RESUME PENGELOLAAN LABORATORIUM FISIKA
‘’PENGELOLAAN
LIMBAH LABORATORIUM’’
Nama : Dwi Cahyaningsih
NIM : A1C317009
Kelas : Pendidikan
Fisika Reguler A 2017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
Pengelolaan Limbah Laboratorium
PENGERTIAN
Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam
bentuk padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi.
Limbah Klinis adalah limbah yang berasal dan Pelayanan Medis, Laboratorium,
Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya yang menggunakan bahan-bahan
beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.
Penggolongan
limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu:
1.
Limbah Benda tajam
2.
Limbah Infeksius
3.
Limbah Jaringan tubuh
4.
Limbah Sitotoksik
5.
Limbah Bahan kimia
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1.
Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
2.
Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,
3.
Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,
4.
Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di
autoklaf.
Sifat
limbah digolongkan menjadi:
1.
Buangan bahan berbahaya dan beracun
2.
Limbah infektif
3.
Limbah radioaktif
4.
Limbah umum
Bentuk
limbah yang dihasilkan dapat berupa:
1.
Limbah cair dibagi menjadi 3, yaitu:
a.
Limbah cair infeksius, misalnya sisa spesimen seperti darah, serum / plasma,
urine dan cairan tubuh lainnya.
b.
Limbah cair domestik, yaitu limbah yang dihasilkan dari bekas air pembilasan
atau pencucian alat.
c.
Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan
kimia, misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna.
2.
Limbah padat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Limbah padat infeksius:
-
Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya
jarum suntik, pecahan dari kaca dan pisau.
-
Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan, faeces, bekuan darah
dan medium biakan.
b.
Limbah padat non infeksius, misalnya sampah umum seperti kertas, tissue,
plastik kayu, pembungkus, kardus dan sebagainya.
3.
Limbah gas adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi
dengan etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).
PENGOLAHAN
LIMBAH LABORATORIUM
1.
Limbah Cair:
a.
Limbah Cair Infeksius:
Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih
dahulu dalam wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan
yang banyak digunakan adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena
kekuatan desinfektan makin lama makin menurun, maka untuk keefektifan
penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.
Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang
selanjutnya dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b. Limbah
Cair Domestik:
Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju
bak penampungan
untuk diolah.
c.
Limbah Cair Kimia:
Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai
konsentrasi rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal
menuju bak penampungan untuk diolah.
Semua
limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai
cara, antara lain :
a.
FBK Bioreactor
FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam
bak penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses,
limbah disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai
tempat pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk
lapisan biomassa. Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah
yang masuk ke dalam tangki Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air
limbah dengan lapisan biomassa terjadi berulang-ulang, melalui perjalanan
panjang sehingga mencapai efisiensi degradasi BOD/COD yang optimum ( maksimal
kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara dimasukkan ke dalam tangki
Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara yang
dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik rnenghasilkan
efek floatasi dan sedimentasi.
Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat
disalurkan ke saluran umum.
b. Sewage
Treatment Plant (STP) :
Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair
menjadi air bersih yang dapat dibuang ke saluran
umum dan tidak mencemari lingkungan.
Metode yang digunakan adalah:
-
Screen Pit
Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi
untuk menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan
menghancurkan material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis
dapat berfungsi dengan baik.
-
Equalizing Tank:
Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
-
Aeration tank
Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi
diproses dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser
juga ditambahkan lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah
melalui proses aerasi, air mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap
(Settling Tank).
-
Settling Tank :
Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki
dan disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian
didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan yang
kedua masuk ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir melalui
Over Flow Weir selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses ( untuk
mendestruksi mikroba patogen.
-
Effluent Tank :
Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini
dipompa ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.
2.
Limbah Padat :
a.
Limbah Padat Infeksius:
-
Limbah benda tajam
Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk
keamanan, pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan
desinfektan seperti lysol. Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning
dengan simbol biohazard diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.
-
Limbah sisa bahan pemeriksaan
Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan
dalam autoclave suhu 121°C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik
tersebut dilapisi dengan kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut
untuk dibakar di incinerator.
b.
Limbah Padat Non Infeksius:
Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam.
Setelah sampah mengisi ¾ kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat
pembuangan untuk dibakar dalam insinerator.
3.
Limbah Gas:
Limbah gas
harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter
harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati
batas yang telah ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya
zat radioaktif dari filter, maka filter harus dibungkus dengan plastik
polietilen.
1. Limbah
Kimia
Idealnya, tidak lebih dari satu
wadah untuk masing-masing jenis limbah berada di laboratorium. Jangan sampai
ada empat wadah limbah organik dalam satu lab. Jika terjadi kebakaran, akan
sangat berbahaya.Jika satu wadah tempat limbah penuh dengan limbah organik,
segera pindahkan ke ruang preparasi untuk dibuang atau diolah.Pengolahan limbah
ini, bisa dilakukan oleh manajemen laboratorium sendiri, atau juga bisa minta
bantuan pihak ketiga untuk diolahkan. Tentunya ini membutuhkan biaya yang cukup
mahal untuk mengolahnya agar aman dibuang ke lingkungan.Pada industri
pengolahan limbah modern seperti saat ini, banyak digunakan mikroorganisme
sebagai agen biodegradasi bahan kimia berbahaya menjadi lebih ramah lingkungan
melalui proses yang cukup panjang.
Cara
Memisahkan Limbah Kimia Laboratorium
Pemisahan limbah laboratorium sangat
berguna untuk menjaga kesehatan dan keamanan lingkungan. Bahan kimia atau
limbah yang dapat disimpan dalam satu area harus mempunyai sifat yang sama atau
kompatibel.
Jangan menyimpan bahan kimia atau limbah berdekatan satu sama lain untuk :
Jangan menyimpan bahan kimia atau limbah berdekatan satu sama lain untuk :
1.
Asam dengan basa
2.
Bahan organik dengan asam
3.
Senyawa sianida, sulfida atau arsen
dengan asam
4.
Logam alkali, alkil litium, dan
lain-lain dengan limbah
5.
Logam reaktif atau bentuk serbuk
dengan material yang mudah terbakar
6.
Merkuri atau perak dengan senyawa
yang mengandung ammoium
7.
Dll
2.
Limbah Biologi
Pengolahan air buangan secara
biologis adalah salah satu cara pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau
menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air buangan dengan
memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat
tersebut.
Proses pengolahan air buangan secara
biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu :
·
Lingkungan aerob, yaitu lingkungan
dimana oksigen terlarut (DO) didalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan
merupakan faktor pembatas;
·
Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan
dimana oksigen terlarut (DO) didalam air ada dalam konsentrasi yang rendah.
·
Lingkungan anaerob, merupakan
kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat oksigen terlarut,
sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme
aerob.
Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan
mikroorganisme yang bertanggung jawab pada proses penguraian yang terjadi,
reaktor dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
·
Reaktor pertumbuhan tersuspensi
(suspended growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan
pada prosses biologis tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan tersuspensi.
·
Reaktor pertumbuhan lekat (attached
growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada proses
penguraian substrat tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan yang tersuspensi.
Faktor faktor yang mempengaruhi
mekanisme proses biologi secara anaerob diantaranya adalah :
·
Temperatur,
·
pH (Keasaman),
·
Waktu Tinggal,
·
Komposisi Kimia Air Limbah,
·
Kompetisi Metanogen dan Bakteri
Pemakan Sulfat,
·
Serta Zat Toksik.
namun yang akan dijelaskan disini
hanya faktor faktor yang berhubungan dengan materi yang akan kita bahas yaitu
mengenai proses penyesuaian pH, pelepasan senyawa penghambat dan suplementasi
nutrien sebagai berikut :
a.
Keasaman (pH).
Kebanyakan pertumbuhan bakteri
metanogenik berada pada kisaran pH antara 6,7 – 7,4, tetapi optimalnya pada
kisaran pH antara 7,0 -7,2 dan proses dapat gagal jika pH mendekati 6,0.
Bakteri acidogenik mengahasilkan asam organik, yang cenderung menurunkan pH
bioreaktor. Pada kondisi normal, penurunan pH ditahan oleh bikarbonat yang
dihasilkan oleh bakteri metanogen. Dibawah kondisi lingkungan yang berlawanan
kapasitas buffering dari sistem dapat terganggu, dan bahkan produksi metan
dapat terhenti. Salah satu metode untuk memperbaiki keseimbangan pH adalah
dengan meningkatkan alkaliniti dengan menambah bahan kimia seperti lime
(kapur), anhydrous ammonia, sodium hidroksida , atau sodium bikarbonat.
b.
Zat Toksik.
Zat toksik kadang kadang dapat
menyebabkan kegagalan pada proses penguraian limbah dalam proses anaerobik.
Terhambatnya pertumbuhan bakteri metanogen pada umumnya ditandai dengan
penurunan produksi metan dan meningkatnya konsentrasi asam asam volatil.
Berikut ini adalah beberapa zat
toksik yang dapat menghambat pembentukan metan, yaitu :
·
Oksigen
·
Amonia
·
Hidrokarbon terklorinasi
·
Senyawa Benzen
·
Formaldehid
·
Asam volatil
·
Asam lemak rantai panjang
·
Logam Berat
·
Sianida
·
Sulfida
·
Tanin
·
Salinitas
·
Dan Efek Balik( Feedback Inhibition
)
3.Limbah
Fisika
Pada umumnya, sebelum
dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah, diharapkan agar bahan-bahan
tersuspensi dalam air limbah yang berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Tahap penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan menggunakan sand filter dengan
ukuran silica yang disesuaikan dengan bahan-bahan tersuspensi yang akan
disaring. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan
proses pengendapan, pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan bahan kimia
bila ukurannya sudah besar dan mudah mengendap tapi dalam kondisi tertentu
dimana bahan-bahan terususpensi sulit diendapkan maka akan digunakan bahan
kimia sebagai bahan pembantu dalam proses sedimentasi, pada proses ini akan
terjadi pembentukan flok-flok dalam ukuran tertentu yang lebih besar sehingga
mudah diendapkan pada proses yang menggunakan bahan kimia ini masih diperlukan
pengkondisian pH untuk mendapatkan hasil yang optimal. Parameter desain yang
utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan
waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan
untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar
tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan
sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan
lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation). Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan
untuk mendahului proses absorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam
air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang
dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon
aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan
senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan
kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya
diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan
ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan
operasinya sangat mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Atmawidjaja, Sudana. 1999. Keselamatan Kerja dan Penanggulangan Bahaya
di
Laboratorium.
Bandung. LP3 ITB
Khasanah,
M., 2008. Handout, Manajemen
Laboratorium, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas
Airlangga, Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar