Rabu, 05 Desember 2018

Resume Penglab (Pengelolaan Limbah Laboratorium - A1C317009)


RESUME PENGELOLAAN LABORATORIUM FISIKA
‘’PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM’’



Nama : Dwi Cahyaningsih
                                                       NIM : A1C317009
                        Kelas : Pendidikan Fisika Reguler A 2017



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018




Pengelolaan Limbah Laboratorium
PENGERTIAN
           
            Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam bentuk padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi.
            Limbah Klinis adalah limbah yang berasal dan Pelayanan Medis, Laboratorium, Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.
Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
1.   Limbah Benda tajam
2.   Limbah Infeksius
3.   Limbah Jaringan tubuh
4.   Limbah Sitotoksik
5.   Limbah Bahan kimia

            Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1.   Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
2.   Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,
3.   Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,
4.   Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di autoklaf.

Sifat limbah digolongkan menjadi:
1.   Buangan bahan berbahaya dan beracun
2.   Limbah infektif
3.   Limbah radioaktif
4.   Limbah umum

Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:
1.   Limbah cair dibagi menjadi 3, yaitu:
a.   Limbah cair infeksius, misalnya sisa spesimen seperti darah, serum / plasma, urine dan cairan tubuh lainnya.
b.   Limbah cair domestik, yaitu limbah yang dihasilkan dari bekas air pembilasan atau pencucian alat.
c.   Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan kimia, misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna.
2.   Limbah padat dibagi menjadi 2,  yaitu :
      a.   Limbah padat infeksius:
-     Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya jarum suntik, pecahan dari kaca dan pisau.
-     Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan, faeces, bekuan darah dan medium biakan.
b.   Limbah padat non infeksius, misalnya sampah umum seperti kertas, tissue, plastik kayu, pembungkus, kardus dan sebagainya.
3.   Limbah gas adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).

 PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM

1.   Limbah Cair:
a.   Limbah Cair Infeksius:
      Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu dalam wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak digunakan adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan desinfektan makin lama makin menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.
      Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang selanjutnya dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b.      Limbah Cair Domestik:
      Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju bak           penampungan untuk diolah.
c.   Limbah Cair Kimia:
      Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai konsentrasi rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal menuju bak penampungan untuk diolah.

Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai cara, antara lain :
a.   FBK Bioreactor
      FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam bak penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses, limbah disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
      Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai tempat pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk lapisan biomassa. Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam tangki Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biomassa terjadi berulang-ulang, melalui perjalanan panjang sehingga mencapai efisiensi degradasi BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara dimasukkan ke dalam tangki Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik rnenghasilkan efek floatasi dan sedimentasi.
      Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat disalurkan ke saluran umum.
b.      Sewage Treatment Plant (STP) :
      Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair       menjadi air bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari     lingkungan.
                        Metode yang digunakan adalah:
-     Screen Pit
      Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan menghancurkan material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis dapat berfungsi dengan baik.
-     Equalizing Tank:
      Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
-     Aeration tank
      Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi diproses dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga ditambahkan lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui proses aerasi, air mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).
-     Settling Tank :
      Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki dan disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan yang kedua masuk ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir melalui Over Flow Weir selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses ( untuk mendestruksi mikroba patogen.
-     Effluent Tank :
      Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini dipompa ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.
2.   Limbah Padat :
a.   Limbah Padat Infeksius:
-     Limbah benda tajam
      Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk keamanan, pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan desinfektan seperti lysol. Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning dengan simbol biohazard diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.
-     Limbah sisa bahan pemeriksaan
      Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam autoclave suhu 121°C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi dengan kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator.
b.   Limbah Padat Non Infeksius:
      Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam. Setelah sampah mengisi ¾ kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat pembuangan untuk dibakar dalam insinerator.

3.   Limbah Gas:
Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati batas yang telah ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif dari filter, maka filter harus dibungkus dengan plastik polietilen.

1.      Limbah Kimia
Idealnya, tidak lebih dari satu wadah untuk masing-masing jenis limbah berada di laboratorium. Jangan sampai ada empat wadah limbah organik dalam satu lab. Jika terjadi kebakaran, akan sangat berbahaya.Jika satu wadah tempat limbah penuh dengan limbah organik, segera pindahkan ke ruang preparasi untuk dibuang atau diolah.Pengolahan limbah ini, bisa dilakukan oleh manajemen laboratorium sendiri, atau juga bisa minta bantuan pihak ketiga untuk diolahkan. Tentunya ini membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk mengolahnya agar aman dibuang ke lingkungan.Pada industri pengolahan limbah modern seperti saat ini, banyak digunakan mikroorganisme sebagai agen biodegradasi bahan kimia berbahaya menjadi lebih ramah lingkungan melalui proses yang cukup panjang.
Cara Memisahkan Limbah Kimia Laboratorium
Pemisahan limbah laboratorium sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan keamanan lingkungan. Bahan kimia atau limbah yang dapat disimpan dalam satu area harus mempunyai sifat yang sama atau kompatibel.

Jangan menyimpan bahan kimia atau limbah berdekatan satu sama lain untuk :

1.      Asam dengan basa
2.      Bahan organik dengan asam
3.      Senyawa sianida, sulfida atau arsen dengan asam
4.      Logam alkali, alkil litium, dan lain-lain dengan limbah
5.      Logam reaktif atau bentuk serbuk dengan material yang mudah terbakar
6.      Merkuri atau perak dengan senyawa yang mengandung ammoium
7.      Dll

2.      Limbah Biologi
Pengolahan air buangan secara biologis adalah salah satu cara pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat tersebut.
Proses pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu :
·         Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas;
·         Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air ada dalam konsentrasi yang rendah.
·         Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme aerob.
Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggung jawab pada proses penguraian yang terjadi, reaktor dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
·         Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada prosses biologis tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan tersuspensi.
·         Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada proses penguraian substrat tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan yang tersuspensi.
Faktor faktor yang mempengaruhi mekanisme proses biologi secara anaerob diantaranya adalah :
·         Temperatur,
·         pH (Keasaman),
·         Waktu Tinggal,
·         Komposisi Kimia Air Limbah,
·         Kompetisi Metanogen dan Bakteri Pemakan Sulfat,
·         Serta Zat Toksik.
namun yang akan dijelaskan disini hanya faktor faktor yang berhubungan dengan materi yang akan kita bahas yaitu mengenai proses penyesuaian pH, pelepasan senyawa penghambat dan suplementasi nutrien sebagai berikut :
a. Keasaman (pH).
Kebanyakan pertumbuhan bakteri metanogenik berada pada kisaran pH antara 6,7 – 7,4, tetapi optimalnya pada kisaran pH antara 7,0 -7,2 dan proses dapat gagal jika pH mendekati 6,0. Bakteri acidogenik mengahasilkan asam organik, yang cenderung menurunkan pH bioreaktor. Pada kondisi normal, penurunan pH ditahan oleh bikarbonat yang dihasilkan oleh bakteri metanogen. Dibawah kondisi lingkungan yang berlawanan kapasitas buffering dari sistem dapat terganggu, dan bahkan produksi metan dapat terhenti. Salah satu metode untuk memperbaiki keseimbangan pH adalah dengan meningkatkan alkaliniti dengan menambah bahan kimia seperti lime (kapur), anhydrous ammonia, sodium hidroksida , atau sodium bikarbonat.
b. Zat Toksik.
Zat toksik kadang kadang dapat menyebabkan kegagalan pada proses penguraian limbah dalam proses anaerobik. Terhambatnya pertumbuhan bakteri metanogen pada umumnya ditandai dengan penurunan produksi metan dan meningkatnya konsentrasi asam asam volatil.
Berikut ini adalah beberapa zat toksik yang dapat menghambat pembentukan metan, yaitu :
·         Oksigen
·         Amonia
·         Hidrokarbon terklorinasi
·         Senyawa Benzen
·         Formaldehid
·         Asam volatil
·         Asam lemak rantai panjang
·         Logam Berat
·         Sianida
·         Sulfida
·         Tanin
·         Salinitas
·         Dan Efek Balik( Feedback Inhibition )

3.Limbah Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah, diharapkan agar bahan-bahan tersuspensi dalam air limbah yang berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Tahap penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang disesuaikan dengan bahan-bahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan, pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan bahan kimia bila ukurannya sudah besar dan mudah mengendap tapi dalam kondisi tertentu dimana bahan-bahan terususpensi sulit diendapkan maka akan digunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam proses sedimentasi, pada proses ini akan terjadi pembentukan flok-flok dalam ukuran tertentu yang lebih besar sehingga mudah diendapkan pada proses yang menggunakan bahan kimia ini masih diperlukan pengkondisian pH untuk mendapatkan hasil yang optimal. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses absorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.




DAFTAR PUSTAKA
Atmawidjaja, Sudana. 1999. Keselamatan Kerja dan Penanggulangan Bahaya di Laboratorium.
 Bandung. LP3 ITB
Khasanah, M., 2008. Handout, Manajemen Laboratorium, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga, Surabaya.


Tidak ada komentar: