Jumat, 07 Desember 2018

Makalah SBMF (Remedial )


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembelajaran adalah dua sisi proses yang muncul secara signifikan. Proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar jika guru dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa-siswa mereka berdasarkan level kompetensi mereka. Pada umumnya, pengaruh meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif, pengajar harus memiliki keterampilan dalam menggunakan cara yang sesuai, media, dan juga evaluasi dan juga seluruh unsur yang mendukung untuk menjadikan proses pembelajaran yang interaktif di dalam kelas.
Dalam pembelajaran, pendidik harus berperan aktif, karena masih ada pelajar yang belum memahami materi ajar. Terkait dengan hal itu, pendidik harus melakukan remedial pada siswa yang bertujuan untuk mendiagnosis permasalah pelajar dalam memahami konsep. Dengan hal itu, mereka akan mengetahui tentang materi ajar, metode, media, dan tehnik evaluasi yang tidak sesuai dengan mereka. Dari beberapa kajian teori yang dilakukan, ditemukan bahwa pendidik harus melakukan remedial untuk menentukan keadaan yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan, pendidik harus memiliki beberapa kompetensi.
Menurut Purnama (2010:34) remedial adalah ujian pengulangan materi yang dilakuakn jika hasil ujian tidak memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Tiap sekolah tentu saja memiliki standar yang berbeda. Misalnya di sekolah atau kelas unggulan tentu saja yang berbeda. Misalnya di sekolah atau kelas unggulan, tentu saja standar nilai yang ditetapkan biasanya lebih tinggi. Remedial biasanya dilakukan setelah ujian tengah dan akhir semester.
Agar pembelajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka pelaksanaannya perlu melalui prosedur atau langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat. Dalam usaha memberikan bantuan pembelajaran remedial kepada anak yang menghadapi kesulitan belajar, dapat ditempuh langkah-langkah yaitu manandai atau mengenali murid yang mengalami kesulitan belajar, mengetahui sifat dan jenis kesulitan belajar, mengetahui latar belakang kesulitan belajar, menetapkan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan serta evaluasi dan tindak lanjut.

1.2 Rumusan Makalah
1.      Apakah Pengertian dari Remedial?
2.      Apa saja Tujuan dan Fungsi dari Remedial?
3.      Apa saja Bentuk dan Prinsip Dasar Remedial?
4.      Apa saja Pendekatan dalam Pelaksanaan Remedial?
5.      Bagaimana Langkah-langkah Pembelajaran Remedial?
6.      Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Pengajaran Remedial?

1.3 Tujuan
1.      Dapat mengetahui Pengertian Remedial.
2.      Dapat mengetahui Tujuan dan Fungsi dari Remedial.
3.      Dapat mengetahui Bentuk Dan Prinsip Dasar Remedial.
4.      Dapat memahami Pendekatan dalam Pelaksanaan Remedial.
5.      Dapat memahami Langkah-langkah Pembelajaran Remedial.
6.      Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pengajaran Remedial.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori
2.1.1Pengertian Remedial
Menurut Joyce,dkk (…..:531-532) Ketuntasan pembelajaran  (mastery learning) adalah  kerangka kerja untuk merencanakan urutan mata pelajaran yang dirumuskan oleh John B. Carril (1963,1977)dan Benjamin Bloom (1971). Ketuntasan pembelajaran memberikan cara yang lengkao dan menarik untuk meningkatkan kemungkinan bahwa lebih banyak siswa akan memperoleh level kinerja yang memuaskan pada pelajaran sekolah
            Dari gagasan teoritis dalam ketuntasan pembelajaran didasarkan pada perspektif menarik dari John Carroll tentang makna baka/kecerdasan (aptitude). Secara tradisional, aplitude dianggap sebagai karakteristik yang berhubungan dengan prestasin siswa – semakin tinggi karakteristik yang berhubungan dengan prestasi siswa – semakin tinggi aptitude yang dimiliki siwa, semakin banyak kemungkinan siswa tersebut untuk belajar. Namun Carroll memandang aptitude sebagai sejumlah waktu yang yang diperlukan siswa untuk lebih mempelajari medan khusu untuk apa pun daripada kemampuannya untuk menguasainya. Dalam pandangan Carroll, siswa deengan aptitude yang  sangat rendah dalam hal jenis pembelajaran tertentu hanya memerlukan waktu yang sedikit lama untuk mencapai ketuntasan daripada siswa dengan aptitude yang lebih tinggi.

Menurut Purnama (2010:34) remedial adalah ujian pengulangan materi yang dilakuakn jika hasil ujian tidak memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Tiap sekolah tentu saja memiliki standar yang berbeda. Misalnya di sekolah atau kelas unggulan tentu saja yang berbeda. Misalnya di sekolah atau kelas unggulan, tentu saja standar nilai yang ditetapkan biasanya lebih tinggi. Remedial biasanya dilakukan setelah ujian tengah dan akhir semester.
Menurut Badar dan Suseno (2017:363) mengacu pada Permedikbud Nomor 65 dan Nomor 66 Tahun 2013: “Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichement) atau pelayananan konseling.
            Penilaian yang dimaksud adalah tidak terpaku pada hasil tes (ulangan harian) pada KD tertentu. Penilaian juga bisa dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung (dari aspek pengetahuan, sikap, ataupun  keterampilan).
            According Sembiyan (2015:125) remedial teaching as the name suggests, is the teaching that is undertaken for providing remedial education to those who are in need of such eduation to those who are in need of such education for overcoming their deficiencies, weaknesses and difficulties related with the learning activities pertaining to some area of a science subject.
Terjemahan
               Menurut Sembiyan (2015: 125) pengajaran remedial seperti namanya, adalah pengajaran yang dilakukan untuk memberikan pendidikan remedial kepada mereka yang membutuhkan pendidikan tersebut bagi mereka yang membutuhkan pendidikan semacam itu untuk mengatasi kekurangan, kelemahan dan kesulitan mereka. terkait dengan kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan beberapa bidang subjek sains.
Menurut Masbur (2012:350-351) Pengajaran remedial (remedial teaching) secara etimologis berasal dari kata remedy (Inggris) yang artinya menyembuhkan, membetulkan, perbaikan, pengulangan. Sedangkan teaching adalah mengajar, cara mengajar atau mengajarkan.Pengajaran remedial secara terminologis adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang bersifat menyembuhkan atau perbaikan ke arah pencapaian hasil yang diharapkan. Pengajaran remedial menurut Abd. Rachmat Abror dalam jurnal Masbur (2012:350) adalah bentuk pengajaran perbaikan yang diberikan kepada seseorang siswa untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya.Menurut Abin Syamsuddin dalam jurnal Masbur (2012:350)   pengajaran remedial adalah sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan kerakter) tertentu lebih mampu meningkatkan prestasi seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono dalam jurnal Masbur (2012:351), pengajaran remedial adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang bersifat menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi baik.Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pengajaran remedial adalah suatu layanan pendidikan atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
            Menurut Permendiknas Nomor 20 (2007) dalam jurnal Prasetyo,dkk (2016:51) KKM adalah kriteria ketuntasan belajar masing-masing satuan pendidikan dengan mempertimbangkan hal-hal tertentu dalam penetapannya. KKM menunjukkan prosentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Siswa dikatakan tuntas apabila persentase penguasaan lebih dari atau sama (=) dengan KKM yang ditentukan. Sebaliknya, siswa dikatakan tidak tuntas apabila persentase penguasaan kurang dari (<) KKM.
Menurut Hartini (2013) dalam jurnal Prasetyo dkk (2016 : 52) Bagi siswa yang pencapaian kompetensinya belum mencapai KKM, maka ia akan mendapat pelayanan pembelajaran remedi untuk memperbaiki kemampuannya yang didahului dengan analisis kesulitan atau kelemahannya dan diakhiri dengan penilaian kemajuan belajarnya.
            According to Jangid and Inda (2016: 98), remedial teaching methods are innovative teaching strategy designed to improve the storage and retrieval of information from long-term memory. Remedial education is education which is designed to bring students who are lagging behind up to the level of achievement realized by their peers. Remedial Teaching means that help is offered to students who need pedagogical or didactic assistance. These are often children who function at a lower than average level because of a certain learning or behavioral problem/disorder. However, remedial teaching can also be offered to pupils who accomplish at a higher than average level, they also can do with the extra attention and care.
Terjemahan
Menurut Jangid dan Inda (2016: 98), metode pengajaran remedial adalah strategi pengajaran yang inovatif yang dirancang untuk meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dari memori jangka panjang.Pendidikan remedial adalah pendidikan yang dirancang untuk membawa siswa yang tertinggal ke tingkat pencapaian yang direalisasikan oleh rekan-rekan mereka.Pengajaran remedial berarti bahwa bantuan ditawarkan kepada siswa yang membutuhkan bantuan pedagogis atau didaktik.Ini sering anak-anak yang berfungsi pada tingkat yang lebih rendah daripada rata-rata karena masalah / gangguan belajar-atau perilaku tertentu.Namun, pengajaran remedial juga dapat ditawarkan kepada siswa yang mencapai tingkat di atas rata-rata, mereka juga dapat melakukan dengan perhatian dan perhatian ekstra.
            Menurut Kadarawati dan Malawi (2017:231) remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM.
            According to Sharma (2009:22) remedial teaching as the name suggests, is the teaching that is undertaken for providing remedial edication to those who are in need of such education for overcoming their deficiencies, weakness and difficulties related with the learning activities pertaining to some area or aspects of a particular subject.
Terjemahan
Menurut Sharma (2009: 22) pengajaran remedial sesuai dengan namanya, adalah pengajaran yang dilakukan untuk memberikan edukasi perbaikan kepada mereka yang membutuhkan pendidikan semacam itu untuk mengatasi kekurangan mereka, kelemahan dan kesulitan terkait dengan kegiatan belajar yang berkaitan dengan beberapa area atau aspek dari subjek tertentu.
            According to Singh (2004 : 16-17) remedial teaching organized in various ways has a potentially important role. There has been quite a rapid expansion of remedial teaching servicesince the late 1940s when public concern grew about the large number of backward readers in schools. Some remedial teachers work in schools with groups and individuals who need extra help, especially early in the junior school. In a few cases they work in centres which children attend several times a week. More frequently they are peripatetic teachers visiting a numberof schools to teach groups and in some well organized services giving advice on materials and methods, undertaking surveys and other services. Their work should be closely integrated with the school pshychological services. Sometimes they work in and from child guidance centres.
Terjemahan
            Menurut Singh (2004 : 16-17) pengajaran remedial yang diselenggarakan dengan berbagai cara memiliki peran yang berpotensi penting. Sudah ada ekspansi yang cepat dari layanan pengajaran perbaikan sejak akhir 1940-an ketika perhatian publik tumbuh tentang banyaknya pembaca terbelakang di sekolah. Beberapa guru remedi bekerja di sekolah dengan kelompok dan individu yang membutuhkan bantuan tambahan, terutama di awal sekolah menengah pertama.Dalam beberapa kasus mereka bekerja di pusat-pusat yang anak-anak menghadiri beberapa kali seminggu.Lebih sering mereka adalah guru-guru yang bergerak mengunjungi sejumlah sekolah untuk mengajar kelompok-kelompok dan dalam beberapa layanan yang terorganisasi dengan baik memberikan nasihat tentang bahan dan metode, melakukan survei dan layanan lainnya.Pekerjaan mereka harus terintegrasi erat dengan layanan psikologi sekolah.Terkadang mereka bekerja di dan dari pusat bimbingan anak.
            According to Sahito, and friends (2017:2) Remedial, the word which is the adjective of the noun Remedy means “providing or intended to provide a remedy or cure”. So, this intended remedy was planned to provide those who need it at bad time.
Terjemahan
Menurut Sahito, dkk (2017:2) remedial, kata yang merupakan kata sifat dari kata Remedy yang berarti “menyediakan atau dimaksudkan untuk memberikan obat atau menyembuhkan”. Jadi, obat yang dimaksudkan direncanakan unutkn menyediakan mereka yang membutuhkan pada waktu yang beruk.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Remedial
Menurut Badar dan Suseno (2017:362) setiap guru berharap peserta didiknya dapat mencapai penguassaan kompetensi yang telah ditentukan. Berdasarkan Permendikbud No. 65 tentang Standar Proses, No. 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian, setiap pendidik hendaknya memperhatiakan prinsip perbedaaan individu (kemampuan awal, kecerdasan, kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar), maka program pembelajaran remedial dilakuakan untuk memenuhi kebutuhan/hak anak. Dalam program pembelajaran remedial guru akan membantu peserta didik, untuk memenuhi kesulitan belajar yang dihadapninya, mengatasi kesulitannya tersebut dengan memeperbaiki cara belajar dan sikap belajar yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
            Menurut Ahamdi (2008: 125) dalam Jurnal Bukhari, dkk (2016: 53)  “Pengajaran remedial adalah bentuk khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat menjadi baik. Seperti yang diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat mencapai hasil sebaik-baiknya sehingga bila ternyata ada siswa yang belum berhasil sesuai dengan harapan maka diperlukan suatu proses pengajaran yang Mereka baru dapat menyelesaikan tugas belajar melebihi waktu belajar yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan pengalaman siswa cepat, agar mereka tidak berdiam diri setelah menyelesaikan tugas belajarnya di kelas, diberikan kepadanya tugas tambahan untuk memperkaya pengetahuannnya di bidang pokok bahasa yang telah dipelajari. Untuk menghadapi anak lamban, guru menyediakan waktu tambahan agar pelajaran itu dapat dicerna dengan baik. Untuk mengatasinya kadang- kadang dilakuakan pengajaran remedial.
Menurut Bukhari, dkk (2016:53) Secara umum tujuan pengajaran remedial tidak berbeda dengan pengajaran biasa yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan sekolah melalui proses perbaikan.
Menurut Ahmadi dan Widodo (2008 : 154 ) secara terperinci tujuan pengajaran remedial.
1)      Agar siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal kelemahannya dalam mempelajari materi pelajaran dan juga kekuatannya.
2)      Agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik.
3)      Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat;
4)      Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik;
5)      Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya, dan dapat mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.
            Menurut Rahmatiah (2014:225) Pengajaran remedial ditujukan agar siswa memperoleh tingkat penguasaan penuh terhadap materi yang dipelajari dan siswa dalam proses belajar tidak mengalami kesulitan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajarnya. Pentingnya pengajaran remedial dalam meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam pelajaran, memberi konsekuensi pada perlunya kemampuan memahami dengan baik pengajaran remedial. Pemahaman terhadap pengajaran remedial tidak hanya sebatas pada pemahaman konsep, tetapi harus memahami tujuan dan cara dalam pengajaran remedial.
            Menurut Darmadi (2017:384) dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tinglat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah melakukan program pembelajaran remedia.
Tujuan pengajaran remedial menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono secara umum dalam jurnal Masbur (2012: 348-361),tidak berbeda dengan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran perbaikan bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan. Tujuan pembelajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan memperbaiki prestasi belajarnya.
Adapun fungsi pengajaran remedial antara lain:
1. Fungsi korektif
Fungsi korektif adalah dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru membuat perencanaan pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan. Dengan demikian, guru dapat mengetahui perbedaan individual siswa dan kesulitan belajar siswa tersebut.
2. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu memungkinkan guru, siswa dan pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi siswa. Kepribadian siswa sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu, guru atau pihak lain dapat memahami kepribadian pada diri siswa atau perbedaan pada masing-masing siswa.
3. Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian yaitu pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil lebih baik lebih besar.Tuntutan disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan sehingga termotivasi untuk belajar.
Adapun pelaksanaan program ini dapat dilakukan secara relevan dengan tingkat yang dimiliki siswa dikarenakan faktor individual siswa dalam memahami suatu bidang studi.Maka fungsi penyesuaian ini memungkinkan individual siswa dengan karakter tertentu dapat termotivasi untuk belajar.
4. Fungsi pengayaan
Fungsi pengayaan yaitu dapat memperkaya proses belajar mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam pengajaran remedial sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya.Adanya daya dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan.Sasaran pokok fungsi ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakannya pengayaan.
Semakin banyak hasil belajar yang diperoleh dan semakin dalam ilmu yang didapat, maka prestasi belajarnya pun semakin meningkat.

5. Fungsi terapetik
Fungsi terapetik yaitu secara langsung ataupun tidak, pengajaran perbaikan dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi kepribadian yang menyimpang.Penyembuhan ini dapat menunjang penyampaian prestasi belajar dan pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi.
According to Sampson (1968) in book Singh (2004: 16-17),  points out in reporting the result of a survey of remedial teaching, the original aim of remedial teaching was to remedy education retardation, i.e., children who were failing educationally but normal in ability. It soon became apparent the remedial teachers could not concentrate on 'und‘r-functioning’ children and, as Sampson’s survey shows, remedial teachers have been trying to help schools cope with children who are backward because of social and cultural limitations, lowish ability and emotional difficulties. Some of these children need special education rather than remedial teaching. The remedy for junir high school children who are show to acquire basic educational skills is not twice-weekly sessions with a remedial teacher but the provision of good teaching, smaller classes, an active child-centred approach emphasizing language development an experience. Remedial teaching has sometimes been used as a palliative, whereas more radical remedies are needed. This is not to say that remedial teaching, especially when it includes an advisory element, does not provide a very useful service. But the training and experience of remedial theachers should perhaps be focused increasing on the children who have specific and severe learning disabilities-children for whom something more than good teaching seems to be needed
Terjemahan
Menurut Sampson (1968) dalam buku Singh (2004:16-17) menunjukkan dalam melaporkan hasil survei pengajaran remedial, tujuan asli dari pengajaran remedial adalah untuk memperbaiki retardasi pendidikan, yaitu, anak-anak yang gagal dalam pendidikan tetapi normal dalam kemampuan. Segera menjadi jelas bahwa guru-guru perbaikan tidak dapat berkonsentrasi pada anak-anak yang 'tidak berfungsi' dan, seperti yang ditunjukkan survei Sampson, guru-guru remedial telah berusaha membantu sekolah mengatasi anak-anak yang terbelakang karena keterbatasan sosial dan budaya, kemampuan rendah dan kesulitan emosional. Beberapa dari anak-anak ini membutuhkan pendidikan khusus daripada pengajaran remedial.Obat untuk anak-anak junir sekolah menengah yang menunjukkan untuk memperoleh keterampilan pendidikan dasar bukanlah sesi dua kali seminggu dengan guru remedial tetapi penyediaan pengajaran yang baik, kelas yang lebih kecil, pendekatan yang berpusat pada anak yang aktif menekankan perkembangan bahasa sebuah pengalaman.Pengajaran remedial terkadang digunakan sebagai paliatif, sedangkan pengobatan yang lebih radikal dibutuhkan.Ini bukan untuk mengatakan bahwa pengajaran remedial, terutama ketika itu termasuk elemen penasehat, tidak memberikan layanan yang sangat berguna.Tetapi pelatihan dan pengalaman guru-guru perbaikan mungkin harus difokuskan pada peningkatan anak-anak yang memiliki ketidakmampuan belajar yang spesifik dan berat - anak-anak yang membutuhkan sesuatu yang lebih dari pengajaran yang baik.
Menurut Astuti,dkk (200:39) tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditemukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Kegiatan remedial itu di samping ada tujuan, juga memiliki fungsi sebagai korektif, pemahaman, pengayaan, fungsi akselerasi (percepatan belajar) dan berfungsi sebagai tereputik
Menurut lim (2007:208) remedial akan membawa kita dari satu gunung keberhasilan ke unung kesuksesan berikutnya. Singkatnya, kemampuan untuk menerima proses remedial tidak membuat orang merasa puas diri, merasa dirinya sudah mapan, sejehtera, dan nyaman, sehingga terjebal dalam zona kenyamanan yang diciptaknnya sendiri dan menolah perubahan. Kemampuan menerima remedial juga berarti bersedia untuk menerima perbaikan dalaam hidup menuju kesempurnaan.
According to SelvarajandanVasanthagumar (2012:57) identified the low achievers as one of its issues and wants to test the effectiveness of remedial teaching in its context. This study was designed to identify the reasons for low achievement and the effectiveness of the remedial teaching program. The findings show that the socio economic condition of the family and physical and psycho social status of the students cause low achievement. The implemented remedial program proved to be effective .
Terjemahan
Menurut Selvarajan dan Vasantha gumar (2012: 57) mengidentifikasi orang yang berprestasi rendah sebagai salah satu masalah dan ingin menguji efektivitas pengajaran remedial dalam konteksnya. Penelitian ini dirancang untuk mengidentifikasi alasan untuk prestasi rendah dan efektivitas program pengajaran remedial. Temuan menunjukkan bahwa kondisi social ekonomi keluarga dan status social fisik dan psikologis siswa menyebabkan prestasi rendah. Program remedial yang diimplementasikan terbukti efektif.
According to Oyekan (2013 : 282) Diagnosis and remediation of students’ weaknesses are the basic components of diagnostic remedial teaching (DRT). Here in diagnosis can be regarded as a technique to identify students’ strengths and weaknesses in a lesson or course of study through tests, observations and projects. Data collected from diagnosis serve as the basis of an instructional needs analysis, and subsequently provide vital information which would enable a teacher to correct his/her methods, contents or presentation. Hence, remediation connotes an act of rectifying the students’ learning difficulties or weaknesses which they experience with the school curriculum. This may be realized through inquiry-discovery and task analysis of learning experiences imbued with guidance in the planning of instruction.
Terjemahan
Menurut Oyekan (2013: 282) Diagnosis dan remediasi kelemahan siswa adalah komponen dasar dari pengajaran remedial diagnostik (DRT). Di sini, diagnosis dapat dianggap sebagai teknik untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam pelajaran atau program studi melalui tes, pengamatan, dan proyek. Data yang dikumpulkan dari diagnosis berfungsi sebagai dasar dari analisis kebutuhan instruksional, dan kemudian memberikan informasi penting yang akan memungkinkan seorang guru untuk memperbaiki metode, isi atau presentasinya. Oleh karena itu, remediasi berkonotasi dengan tindakan memperbaiki kesulitan belajar siswa atau kelemahan yang mereka alami dengan kurikulum sekolah. Ini dapat diwujudkan melalui penyelidikan penemuan dan analisis tugas dari pengalaman belajar yang dijiwai dengan bimbingan dalam perencanaan instruksi.
According to Munene (2017 : 47) Remedial education is given to children who function at a lower than average level because of certain learning or behavioral problem, but it can also be offered to pupils who achieve at higher than average level. Generally, learners who require remedial learning have poor memory, short attention span and are easily distracted by other things, have relatively poor comprehensive power, lack learning motivation and self-confidence and exhibit relatively slow self-expectation. They are also weak in problem solving, fail to grasp information quickly and mix things up easily.
Terjemahan
Menurut Munene (2017: 47) Pendidikan remedial diberikan kepada anak-anak yang berfungsi pada tingkat yang lebih rendah daripada rata-rata karena masalah belajar atau perilaku tertentu, tetapi itu juga dapat ditawarkan kepada siswa yang mencapai pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata. Umumnya, peserta didik yang membutuhkan pembelajaran remedy memiliki memori yang buruk, rentang perhatian yang pendek dan mudah terganggu oleh hal-hal lain, memiliki kekuatan komprehensif yang relative miskin, kurangnya motivasi belajar dan kepercayaan diri dan menunjukkan harapan diri yang relative lambat. Mereka juga lemah dalam pemecahan masalah, gagal untuk memahami informasi dengan cepat dan mencampurnya dengan mudah.
2.1.3. Sintaks, Sistem Sosial, Sistem Aksi-Reaksi (Prinsip-Prinsip Reaksi), dan Sistem Pendukung
Menurut Joyce 2009 (20  :543-544) system inin juga mendapatkan guru dalam sebuah peran yang mendorong dan membantu siswa serta memiliki pengaruh positif terhadap penghargaan diri siswa  itu sendiri
Sintaks
            Sintaks bersifat lurus – tujuan-tujuan dinyatakan dengan jelas di awal kemudian urutan tugas diberikan beserta dengan informasi tentang seberapa sukses tugas diselesaikan. Asemen rangkuman diberikan di akhir setiap unit pelajaran. Unit-unit ini bias relative singkat atau cukup panjang. Seringkali unit-unit yang panjang menjadi beberapa bagian.


Sistem Sosial
Kecenderungannya adalah siswa bekerja secara individual. Namun, penting agar siswa memahami bahwa individu memiliki keragaman menyangkut waktu yang diperlukan dan keadaan yang sebagiknya positif bagi semua.
Prinsip-prinsip reaksi
            Instruktur perlu terus mendampingi kemajuan siswa dan memberikan dorongan ketika siswa bekerja untuk menyelesaikan tugas atau menemukan keberhasilan agar menjadi rajin. Instruktur perlu berupaya untuk memastikan bahwa unit-unit dalam system instruksional berada pada level yang tepat bagi siswa
System pendukung
Banyak faktor pendukung dalam proses pengajaran remedial salah satu adalah kedetakan guru dengan siswa yang sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa juga berguna untuk memahami penyebab kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Faktor yg lain seperti fasilitas, waktu, tempat dan sebagainya juga sangat mendukung terbentuknya pengajaran remedial yang kita katakan berhasil. Namun pendidik adalah kunci keberhasilan. Pendidik yang butuhkan adalah pendidik yang inovatif dan berpengalaman dalam pengajaran remedial.
2.1.4.  Bentuk dan Prinsip Dasar Remedial
Menurut Darmadi (2017 : 385-386) Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial, dalam artikel kurikulum dan pembelajaran, Depdiknas (2008) menyebutkan:
1.      Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
2.      Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi.
3.      Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar.
4.      Pemberian secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternative tindak lanjut berupa bimbingan secara individual. Hal ini dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
5.      Pemberian tugas-tugas latian secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan.
6.      Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang mengalami kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik  yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
According to Sharma (2009: 22-25), remedial teaching as the name suggests, is the teaching that is undertaken for providing remedial education to those who are in need of such education for overcoming their deficiencies, weaknesses and difficulties related with the learning activities pertaining to some area or aspects of a particular subject.
            Organisation of Remedial Teaching. Remedial teaching in the subject physical or life sciences can take various forms like below
1. Class teaching
2. Group tutorial teaching
3. Individual tutorial teaching
4. Supervised tutorial teaching
5. Auto-instructional teaching
6. Informal teaching
            Let us discuss now all these forms and aspects of remedial teaching.
1.  Class Teaching. In this system or schedule of remedial teaching, the usual composition and structure of the class is not disturbed. The teacher here teaches a particular lesson/ unit, emphasizes a point again and again, repeats the experiments or uses some specific teaching aid in order to remove the difficulties and deficiencies of the learners in terms of the acquisition of the desired learning experiences. The class as a whole is benefitted through such type of remedial teaching It proves particularly useful in the removal of the weaknesses and learning difficulties of the general nature.
2. Group Tutorial Teaching. Here the students of the class are divided into some homogeneous groups called turorial groups on the basis of their common learning difficulties and identical weakness or deficiencies in the acquisition of the learning experiences in some or the other areas or aspects of the subject. These groups are then taught separately by the same teacher or different teachers according to the nature of the difficulties and deficiencies. The tutor incharge of a tutorial group then tries to solve the difficulties of the learners, hovewer, collectively on a group basis. The weak areas or aspects of the curriculum identified through diagnostic testing are properly attended by the teacher according to the needs and requirement of the pupils of the group. In case, it is related to particular work, due care and proper attention is now paid by the teacher over his own demonstration work as well as on the practical and project work done by the students in their respective groups.
            The group tutorial teaching proves advantageous over the class teaching in mnay aspects. Here the students who heve common problems and difficulties in their learning are more helped in overcoming their difficulties and deficiencis. It makes the task of teaching-learning quite interested and goal oriented.In class  teaching there remains a lot of chances that the time ang energy of many of the students who do not suffer with a certain learning deficiency or difficulty will go in vain by attending to the remedial teaching not at all needed by them. Moreover, the number of students in group turorial teaching is comparatively reduced. It results in making the task of the teaching more convenient, and effective for providing better coaching and practice in terms of the needed remedial education.
3.Individual Tutorial Teaching. In this schedule every learner, who feels learning difficulty of one or the other nature, is attended individually for overcoming his deficiencies or weakness. It is one to one coaching, help and guidance that is rendered by the teacher to the learner as and when needed by him in oerder to actualize his potentialities to the maximum. Therefore in this type of remedial teaching, maximum consideration may be provided to the principle of individual difference in the direction of the best results in the task of teaching and learning. Here the students may progress according to their own pace, abilities and capacities and get adequate help, individual attention and reinforcement for coping up with their deficiencies and difficulties on the path of learning.
4. Supervised Tutorial Teaching. In this schedule of remedial teaching the responsibility of overcoming the learning difficulties and removing deficiencies in some learning areas is handed over to the learners  themselves. They have to work at their own for removing their difficulties and deficiencies. The role of the teacher is confined to observe and supervise the learning activities and provide as much help as necessary to carry on them on their path of self learning and self correction. This type of supervision can be made on the individual as well as tutuorial group levels. The students may opt to work in the group or individually for solving their difficulties and overcoming their learning deficiencies.
5. Auto-Instructional Teaching. This type of remedial teaching consists of auto-instructional programmes and activities. Here the learner is provided with basic auto-instructinal and self learning material and equipments like programmed learning text books and packages, auto-learning modules, teaching machines and computer assisted programmed instuctions etc. This material helps the pupil to gain sufficient practice and drill work in the areas of his weakness and acquire necessary confidence in overcoming his difficulties and deficiencies through the well programmed self-instructional material.
6. Informal Teaching. Informal science education and teaching suitably planned and assimilated with the formal science education of the scholl may go in a big way to act as a source and means of remedial education to the needy students. The activities connected with such informal education in the form of excurcions or trips, collecting material for the science museum, improvising science apparatus, working on useful scientific projects, engaging in the scientific  hobbies, establishing acquarium, vivarium, terrarium, botanical garden, zoo and nature study corner in the school campus and participating in the science club activities, etc. Make the study of science a joyful event. These activities suit the diversified interest of the students and provide unique and special opportunities to learn and practise the facts and principles of science. The learning difficulties arised out of the lack of interest, non-availability of direct and first hand learning experience, deficiencies in the methodology of teaching, psychological needs and problems of the learners and host of pother reasons may be easily overcome through the organisation of useful non-formal activities of scientific interest in the schools.
            Menurut Sharma (2009: 22-25), pengajaran remedial seperti namanya, adalah pengajaran yang dilakukan untuk memberikan pendidikan remedial kepada mereka yang membutuhkan pendidikan semacam itu untuk mengatasi kekurangan mereka, kelemahan dan kesulitan terkait dengan kegiatan pembelajaran. berkaitan dengan beberapa area atau aspek dari subjek tertentu.
Organisasi Pengajaran Remedial. Pembelajaran remedial dalam subjek ilmu fisik atau kehidupan dapat mengambil berbagai bentuk seperti di bawah ini
1. Pengajaran kelas
2. Mengajar tutorial kelompok
3. Pengajaran tutorial individu
4. Mengawasi pengajaran tutorial
5. Ajaran otomatis instruksional
6. Mengajar informal
Mari kita diskusikan sekarang semua bentuk dan aspek pengajaran remedial ini.
1. Pengajaran Kelas. Dalam sistem atau jadwal pengajaran remedial ini, komposisi dan struktur kelas yang biasa tidak terganggu. Guru di sini mengajarkan pelajaran / unit tertentu, menekankan satu titik lagi dan lagi, mengulangi percobaan atau menggunakan beberapa alat bantu mengajar khusus untuk menghilangkan kesulitan dan kekurangan peserta didik dalam hal perolehan pengalaman belajar yang diinginkan. Kelas secara keseluruhan diuntungkan melalui jenis pengajaran remedial. Hal ini terbukti sangat berguna dalam menghilangkan kelemahan dan kesulitan belajar secara umum.
2. Pengajaran Tutorial Kelompok. Di sini para siswa kelas dibagi menjadi beberapa kelompok homogen yang disebut kelompok turorial atas dasar kesulitan belajar bersama mereka dan kelemahan atau kekurangan yang sama dalam perolehan pengalaman belajar di beberapa atau area lain atau aspek dari subjek. Kelompok-kelompok ini kemudian diajarkan secara terpisah oleh guru yang sama atau guru yang berbeda sesuai dengan sifat kesulitan dan kekurangannya. Tutor yang lebih besar dari kelompok tutorial kemudian mencoba untuk memecahkan kesulitan peserta didik, hovewer, secara kolektif atas dasar kelompok. Area lemah atau aspek kurikulum yang diidentifikasi melalui tes diagnostik dihadiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan kebutuhan murid kelompok. Dalam hal, itu terkait dengan pekerjaan tertentu, perhatian dan perhatian yang tepat sekarang dibayar oleh guru atas pekerjaan demonstrasi sendiri serta pada kerja praktis dan proyek yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok masing-masing.
Pengajaran tutorial kelompok terbukti menguntungkan atas pengajaran kelas dalam aspek mnay. Di sini para siswa yang memiliki masalah umum dan kesulitan dalam belajar mereka lebih terbantu dalam mengatasi kesulitan dan kekurangan mereka. Itu membuat tugas belajar mengajar cukup tertarik dan berorientasi pada tujuan. Di kelas mengajar tetap ada banyak peluang bahwa waktu dan energi dari banyak siswa yang tidak menderita dengan kekurangan belajar tertentu atau kesulitan akan sia-sia dengan menghadiri pengajaran remedial yang tidak dibutuhkan sama sekali oleh mereka. Selain itu, jumlah siswa dalam pengajaran turorial kelompok relatif berkurang. Ini menghasilkan tugas mengajar menjadi lebih nyaman, dan efektif untuk memberikan pelatihan dan praktik yang lebih baik dalam hal pendidikan remedial yang dibutuhkan.
3. Pengajaran Tutorial Individu. Dalam jadwal ini setiap pelajar, yang merasa kesulitan belajar dari satu atau yang lain, dihadiri secara individu untuk mengatasi kekurangan atau kelemahannya. Ini adalah 1-1 pelatihan, bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh guru kepada pelajar sebagai dan ketika diperlukan oleh dia di oerder untuk mengaktualisasikan potensi ke maksimum. Oleh karena itu dalam jenis pengajaran remedial, pertimbangan maksimum dapat diberikan kepada prinsip perbedaan individu dalam arah hasil terbaik dalam tugas mengajar dan belajar. Di sini para siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan, kemampuan, dan kemampuan mereka sendiri dan mendapatkan bantuan yang memadai, perhatian dan penguatan individu untuk mengatasi kekurangan dan kesulitan mereka pada jalur pembelajaran.
4. Pengajaran Tutorial yang diawasi. Dalam jadwal pengajaran remedial tanggung jawab mengatasi kesulitan belajar dan menghilangkan kekurangan di beberapa area pembelajaran diserahkan kepada peserta didik itu sendiri. Mereka harus bekerja sendiri untuk menghilangkan kesulitan dan kekurangan mereka. Peran guru dibatasi untuk mengamati dan mengawasi kegiatan pembelajaran dan memberikan bantuan sebanyak yang diperlukan untuk meneruskannya pada jalur belajar mandiri dan koreksi diri. Jenis pengawasan ini dapat dilakukan pada individu maupun tingkat kelompok tutuorial. Para siswa dapat memilih untuk bekerja dalam kelompok atau secara individu untuk memecahkan kesulitan mereka dan mengatasi kekurangan belajar mereka.
5. Pengajaran Instruksional Otomatis. Jenis pengajaran remedial ini terdiri dari program dan aktivitas instruksi otomatis. Di sini peserta didik diberikan materi dan peralatan pembelajaran otomatis dasar dan belajar mandiri seperti buku teks dan paket belajar yang diprogram, modul pembelajaran otomatis, mesin pengajar dan komputer yang diprogram dengan panduan, dll. Materi ini membantu siswa mendapatkan latihan yang cukup dan melatih kerja. di area kelemahannya dan mendapatkan kepercayaan yang diperlukan dalam mengatasi kesulitan dan kekurangannya melalui materi pembelajaran mandiri yang terprogram dengan baik.
6. Pengajaran Informal. Pendidikan sains informal dan pengajaran yang direncanakan sesuai dan diasimilasikan dengan pendidikan sains formal dari scholl dapat berjalan dengan cara besar untuk bertindak sebagai sumber dan sarana pendidikan remedial bagi siswa yang membutuhkan. Kegiatan yang terkait dengan pendidikan nonformal dalam bentuk excurcions atau perjalanan, mengumpulkan materi untuk museum sains, improvisasi aparatur sains, bekerja pada proyek ilmiah yang berguna, terlibat dalam hobi ilmiah, mendirikan acquarium, vivarium, terarium, kebun raya, kebun binatang dan sudut belajar alam di kampus sekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan klub sains, dll. Jadikan pelajaran sains sebagai acara yang menyenangkan. Kegiatan-kegiatan ini sesuai dengan minat yang beragam dari para siswa dan memberikan kesempatan unik dan khusus untuk belajar dan mempraktekkan fakta-fakta dan prinsip-prinsip sains. Kesulitan belajar timbul karena kurangnya minat, tidak tersedianya pengalaman pembelajaran langsung dan langsung, kekurangan dalam metodologi pengajaran, kebutuhan psikologis dan masalah peserta didik dan tuan rumah alasan pother dapat dengan mudah diatasi melalui organisasi yang bermanfaat. kegiatan non-formal dari minat ilmiah di sekolah-sekolah.
Menurut kadarwati dan malawi (2018:231) Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri. Mengatasi kesulitan dengan memperbaiki cara belajar serta sikap belajarnya yang mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan tingkatan kesulitan peserta didik dapat dilakukan dengan cara :
a)      Pemberian bimbingan induvidu.
b)      Pemberian bimbingan kelompok.
c)      Pemberian pembelajaran ulang dengan media yang berbeda.
According to Sembiyan (2015: 125-127)Remedial Teaching in science subject can take various form like below:
1.      Class Teaching: in this schedule of remedial teaching, the usual composition and structure of class is not disturbed. The teacher teaches a particular lesson, emphasizes a point again and again, repeats the experiment or uses some specific teaching aid in order to remove, the difficulties of learner in terms of acquisition of the desired learning experiences. The class as a whole is benefited through such type or remedial teaching. It proves particularly useful in the removal of these difficulties.
2.      Group Tutorial Teaching: Here the students of the class are divided unto some homogeneous group called tutorial groups on the basis of their common learning difficulties and identical weaknesses. These group are then taught separately by the same teacher or different teachers according to nature of difficulties. The tutor uncharged of a tutorial group then tries to solve the difficulties of the learner, however collectively on a group basis. The weak areas of curriculum are identified through diagnostic testing are properly attended by the teacher according to their requirement. In case, it is relates to particular work, due care and proper attention is now paid by the teacher over demonstration work, project and practical work done by students.
3.      Individual Tutorial Teaching: In this schedule every learner who feels learning difficulty of one or other nature, is attended individually for overcoming his weakness. It is one to one coaching, help and guidance that is rendered by the teacher to learner as and when needed by him in order to actualize his potentialities to the maximum. Therefore in this type, maximum consideration may be provided to the principle of individual differences in the direction of the best results in the task of teaching and learning. Here the students may progress according to their own pace, abilities and capacities and get adequate help to individual attention and reinforcement for coping up with their difficulties in the path of learning.
4.      Supervised Tutorial Teaching: In this schedule, the responsibility of overcoming the learning difficulties is handed over to learner themselves. They have to work at their own for removing their difficulties. The role of teacher is confined to observe and supervise the learning activities and provide as much help as necessary to carry on them on their path of self learning and self correction. This type of supervision can be made on the individual as well as tutorial group levels. The student may opt to work in the group or individually for overcoming their difficulties.
5.      Auto-Instructional Teaching: this type consists of auto instructional program and activities. Here the learner is provided with basic auto instructional and self learning material and equipment like programmed learning text books and packaged, auto learning modules, teaching machines, and computer assisted program. This material helps the pupils to gain sufficient practice and trill work in the weak areas and acquire necessary confidence in overcoming his difficulties.
6.      Informal Teaching: informal science teaching suitable planned and assimilated with formal science education of the school may go in a big way to act as a source and means of remedial education to the needy students.
Terjemahan
Menurut Sembiyan (2015: 125-127)Pengajaran remedial dalam mata pelajaran sains dapat mengambil berbagai bentuk seperti di bawah ini:
1. Pengajaran Kelas: dalam jadwal pengajaran remedial ini, komposisi dan struktur kelas yang biasa tidak terganggu. Guru mengajarkan pelajaran tertentu, menekankan satu titik lagi dan lagi, mengulangi percobaan atau menggunakan beberapa bantuan pengajaran khusus untuk menghapus, kesulitan pelajar dalam hal perolehan pengalaman belajar yang diinginkan. Kelas secara keseluruhan diuntungkan melalui pengajaran tipe atau remedial semacam itu. Ini terbukti sangat berguna dalam menghilangkan kesulitan-kesulitan ini.
2. Pengajaran Tutorial Kelompok: Di sini para siswa kelas dibagi menjadi beberapa kelompok homogen yang disebut kelompok tutorial atas dasar kesulitan belajar bersama mereka dan kelemahan yang identik. Kelompok ini kemudian diajarkan secara terpisah oleh guru yang sama atau guru yang berbeda sesuai dengan sifat kesulitan. Tutor yang tidak dikenakan grup tutorial kemudian mencoba untuk memecahkan kesulitan peserta didik, namun secara kolektif berdasarkan kelompok. Area kurikulum yang lemah diidentifikasi melalui tes diagnostik dihadiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam hal, ini berkaitan dengan pekerjaan tertentu, perhatian dan perhatian yang tepat sekarang dibayar oleh guru atas pekerjaan demonstrasi, proyek dan kerja praktek yang dilakukan oleh siswa.
3. Pengajaran Tutorial Individu: Dalam jadwal ini setiap pelajar yang merasa kesulitan belajar satu atau lainnya, dihadiri secara individual untuk mengatasi kelemahannya. Ini adalah pelatihan satu-satu, bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh guru kepada pelajar sebagaimana dan ketika dibutuhkan olehnya untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu dalam jenis ini, pertimbangan maksimum dapat diberikan kepada prinsip perbedaan individu dalam arah hasil terbaik dalam tugas mengajar dan belajar. Di sini para siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan, kemampuan, dan kapasitas mereka sendiri dan mendapatkan bantuan yang cukup untuk perhatian dan penguatan individu untuk mengatasi kesulitan mereka dalam jalan belajar.
4. Pengajaran Tutorial yang diawasi: Dalam jadwal ini, tanggung jawab untuk mengatasi kesulitan belajar diserahkan kepada pelajar itu sendiri. Mereka harus bekerja sendiri untuk menghilangkan kesulitan mereka. Peran guru dibatasi untuk mengamati dan mengawasi kegiatan pembelajaran dan memberikan bantuan sebanyak yang diperlukan untuk melaksanakannya pada jalur belajar mandiri dan koreksi diri. Jenis pengawasan ini dapat dilakukan pada individu maupun tingkat kelompok tutorial. Siswa dapat memilih untuk bekerja dalam kelompok atau secara individu untuk mengatasi kesulitan mereka.
5. Pengajaran Otomatis-Instruksional: jenis ini terdiri dari program dan aktivitas instruksional otomatis. Di sini, pelajar diberikan materi dan perangkat pembelajaran otomatis dasar dan belajar mandiri seperti buku teks pembelajaran terprogram dan modul pembelajaran otomatis terpaket, mesin pengajar, dan program bantuan komputer. Materi ini membantu siswa untuk mendapatkan latihan yang cukup dan kerja getar di daerah yang lemah dan memperoleh kepercayaan diri yang diperlukan dalam mengatasi kesulitannya.
6. Pengajaran Informal: pengajaran sains informal yang sesuai direncanakan dan diasimilasikan dengan pendidikan sains formal sekolah dapat berjalan dengan cara besar untuk bertindak sebagai sumber dan sarana pendidikan remedial bagi siswa yang membutuhkan.
            Menurut Kadarwati dan Malawi (2017 : 164) pembelajaran remedial dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip berikut.
1)      Adaptif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan daya tangkap, keempatan dan gaya belajar masing-masing.
2)      Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta didik.
3)      Multi metode dan penilaian
Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4)      Pemberian umpan balik sesegera mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.
5)      Berkesinambungan
Pembelajaran remedial dilakukan secara berkesinambungan dan harus selalu tersedia programnya agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan keperluan masing-masing.
Menurut al-Taubany dan Suseno (2017: 364), beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus, yaitu:
1)      Adaptif. Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai denga daya tangkap, kesempatan dan gaya masing-masing.
2)      Interaktif. Pembelajaran remedial hendaknya melibatkat keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi dengan pesrta didk dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
3)      Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian. Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian yang sesuaidengan karakteristik peserta didik.
4)      Pemberian umpan balik sesegera mungkin. Umpan balik berupa informasi yang diberikan terhadap kepada peserta didk mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan yang berlarut-larut.
5)      Pelayanan sepanjang waktu. Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing- masing.
Menurut Darmadi (2017: 384-385), berdasarkan pembelajaran dalam KTSP (Depdiknas 2008). Bahwa sesusai dengan sifatnya sebagai pelayan khusus pembelajaran remedial memiliki beberapa prinsip sebagai berikut :
1.                  Adaptif. Program pembelajaran remedial hendaknya memungkin peserta di didik untuk belajar sesuai kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual pesrta didik.
2.                  Interaktif. Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan pesrta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan kegiatan peserta didik  yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapat monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya.
3.                  Flesibelitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian. Bahwa dalam pembelajaran remedial perlu digunakan sebagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4.                  Pemberian Umpan Balik Segera Mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5.                  Kesinambungan dan Ketersediaan Pemberian Pelayanan. Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial adalah satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan.
2.1.5. Pendekatan Dalam Pelaksanaan Remedial
Menurut Masbur (2012: 357-361), ada beberapa pendekatan belajar dalam pelaksanaan remedial dengan harapan dapat membantu siswa dalam memecahkan berbagai masalah. Pendekatan yang bersifat umum maupun pendekatan yang bersifat keagamaan (khusus). Antara lain yaitu:
1. Pendekatan individual
Pendekatan individual merupakan interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan individual adalah suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan caranya. Jadi pendekatan individual adalah pendekatan bersifat perorang, yaitu dikarenakan perbedaan individual siswa atau mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu siswa dengan siswa lain baik dari cara mengemukakan pendapat, daya serap maupun tingkat kecerdasan dan sebagainya. Persoalan kesulitan belajar lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok dibutuhkan.
2. Pendekatan kelompok
Pendekatan kelompok adalah adanya interaksi diantara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas adanya guru membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8 orang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap kelompok lebih intensif. Pendekatan kelompok bertujuan membina dan menumbuhkan sikap sosial anak didik, hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang cenderung hidup bersama.
Siswa dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan mau membantu mereka yang mempunyai kekuranga.
3. Pendekatan bervariasi
Pendekatan bervariasi adalah bermacam-macam pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan belajar agar terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif. Pendekatan ini terjadi karena siswa mempunyai tingkat motivasi yang berbeda, pada satu sisi siswa memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada sisi yang lain mempunyai motivasi yang tinggi. Maka pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan edukatif
Edukatif adalah sesuatu yang bersifat mendidik dan segala hal yang berkenaan dengan pendidikan. Pendekatan edukatif yaitu pendekatan yang dilakukan oleh guru, baik dari setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik siswa agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.
Adapun yang penting untuk diingat adalah bahwa pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dengan tujuan untuk mendidik siswa.
5. Pendekatan pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian atau perbuatan yang pernah terjadi pada masa dahulu dan mempunyai nilai atau manfaat untuk masa depan. Pendekatan pengalaman yaitu suatu pendekatan yang pembelajarannya harus dilandaskan pada pengalaman siswa sebelumnya. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik daripada sekadar bicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali.
6. Pendekatan pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan relatif menetap. Pendekatan dengan proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif.
7. Pendekatan emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Emosi atau perasaan adalah sesuatu yang peka. Emosi seperti halnya juga perasaan merupakan suatu suasana hati yang membentuk suatu kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negatif yaitu sangat tiadak senang. Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang. Rangsangan itu misalnya ceramah, sindiran, pujian, ejekan, anjuran, perintah, sikap dan perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pendekatan emosional dimaksud di sini adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya. Maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan adalah metode ceramah, bercerita, sosiodrama.
8. Pendekatan rasional
Pendekatan rasional ialah pembelajaran yang berpotensi untuk menumbuhkan daya pikir sendiri pada siswa guna memahami, mengamalkan, dan meyakini konsep-konsep dalam pembelajaran remedial. Pendekatan rasional yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan sistematis.
Pendekatan dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan sistematis. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Untuk mendukung pemakaian pendekatan ini, maka metode mengajar yang perlu diberikan adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian tugas.
9. Pendekatan fungsional
Pendekatan fungsional adalah suatu pendekatan atau suatu ilmu pengetahuan yang dipelajari bukan hanya untuk mengisi kekosongan intelektual, tetapi diharapkan berguna untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas, misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam mempertahankan kelangsungan hidup.Dalam hal ini diperlukan penggunaan metode mengajar, antara lain metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.
10. Pendekatan keagamaan
Pendekatan keagamaan adalah suatu pendekatan yang dilakukan dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran umum dapat menyatu dengan nilai-nilai agama. Hal ini dimaksud agar nilai budaya ilmu tidak sekuler, seperti mata pelajaran biologi dapat dihubungkan dengan masalah agama dalam surat Yasin ayat 34, bahwa pelajaran biologi tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama.
11. Pendekatan kebermaknaan
Pendekatan kebermaknaan adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang mempunyai arti atau dapat lebih berarti bagi siswa. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran, menjadi lebih bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai dan masa depan yang harus dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan pengajaran dan pembelajaran untuk membuat pelajaran lebih bermakna bagi siswa.


2.1.6. Langkah Pembelajaran Remedial
Menurut Badar dan Suseno (2017:364-367) Langkah-langkah pembelajaran remedial secara umum akan dipaparkan berikut ini.
a.      Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
Penting untuk memahami bahwa “tidak ada dua individu yang persis sama di dunia ini,” begitu juga penting untuk memahami bahwa peserta didik pun memiliki beragam variasi baik kemampuan, kepribadian, tipe dan gaya belajar maupun latar belakang social budaya. Oleh karenanya guru perlu melakukan identifikasi terhadap keseluruhan permasalahan pembelajaran.
Secara umum identifikasi awal bias dilakukan melalui:
a)      observasi (selama proses pembelajaran)
b)      penilaian autentik (bisa melalui tes/ulangan harian atau penilaian proses).
Permasalahan pembelajaran dapat dikategorikan kedalam tiga focus perhatian sebagai berikut:
1.                   Permasalahan pada keunikan peserta didik.
2.                   Permasalahan pada materi ajar.
3.                   Permaslahan pada strategi belajar.

b.      Perencanaan
Setelah melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru telah memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai untuk membuat perencanaan.
Dengan melihat bentuk kebutuhan dan tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, guru bias merencanakan kapan waktu dan cara yang tepat untuk melakukan pembelajaran remedial. Pada prinsipnya pembelajaran remedial bias dilakukan:
1.      Segera setelah guru mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2.      Menetapkan waktu khusus di luar jam belajar efektif.
Dalam perencanaan guru perlu menyiapkan hal-hal yang mungkin diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, seperti:
1.      Menyiapkan media pembelajaran.
2.      Menyiapkan contoh-contoh dan alternative aktifitas.
3.      Menyiapkan materi-materi dan alat pendukung.

c.       Pelaksanaan
Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan program pembelajaran remedial. Ada tiga focus penekanan:
1.      Penekanan pada keunikan peserta didik.
2.      Penekanan pada alternative contoh dan aktivitas terkait materi ajar.
3.      Penekanan pada strategi/metode pembelajaran.

d.      Penilaian Autentik
Penilaian autentik dilakukan setelah pembelajaran remedial selesai dilakukan. Berdasarkan hasil penilaian, bila peserta didk belum mencapai kompetensi minimal yang diterapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali strategi pembelajaran remedial yang diterapkannya atau melakukan identifikasi terhadap peserta didik dengan lebih seksama. Apabila peserta didik berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru berhasil memberikan pengajaran remedial yang kaya dan bermakna bagi peserta didik, hal ini bias diterapkan sebagai rujukan bagi rekan guru lainnya atau bisa diperkaya lagi. Apabila ditemukan kasus khusus di luar kompetensi guru, guru dapat mengkonsultasikan dengan orangtua untuk selanjutnya dilakukan konsultasi dengan ahli.
       According to Ediger (2007:103) thus remedial teaching involves four steps.
First step
First step is to indentify poor students in English subject by using achievement test, school marks, personal observation of teacher and interview technique.
Second step
At the second step a diagnostic test in English related to specific area, pronunciation, spellings, reading, grammar and comprehension, etc, is administered to locate the learning difficulties and its causes.
Third step
In this step remedial instructions are to be prepared for remedial teaching.
Fourth step
An appropriate, strategy is used for remedial teaching, after teaching a test is administered to ascertain, how far learing difficulties could be removed. It may suggest about reteaching or further remediation.
Terjemahan :
Menurut Ediger (2007: 103)  pengajaran remedial melibatkan empat langkah.
Langkah pertama
Langkah pertama adalah mengidentifikasi siswa miskin dalam mata pelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan tes prestasi, nilai sekolah, pengamatan pribadi terhadap teknik guru dan wawancara.
Langkah kedua
Pada langkah kedua tes diagnostik dalam bahasa Inggris yang terkait dengan area tertentu, pengucapan, ejaan, membaca, tata bahasa dan pemahaman, dll, diberikan untuk menemukan kesulitan belajar dan penyebabnya.
Langkah ketiga
Dalam langkah ini, instruksi perbaikan harus disiapkan untuk pengajaran remedial.
Langkah keempat
Strategi yang tepat digunakan untuk pengajaran remedial, setelah mengajarkan tes untuk memastikan, seberapa jauh kesulitan learing dapat dihilangkan. Mungkin menyarankan tentang reteaching atau remediasi lebih lanjut
Menurut Masbur (2012: 348-361) Untuk memperlancar pengajaran remedial dengan sempurna sehingga hasil yang diinginkan tercapai lebih baik, maka pelaksanaan harus melalui langkah-langkah yang tepat dan sistematis. Adapun prosedur pengajaran remedial yaitu:
1. Meneliti kembali kasus
Meneliti kembali kasus adalah mendiagnosis kasus kesulitan belajar dengan kriteria di bawah minimal yang dicapai dari hasil belajarnya. Meneliti kembali kasus dengan permasalahannya merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial karena merupakan landasan titik tolak langkah-langkah berikutnya.
Adapun tujuan penelitian kembali kasus ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian kasus akan dapat ditentukan siswa-siswa yang perlu mendapatkan pengajaran remedial. Kemudian ditentukan besarnya kelemahan yang dialami dan dalam bidang studi apa saja mengalami kelemahan.
2. Menentukan tindakan yang harus dilakukan
Menentukan tindakan yang harus dilakukan yaitu menentukan alternatif pilihan yang relevan dengan karakteristik kasus yang ditangani. Langkah ini merupakan lanjutan dari langkah pertama. Dari hasil penelaah dan penelitian kembali kasus yang dilakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh karakteristik kasus yang ditangani tersebut, yaitu dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan yaitu berat, cukup, dan ringan. Dikatakan kasus berat jika siswa belum memiliki cara belajar yang baik, juga memiliki hambatan emosional. Kasus yang cukup adalah jika siswa telah mampu menemukan pola belajar tetapi belum dapat berhasil karena ada hambatan psikologis. Sedangkan pada kasus ringan jika siswa belum menemukan cara belajar yang baik.
Setelah karakteristik harus ditentukan, maka tindakan pemecahan perlu dipikirkan, yaitu sebagai berikut:
a. Kalau kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan pengajaran remedial.
b. Kalau kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran remedial harus diberi layanan konseling lebih dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan emosional yang mempengaruhi cara belajarnya.
3. Pemberian layanan bimbingan dan konseling.
 Layanan bimbingan dan konseling adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh guru/ konselor kepada siswa melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar siswa memiliki kemampuan atau kecakapan dalam melihat dan menemukan masalahnya serta mampu menyelasaikan masalahnya sendiri. Memberikan arahan atau interaksi antara guru dan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang menjadi hambatan mental emosional dalam menghadapi kegiatan belajar.
Pelayanan bimbingan dan konseling yaitu untuk memberikan jasa, manfaat atau kegunaan, ataupun keuntungan-keuntungan tertentu kepada individu-individu yang menggunakan pelayanan tersebut. Tujuan dari layanan ini adalah mengusahakan terciptanya kesehatan agar siswa yang menjadi kasus itu terbebas dari hambatan mental emosional dan ketegangan batinnya, kemudian siap sedia kembali menghadapi kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
4. Pelaksanaan pembelajaran remedial
Pelaksanaan pembelajaran remedial merupakan suatu program yang diberikan guru untuk memperbaiki prestasi belajar siswa yang dibawah kriteria ketuntasan minimal. Program ini sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan karakter) tertentu lebih mampu meningkatkan prestasi seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.
Sasaran pokok pada langkah ini adalah peningkatan prestasi maupun kemampuan menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan keberhasilan yang telah ditetapkan.
5. Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar
Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi adalah dengan mengadakan tes terhadap perubahan pribadi siswa untuk mengetahui proses pengajaran remedial secara menyeluruh.
Langkah ini adalah melakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri siswa yang diberikan pengajaran remedial. Apakah ia sudah mencapai apa yang direncanakan pada kegiatan pelaksanaan remedial atau belum. Maka untuk mengetahui hal itu perlu dilakukan pengukuran terhadap prestasinya kembali dengan alat post-tes atau tes sumatif yang seperti dipergunakan pada proses belajar mengajar yang sesungguhnya.
6. Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik
Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik adalah menafsirkan dengan membandingkan kriteria seperti pada proses belajar mengajar yang sesungguhnya. Adapun dari hasil penafsiran itu dapat terjadi 3 kemungkinan dan rekomendasi yang dapat diberikan yaitu:
a. Kasus menunjukkan peningkatan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang diharapkan, maka selanjutnya diteruskan ke program berikutnya.
b. Kasus menunjukkan peningkatkan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang
     diharapkan, maka diserahkan pada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
c. Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi, maka perlu
     didiagnosis lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
7. Pengayaan (Tugas Tambahan)
Pengayaan adalah memperkaya ilmu pengetahuan atau memperluas ilmu pengetahuan siswa dengan memberi tugas tambahan, baik tugas yang dikerjakan di rumah maupun tugas yang dikerjakan di kelas. Langkah ini sama dengan langkah ketiga dan bersifat pilihan (optimal) yang kondisional. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan tindakan pengayaan. Adapun prosedur pelaksanaan remedial menurut Muhammad Entang adalah identifikasi kasus dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar tidak akan bermanfaat apabila tidak diikuti dengan tindakan-tindakan yang dapat membantu para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sebelum mengambil tindakan-tindakan tersebut seorang guru perlu merencanakan cara yang menurut pertimbangannya akan dapat membantu siswa. Rencana yang disusun hendaknya didasarkan pada hasil identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa melaksanakan pembelajaran remedial berdasarkan prosedur-prosedur yang telah ditentukan agar proses pembelajaran tersebut berjalan dengan lancar sehingga menemukan letak kesulitan belajar pada diri siswa dan melaksanakan pembelajaran remedial.
2.1.7. Kelebihan dan Kekurangan Pengajaran Remedial
A. Kelebihan Pengajaran Remedial         
Pengajaran remedial adalah suatu layanan pendidikan atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Masbur, 2012).
Menurut Ahmadi dan Widodo dalam Bukhari(2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa:
1.        Dalam pelaksanaan remedial, hasil penelitian menunjukkan bahwa guru menentukan waktu dan tempat pelaksanaanremedial susuai dengan kondisi siswa.
2.        Dapat membantu jika  adanya nilai siswa yangbelum atau masih kurang dalam pembelajaran dan belum mencapai nilai KKM.
Menurut Nurmansyah dan Muslimin (2012) salah satu yang mempengaruhi proses pengajaran remedial adalah pemahaman siswa karena pemahaman siswa yang bervariasi, maka terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar diajar dengan program perbaikan agar meningkatkan hasil belajarnya. Siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran remedial ini pun lebih aktif dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Selama proses pengajaran berlangsung, siswa merasa bahwa mereka betul-betul menerima dan memahami materi pelajaran yang telah dipelajari.
Menurut Prasetyo (2016) Pengajaran remedial dapat dilakukan dengan banyak cara salah satunya seperti pengajaran remdial berbasis web yang memiliki kelebihan yaitu guru tidakdiharuskan melakukan tatap muka dengan siswa, pembelajaran remedial tidak membutuhkan banyak waktu tambahan karena pembelajaran dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun selama ada koneksi internet, sehingga pelaksanaan pembelajaran remedial menjadi lebih efisien. Remedial berbasis web dapat merumuskan kebutuhan siswa secara individual, sehingga setiap siswa mendapatkan umpan balik sesuai kemampuan yang siswa miliki. Bagi siswa yang banyak melakukan kesalahan dalam menjawab soal, maka semakin banyak pula umpan balik yang diberikan. Selain mendapatkan umpan balik yang diberikan, siwa dapat melihat materi tentang soal yang salah dalam menjawab yang disertai dengan gambar dan video.
            Menurut Pulungan (2005) dalam Ritaningsih (2017:69) Pembelajaran remedial juga menjadi salah satu strategi pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran remedial dengan penugasan memiliki hasil belajar Fisika yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran remedial dengan tutor sebaya.
B. Kekurangan Pengajaran Remedial
Menurut Daryanto (2010:41) dalam Sianipar (2013:71) hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program remedial terdapat tiga hal yang menjadi hambatan, yaitu karakteristik siswa, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Perlu disadari bahwa pelaksanaan program remedial secara khusus bertujuan untuk memberi bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada pada siswa yang lamban, mengalami kesulitan, ataupun gagal dalam belajar, sehingga mereka dapat secara tuntas dalam menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan, dan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses remedial. Dalam proses tersebut baik pihak sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat haruslah saling mendukung keterlaksanaannya sehingga hambatan yang ditemukan dapat diperkecil dan akhirnya dapat bermanfaat bagi siswa sebagai perbaikan nilai dan sikap. Siswa belajar akan menerima pengaruh dari keluarga, salah satunya adalah cara orangtua mendidik. Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
According to Westwood (2001:95) Remedial teaching is often left to part-tie teachers or volunteers with no training or knowledge in the field and the total time devoted to such teaching sometimes amounts to no more than thirty minutes each week. It is not surprising that for many children the outcomes are disappointing. This failure might need to be seen, however, as resulting from a lak of appropriate and sufficient instruction for the children at risk, rather than evidence that working with children individually.
               Menurut Westwood (2001: 95) Pengajaran remedial sering dibiarkan berpisah dengan guru atau sukarelawan tanpa pelatihan atau pengetahuan di lapangan dan total waktu yang dihabiskan untuk mengajar semacam itu kadang-kadang jumlahnya tidak lebih dari tiga puluh menit setiap minggu. Tidak mengherankan bahwa bagi banyak anak, hasilnya mengecewakan. Kegagalan ini mungkin perlu dilihat, sebagai akibat dari sejumlah instruksi yang tepat dan memadai untuk anak-anak yang berisiko, daripada bukti yang bekerja dengan anak-anak secara individual.
 
2.2 Kajian Kritis
Menurut kelompok kami, Remedial adalah bentuk pengajaran perbaikan yang diberikan kepada seseorang siswa atau pengulangan materi yang dilakukan jika hasil ujian tidak memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Remedial biasanya dilakukan setelah ujian tengah dan akhir semester. Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditemukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Kegiatan remedial itu di samping ada tujuan, juga memiliki fungsi sebagai korektif, pemahaman, pengayaan, fungsi akselerasi (percepatan belajar) dan berfungsi sebagai tereputik.
Adapun pembelajaran remedial dalam subjek ilmu fisik atau kehidupan dapat mengambil berbagai bentuk seperti pengajaran kelas, mengajar tutorial kelompok, pengajaran tutorial individu, mengawasi pengajaran tutorial, ajaran otomatis instruksional, dan Mengajar informal. Sedangkan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengajaran remedial antara lain yaitu adaptif, interaktif, berbagai metode pembelajaran dan penilaian, pemberian umpan balik sesegera mungkin, serta berkesinambungan.
Kemudian kami mengkaji bahwa dalam pendekatan pelaksanaan remedial, terdapat pendekatan yang bersifat umum maupun pendekatan yang bersifat keagamaan (khusus). Antara lain yaitu pendekatan individual,pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi,pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman,pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan keagamaan, dan lain sebagainya.
Ada beberapa langkah atau prosedur yang bisa ikuti dalam penerapan  metode remedial dalam pembelajaran antara lain mencari tahu kekurangan atau kelemahan siswa serta permasalahan siswa dalam menghadapi pembelajaran, tahap kedua kedua yaitu menentukan tindakan atau perencanaan yang terbaik dalam mengajar atau memberikan materi kepada para siswa karena dalam memberikan pengajaran kepada siswa yang mengalami kekurangan dalam menangkap pembelajaran, tahap selanjutnya adalah dengan memberikan pembelajaran kepada peserta didik sampai peserta didik paham dengan dengan materi yang di berikan atau sampai kepada peserta didik menguasai KD yang ditentukan.
Dalam hal ini dapat diambil sebuah kajian bahwa kelebihan dari pengajaran remedial yaitu dapat membantu nilai siswa yang masih belum tercapai dalam pembelajaran, serta membantu siswa untuk memahami dirinya khususnya dalam prestasi belajar. Selain itu, terdapat juga kelemahan dalam pengajaran remedial seperti membutuhkan waktu yang agak lama. Remedial harus diulang ulang sampai hasil belajar mencapai kriteria minimal. Oleh karena itu, perlunya bantuan dan dorongan kepada siswa agar dapat melaksanakan remedial dengan optimal dan efektif.


           








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.      Remedial adalah ujian pengulangan materi yang dilakukan jika hasil ujian tidak memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Remedial biasanya dilakukan setelah ujian tengah dan akhir semester.
2.      Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditemukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Kegiatan remedial itu di samping ada tujuan, juga memiliki fungsi sebagai korektif, pemahaman, pengayaan, fungsi akselerasi (percepatan belajar) dan berfungsi sebagai tereputik
3.      Bentuk pengajaran remedial seperti pengajaran kelas, mengajar tutorial kelompok, pengajaran tutorial individu, mengawasi pengajaran tutorial, ajaran otomatis instruksional, dan Mengajar informal. Sedangkan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengajaran remedial antara lain yaitu adaptif, interaktif, berbagai metode pembelajaran dan penilaian, pemberian umpan balik sesegera mungkin, serta berkesinambungan.
4.      Pendekatan dalam pelaksanaan remedialantara lain yaitu pendekatan individual,pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi,pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman,pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional pembelajaran, pendekatan fungsional, pendekatan keagamaan, dan pendekatan kebermaknaan.
5.      Ada beberapa langkah atau prosedur yang bisa ikuti dalam penerapan  metode remedial dalam pembelajaran antara lain mencari tahu kekurangan atau kelemahan siswa serta permasalahan siswa dalam menghadapi pembelajaran, tahap kedua kedua yaitu menentukan tindakan atau perencanaan, tahap selanjutnya adalah dengan memberikan pembelajaran kepada peserta didik sampai peserta didik paham dengan dengan materi yang di berikan atau sampai kepada peserta didik menguasai KD yang ditentukan.Aktivitas guru dalam pembelajaran remedial, diantara lain: memberikan tambahan penjelasan atau contoh, menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, mengkaji ulang pembelajaran yang telah lalu, menggunakan berbagai jenis media.
6.      Kelebihan dari pengajaran remedial yaitu dapat membantu nilai siswa yang masih belum tercapai dalam pembelajaran, serta membantu siswa untuk memahami dirinya khususnya dalam prestasi belajar. Selain itu, terdapat juga kelemahan dalam pengajaran remedial seperti membutuhkan waktu yang agak lama. Remedial harus diulang ulang sampai hasil belajar mencapai kriteria minimal.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini akan membantu para pembaca untuk memahami konsep remedial itu sendiri. Terutama diharapkan bermanfaat kepada para calon guru dan dapat diterapkan ketika mengajar nanti. Apabila terdapat kesalahan saran dan kritikan sangat diharapkan.











DAFTAR PUSTAKA
At-Taubany, T,.I,.B, dan Suseno, H. 2017. Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah. Depok : PT Kharisma Putra Utama.
Badar,I.A, dan Suseno, H. 2007. Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah. Depok:Kencana.
Bukhari, dkk. 2016. Pelaksanaan Remedial Pada Siswa Yang Mengalami Kesulitan Membaca Teknis di Kelas Rendah SD Negeri Lamreung Kabupaten Aceh Besar. Vol 11. No. 1.
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: DeePublish.
Ediger, Marlow and friend. 2007. Teaching English successfully. New delhi: Discovery Publishing house.
Jangid, N, and Inda, U.S. 2016. Effectiveness of Remedial Teaching On Thingking Strategies Of Slow Learners. Vol 4. No. 84. ISSN :2349-3429.
Joyce, B, dkk. 2015. Models Of Teaching. Yogyakarta: Balai Pustaka
Kadarwati, A. dan Malawi, I. 2017. Pembelajaran Tematik (Konsep dan Aplikasinya). Magetan: CV. AE Media Grafika.
Lim. 2007. Rehat Dulu Lah. Jakarta : Gramedia.
Masbur. 2012. Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi Suatu Analisis Teoritis. Vol: XII. No. 20, 348-367.
Munene, J.N., Peter, K.R., Njoka. 2017. Influence of Remedial Program On academic Performance of Pupils in Public Primary Schools in Nyahururu District, Kenya. Journal of Research & Method in Education. Vol. 7. Issue. 5. ISSN: 2320–7388.
Nurmansyah, E,.dan Muslimin. 2012. Pengaruh Pembelajaran Remedial Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Matematika. Vol. 3. No. 2. ISSN : 2087 – 4243.
Oyekan, S.O. 2013. Effect of Diagnostic Remedial Teaching Strategy on Students’ Achievement in Biology. Journal of Educational and Social Research. Vol. 3. No. 7. ISSN :2240-0524.
Prasetyo,R, dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Remedial Berbasis WEB Pada Materi Rumus dan Fungsi. Vol. 6. No. 2. ISSN : 0854-2172.
Purnama. 2010. Cermat Memilih Sekolah Menengah yang Tepat. Jakarta Selatan: Gagas Media.Rahmatiah. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Melalui Penerapan Pengajaran Remedial. Jurnal Nalar Pendidikan. Vol. 2. No. 2. ISSN: 2339-0794.
Rahmatiah. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Melalui Penerapan Pengajaran Remedial. Jurnal Nalar Pendidikan. Vol. 2. No. 2. ISSN: 2339-0794.
Ritaningsih. 2017. Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan Tutor Sebaya Dalam Pengajaran Remedial Materi Getaran Dan Gelombang Di Kelas Viii C Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 Smp Negeri 1 Pangkah Kabupaten Tegal. Pancasakti Science Education Journal. Vol. 2. No. 1. ISSN 2528-6714.
Sahito, and friends. 2017. Teaching Of Remedial English and The Problem Of The Students: A Case Of University Of Sindh, Pakistan. Vol 7. No. 1.
Selvarajan, P. DanVasanthagumar, T. 2012. The Impact Of Remedial Teaching On Improving The Competencies Of Low Achievers. International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research. Vol. 1. Issue. 9. ISSN :2277-3630.
Sembiyan, R. 2015. Science Teaching For College and School Students. India: Laxmi Book Publication.
Sharma, Promila. 2009. Teaching of Life Science. Delhi : APH Publishing Corporation.
Sianipar, M., dkk. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Program Remedial Dengan Menggunakan Model Formatif-Sumatif Pada Pelajaran Matematika Kelas V. Jurnal Tekno-Pedagogi. Vol. 3. No. 2. ISSN :  2088-205X.
Singh. 2004. Concept And Methods Of Special. Delhi: Sarup & Sons.
Westwood, Peter. 2001. Reading and Learning Difficulties Approaches to Teaching and assessment. Australia : BPA.




Tidak ada komentar: