan menerima pengaruh dari keluarga, salah
satunya adalah cara orangtua mendidik. Cara orangtua mendidik anaknya besar
pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas dengan pernyataannya
yang mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama.
According to Westwood (2001:95) Remedial teaching
is often left to part-tie teachers or volunteers with no training or knowledge
in the field and the total time devoted to such teaching sometimes amounts to
no more than thirty minutes each week. It is not surprising that for many
children the outcomes are disappointing. This failure might need to be seen,
however, as resulting from a lak of appropriate and sufficient instruction for
the children at risk, rather than evidence that working with children
individually.
Menurut Westwood (2001: 95) Pengajaran remedial sering dibiarkan berpisah dengan guru atau sukarelawan tanpa pelatihan atau pengetahuan di lapangan dan total waktu yang dihabiskan untuk mengajar semacam itu kadang-kadang jumlahnya tidak lebih dari tiga puluh menit setiap minggu. Tidak mengherankan bahwa bagi banyak anak, hasilnya mengecewakan. Kegagalan ini mungkin perlu dilihat, sebagai akibat dari sejumlah instruksi yang tepat dan memadai untuk anak-anak yang berisiko, daripada bukti yang bekerja dengan anak-anak secara individual.
2.2 Kajian Kritis
Menurut kelompok kami, Remedial adalah bentuk
pengajaran perbaikan yang diberikan kepada seseorang siswa atau pengulangan
materi yang dilakukan jika hasil ujian tidak memenuhi standar yang sudah
ditetapkan. Remedial biasanya
dilakukan setelah ujian tengah dan akhir semester. Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial
adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah
ditemukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Kegiatan remedial itu di
samping ada tujuan, juga memiliki fungsi sebagai korektif, pemahaman,
pengayaan, fungsi akselerasi (percepatan belajar) dan berfungsi sebagai tereputik.
Adapun
pembelajaran remedial dalam subjek
ilmu fisik atau kehidupan dapat mengambil berbagai bentuk seperti pengajaran
kelas, mengajar tutorial kelompok, pengajaran tutorial individu, mengawasi
pengajaran tutorial, ajaran otomatis instruksional, dan Mengajar informal.
Sedangkan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengajaran remedial antara
lain yaitu adaptif, interaktif, berbagai metode pembelajaran dan penilaian, pemberian
umpan balik sesegera mungkin, serta berkesinambungan.
Kemudian kami mengkaji bahwa dalam pendekatan pelaksanaan remedial,
terdapat pendekatan yang bersifat umum maupun pendekatan yang bersifat
keagamaan (khusus). Antara lain yaitu pendekatan individual,pendekatan kelompok, pendekatan
bervariasi,pendekatan edukatif, pendekatan
pengalaman,pendekatan pembiasaan, pendekatan
emosional, pendekatan keagamaan, dan lain sebagainya.
Ada beberapa langkah atau prosedur yang bisa ikuti dalam
penerapan metode remedial dalam pembelajaran
antara lain mencari tahu kekurangan atau kelemahan siswa serta permasalahan
siswa dalam menghadapi pembelajaran, tahap kedua kedua yaitu menentukan
tindakan atau perencanaan yang terbaik dalam mengajar atau memberikan materi
kepada para siswa karena dalam memberikan pengajaran kepada siswa yang
mengalami kekurangan dalam menangkap pembelajaran, tahap selanjutnya adalah dengan memberikan
pembelajaran kepada peserta didik sampai peserta didik paham dengan dengan
materi yang di berikan atau sampai kepada peserta didik menguasai KD yang
ditentukan.
Dalam hal ini dapat diambil sebuah kajian bahwa kelebihan
dari pengajaran remedial yaitu dapat membantu nilai siswa yang masih belum
tercapai dalam pembelajaran, serta membantu siswa untuk memahami dirinya khususnya
dalam prestasi belajar. Selain itu, terdapat juga kelemahan dalam pengajaran remedial seperti membutuhkan
waktu yang agak lama. Remedial harus diulang ulang sampai hasil belajar
mencapai kriteria minimal. Oleh karena itu, perlunya bantuan dan dorongan
kepada siswa agar dapat melaksanakan remedial dengan optimal dan efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Remedial
adalah ujian pengulangan materi yang dilakukan jika hasil ujian tidak memenuhi standar
yang sudah ditetapkan. Remedial biasanya dilakukan setelah ujian tengah dan
akhir semester.
2.
Tujuan guru
melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan
menguasai kompetensi yang telah ditemukan agar mencapai hasil belajar yang
lebih baik. Kegiatan remedial itu di samping ada tujuan, juga memiliki fungsi
sebagai korektif, pemahaman, pengayaan, fungsi akselerasi (percepatan belajar)
dan berfungsi sebagai tereputik
3. Bentuk pengajaran remedial seperti pengajaran kelas, mengajar
tutorial kelompok, pengajaran tutorial individu, mengawasi pengajaran tutorial,
ajaran otomatis instruksional, dan Mengajar informal. Sedangkan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pengajaran remedial antara lain yaitu adaptif,
interaktif, berbagai metode pembelajaran dan penilaian, pemberian umpan balik
sesegera mungkin, serta berkesinambungan.
4.
Pendekatan dalam
pelaksanaan remedialantara lain yaitu pendekatan individual,pendekatan kelompok, pendekatan
bervariasi,pendekatan edukatif, pendekatan
pengalaman,pendekatan pembiasaan, pendekatan
emosional, pendekatan rasional pembelajaran, pendekatan fungsional, pendekatan
keagamaan, dan pendekatan kebermaknaan.
5.
Ada beberapa langkah atau prosedur yang
bisa ikuti dalam penerapan metode
remedial dalam pembelajaran antara lain mencari tahu kekurangan atau kelemahan
siswa serta permasalahan siswa dalam menghadapi pembelajaran, tahap kedua kedua yaitu menentukan
tindakan atau perencanaan, tahap
selanjutnya adalah dengan memberikan pembelajaran kepada peserta didik sampai
peserta didik paham dengan dengan materi yang di berikan atau sampai kepada peserta
didik menguasai KD yang ditentukan.Aktivitas guru dalam pembelajaran remedial,
diantara lain: memberikan tambahan penjelasan atau contoh, menggunakan strategi
pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, mengkaji ulang pembelajaran yang
telah lalu, menggunakan berbagai jenis media.
6. Kelebihan
dari pengajaran remedial yaitu dapat membantu nilai siswa yang masih belum tercapai
dalam pembelajaran, serta membantu
siswa untuk memahami dirinya khususnya dalam prestasi belajar. Selain itu,
terdapat juga kelemahan dalam pengajaran remedial seperti membutuhkan
waktu yang agak lama. Remedial harus diulang ulang sampai hasil belajar
mencapai kriteria minimal.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini akan membantu para
pembaca untuk memahami konsep remedial itu sendiri. Terutama diharapkan
bermanfaat kepada para calon guru dan dapat diterapkan ketika mengajar nanti.
Apabila terdapat kesalahan saran dan kritikan sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
At-Taubany,
T,.I,.B, dan Suseno, H. 2017. Desain
Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah. Depok : PT Kharisma Putra Utama.
Badar,I.A, dan Suseno, H. 2007. Desain Pengembangan Kurikulum
2013 di Madrasah. Depok:Kencana.
Bukhari, dkk. 2016. Pelaksanaan Remedial Pada Siswa Yang Mengalami Kesulitan Membaca Teknis
di Kelas Rendah SD Negeri Lamreung Kabupaten Aceh Besar. Vol 11. No. 1.
Darmadi. 2017. Pengembangan
Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta:
DeePublish.
Ediger, Marlow and friend. 2007. Teaching English successfully. New delhi:
Discovery Publishing house.
Jangid, N, and Inda, U.S. 2016. Effectiveness of Remedial Teaching On Thingking Strategies Of Slow
Learners. Vol 4. No. 84. ISSN :2349-3429.
Joyce, B, dkk. 2015. Models Of Teaching. Yogyakarta: Balai Pustaka
Kadarwati, A. dan Malawi, I. 2017. Pembelajaran Tematik (Konsep dan
Aplikasinya). Magetan: CV. AE Media Grafika.
Lim. 2007. Rehat Dulu Lah. Jakarta : Gramedia.
Masbur. 2012. Remedial
Teaching Sebagai Suatu Solusi Suatu Analisis Teoritis. Vol: XII. No. 20,
348-367.
Munene, J.N., Peter, K.R., Njoka. 2017. Influence of Remedial Program On academic
Performance of Pupils in Public Primary Schools in Nyahururu District, Kenya.
Journal of Research & Method in Education. Vol. 7. Issue. 5. ISSN:
2320–7388.
Nurmansyah, E,.dan Muslimin. 2012. Pengaruh Pembelajaran Remedial Dengan
Menggunakan Metode Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Matematika. Vol.
3. No. 2. ISSN : 2087 – 4243.
Oyekan, S.O. 2013. Effect of Diagnostic Remedial Teaching Strategy on Students’
Achievement in Biology. Journal of Educational and Social Research. Vol. 3.
No. 7. ISSN :2240-0524.
Prasetyo,R, dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Remedial Berbasis WEB Pada Materi Rumus
dan Fungsi. Vol. 6. No. 2. ISSN : 0854-2172.
Purnama. 2010. Cermat Memilih Sekolah Menengah yang Tepat.
Jakarta Selatan: Gagas Media.Rahmatiah. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris
Melalui Penerapan Pengajaran Remedial. Jurnal Nalar Pendidikan. Vol. 2. No.
2. ISSN: 2339-0794.
Rahmatiah. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Melalui Penerapan Pengajaran
Remedial. Jurnal Nalar Pendidikan. Vol. 2. No. 2. ISSN: 2339-0794.
Ritaningsih. 2017. Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan
Tutor Sebaya Dalam Pengajaran Remedial Materi Getaran Dan Gelombang Di Kelas
Viii C Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 Smp Negeri 1 Pangkah Kabupaten
Tegal. Pancasakti Science Education Journal. Vol. 2. No. 1. ISSN 2528-6714.
Sahito, and friends. 2017. Teaching Of Remedial English and The Problem Of The Students: A Case Of
University Of Sindh, Pakistan. Vol 7. No. 1.
Selvarajan,
P. DanVasanthagumar, T. 2012. The Impact
Of Remedial Teaching On Improving The Competencies Of Low Achievers.
International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research. Vol.
1. Issue. 9. ISSN :2277-3630.
Sembiyan, R. 2015. Science
Teaching For College and School Students. India: Laxmi Book Publication.
Sharma, Promila. 2009. Teaching of Life Science. Delhi : APH
Publishing Corporation.
Sianipar, M., dkk. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Program Remedial Dengan
Menggunakan Model Formatif-Sumatif Pada Pelajaran Matematika Kelas V.
Jurnal Tekno-Pedagogi. Vol. 3. No. 2. ISSN :
2088-205X.
Singh. 2004. Concept
And Methods Of Special. Delhi: Sarup & Sons.
Westwood, Peter. 2001. Reading and Learning Difficulties Approaches to Teaching and assessment.
Australia : BPA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar